Part 8

1.4K 148 0
                                    

Yuki berlari kecil menuju kelasnya.

"Ahh, Yuki bodoh!" rutuk Yuki pada dirinya sendiri. Ia tidak habis pikir kenapa Stefan masih mengingat kejadian memalukan itu. Kini Yuki sudah tiba di kelas. Ia melihat Nina sudah duduk dimejanya. Yuki berjalan pelan mendekati Nina.

"Kita apes banget ya. Kenapa juga Pak Arif mendadak datang." ujar Nina. Yuki hanya menangguk pelan. Ia merasa sangat bosan saat ini. Ia ingin kuliahnya cepat selesai hari ini. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu Stefan.

= * =

Stefan dan lainnya sudah berada di Sekretariat. Saat ini mereka sedang menunggu Yuki.Tap...Tap... Terdengar langkah lari kecil dari luar.

"Sorry, kena macet." ujar Yuki sekenanya sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Gio tertawa kecil mendengar perkataan Yuki.

"Emang di kampus ada macet?" tanya Kevin. Semuanya tertawa mendengar pertanyaan Kevin. Mereka tidak menyangka Kevin akan menganggap serius ucapan Yuki yang asal-asalan itu.

"Dan Om Arian jadi polisinya," ujar Kimmy. Lagi-lagi mereka tertawa. Arian hanya tersenyum.

"Mungkin kalian bisa melakukan misi ini sekarang. Lokasinya telah ditentukan," ujar Arian.

"Tunggu, misi apa?" tanya Yuki bingung.

"Penyelamatan seorang sandera. Kalian harus memastikan apakah orang yang disandera masih hidup atau sudah mati."

Yuki tercengang. Ia tidak menyangka masalahnya akan sesulit ini. Ia pikir, ia akan bersenang-senang seperti kemarin. Itu sangat tidak menyenangkan. Ini sudah menyangkut nyawa seseorang.

"Fokus. Kimmy akan menuntun kalian," ujar Arian kemudian. Mereka bersiap. Saling berpegangan tangan. Memejamkan mata dan fokus. Mengikuti intruksi Kimmy.

"10 Mei 2014. Gudang lama. Samping rumah sakit." ujar Kimmy.

Sedetik kemudian mereka menghilang. Jarak waktu masa depan yang ditempuh tidak begitu jauh. Masih ditahun sekarang. Mereka bertugas menemukan seseorang yang di sandera kurang lebih 2 tahun. Mereka harus memastikan apakah si sandera masih hidup atau sudah mati. Mereka sudah sampai ditempat tujuan. Mereka memandang kesekeliling. Gelap. Pengap. Berdebu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disini.

"Kita berpencar," ujar Kimmy.

Mereka pun berpencar. Pergi ke segala arah. Kecuali Yuki. Ia masih setia berdiri ditempat semula. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Berpencar? Mencari siapa? Bahkan ia tidak tahu dimana ia berada sekarang. Kimmy sukses menuntun pikirannya untuk sampai di tempat ini. Yuki mulai berjalan. Ia memperhatikan dengan hati-hati apapun yang dilihatnya. Yuki memasuki sebuah ruangan yang sepertinya dulu adalah sebuah kamar. Ia melangkah pelan. Yuki mengedarkan pandangannya. Matanya tertuju disudut ruangan. Ia melihat seseorang duduk menghadap dinding. Yuki perlahan mendekat. Saat ia akan menyentuh bahu orang itu, tiba-tiba ia mendengar suara beberapa orang sedang bicara.

"Kita harus membunuh orang itu secepatnya. Dia sudah terlalu lama disini."

Yuki menelan ludahnya pelan. Ia pun segera pergi dari tempat itu. Sialnya, Yuki tidak sengaja menabrak kursi yang membuat kedua orang itu mencari sumber suara. Perlahan Yuki melangkah mundur. Dua orang yang bicara tadi masuk ke dalam dan melihat tidak ada siapa-siapa kecuali orang yang duduk menghadap dinding. Yuki tercekat. Ia tidak tahu harus sembunyi kemana lagi. Di sini hanya ada drum-drum berkarat dan beberapa kayu tipis sebagai dinding pemisah. Orang pertama mengeluarkan sebilah pisau. Yuki bisa melihat itu dari balik kayu yang tipis dan ada lubang kecil disana.

Hampir saja Yuki berteriak saat pisau itu mulai menancap didinding pemisah. Orang itu menusukkan pisaunya beberapa kali hingga tusukan itu mulai mendekati Yuki yang sedang bersembunyi. Ia terpojok. Mati-matian Yuki menahan rasa takutnya. Tubuhnya bergetar kuat. Sebuah tusukan hampir mengenai kakinya. Yuki hampir berteriak karena pisau itu tiba-tiba ada didepat matanya. Namun dengan cepatnya mulut Yuki ditutup oleh seseorang dari belakang. Yuki menahan napasnya sejenak. Dadanya naik turun mengatur napas. Ia dapat merasakan tarikan napas orang yang berdiri tepat di belakangnya.

"Sssttt..." bisik orang itu.

Yuki tampak berpikir. Sepertinya ia mengenal pemilik suara itu. Tapi siapa? Yuki merasa lega karena pisau itu telah diambil oleh pemiliknya. Yuki berbalik pelan. Betapa terkejutnya ia, karena menemukan Stefan berdiri tepat dibelakangnya. Jarak mereka sangat dekat. Hingga hembusan napas Stefan dapat membuat rambut Yuki bergoyang.

"Stefan," lirik Yuki tidak percaya.

"Ayo pergi dari sini." ujar Stefan pelan.

Stefan pun menggandeng tangan Yuki dan membawa gadis itu pergi. Mereka tiba diluar, disana sudah ada Gio, Kimmy, dan Stefan. Masih berada diantara percaya atau tidak, Yuki merasa sangat senang karena dengan sengaja atau tidak Stefan menggenggam tangannya erat.

"Lain kali jangan sok berani sendirian. Ayo kita pulang," ujar Stefan dingin.

Terdengar dari suaranya, sepertinya Stefan sedang menahan emosinya. Yuki memandang Stefan lekat. Apa benar ini Stefan? Stefan idolanya. Stefan yang selalu ia mimpikan. Stefan yang sangat ia sukai. Tapi Yuki masih tidak mengerti, bagaimana bisa Stefan ada tepat dibelakangnya.

"Lo ngikutin gue ya? Kenapa tiba-tiba lo bisa ada di belakang gue," ujar Yuki. Stefan hanya diam. Lalu ia menggenggam kembali tangan Yuki.

"Lo ngga pa-pa kan, Ki?" tanya Kimmy. Yuki hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Syukurlah. Kalo gitu kita pulang sekarang," ujar Kevin.

Tangan mereka saling menggenggam. Mereka memejamkan mata dan fokus. Sedetik kemudian mereka menghilang.

continue...

Back in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang