Indra menatap Stefan lekat, lalu memandang ke arah Yuki.
"Apa yang terjadi? Apa ada sesuatu yang tidak Om tahu?" tanya Indra. Yuki menatap Stefan lama, ia menggeleng pelan mengisyaratkan agar Stefan tidak memberitahukan apa yang sudah terjadi.
"Wanita itu membayar orang untuk membunuh Yuki," ujar Stefan.
Yuki menunduk lemah mendengar pengakuan Stefan. Indra terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Stefan. Ia terdiam sejenak. Ia tidak habis pikir kakaknya itu akan nekat melakukan kejahatan seperti itu.
"Saya titip Yuki sampai semuanya benar-benar aman." ujar Indra pada Stefan. Kemudian ia berjalan mendekati Yuki.
"Sweety, Om akan urus semuanya. Kamu jaga diri baik-baik. Om sementara akan tetap tinggal disini," ujar Indra pelan. Yuki hanya mengangguk pelan lalu ia memeluk Indra erat.
"Om juga jaga diri," ujar Yuki pelan. Indra mengusap lembut kepala Yuki.
"Kalau terjadi sesuatu, segera hubungi saya. Sekarang kalian pulanglah. Dan istirahat." ujar Indra pada Stefan seraya melepaskan pelukannya pada Yuki. Indra mengantar keduanya hingga mobil mereka tidak terlihat lagi.
= * =
Yuki merebahkan tubuhnya ke ranjang. Menatap langit-langit kamar Stefan. Ia tersenyum saat mengingat kejadian tadi. Yuki menyentuh bibirnya pelan, lalu ia tersenyum lagi. Tiba-tiba Yuki teringat akan kejadian kemarin malam. Saat ia melihat kedua orangtuanya. Yuki berpikir sejenak.
"Apa mungkin gue..." gumam Yuki tidak yakin.
Tak berapa lama kemudian Yuki memejamkan kedua matanya. Membayangkan apa yang terjadi belasan tahun yang lalu. Bayangan waktu ia masih kecil pun terlihat. Yuki membuka kedua matanya. Ia menatap ke sekeliling. Ia berjalan pelan menyusuri jalanan berumput. Sebuah taman. Ia teringat, sewaktu kecil ia sering bermain di taman ini bersama kedua orangtuanya.
"Sayang, jangan lari...nanti kamu jatuh," terdengar suara wanita yang sedang duduk di bangku taman.
Yuki melihat Papa dan Mamanya sedang duduk sambil memperhatikan anak perempuan kecil yang berlari. Anak perempuan itu adalah Yuki. Yuki menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Mungkinkah ia sekarang berada di masa lalu? Yuki kecil berlari sambil memegang sebuah balon. Tanpa sengaja balon itu terlepas dari tangannya. Dengan cepat Yuki mengambil tali balonnya agar tidak terbang jauh.
"Makasih, Tante." ucap Yuki kecil. Kedua orangtua Yuki berlari menghampiri mereka.
"Sayang, ada apa?" tanya Mama pelan.
"Balon Yuki terbang. Untung ada tante ini yang nahan balonnya supaya ngga terbang," cerita Yuki kecil.
Yuki menatap lekat kedua orangtuanya. Matanya mulai berembun. Papa dan Mamanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Yuki hanya mengangguk kecil tanpa sanggup berkata-kata. Wajah inilah yang selalu ia rindukan selama belasan tahun. Wajah yang penuh kehangatan. Yuki tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Ia pun berbalik dan meninggalkan kedua orangtuanya dan Yuki kecil. Yuki menangis sekeras-kerasnya. Hingga ia tidak sadar kalau ia telah berada di kamar Stefan.
= * =
Sepanjang perjalanan menuju kampus Yuki hanya diam saja. Stefan memandang Yuki bingung. Tidak seperti biasanya gadis itu hanya diam. Biasanya setiap pagi ia selalu berisik menceritakan apa saja.
"Ada apa? Lo baik-baik aja kan? Apa lo sakit?" tanya Stefan tanpa melihat ke arah Yuki. Namun nada suaranya terdengar sangat khawatir.
"Gue baik-baik aja," ujar Yuki seraya menyunggingkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasyMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers