"Mungkin Yuki sudah mati..." ujar Arian.
Stefan dan lainnya tercengang mendengar ucapan Arian. Stefan tersenyum miris.
"Kenapa Om bisa bilang begitu?" tanya Stefan dingin. Arian tersenyum kecil.
"Sesuatu yang tidak ada di masa sekarang, itu berarti tidak ada juga di masa lalu. Bukankah itu sudah jelas." ujar Arian.
Semua terdiam. Benarkah Yuki telah meninggal? Tapi kenapa? Kenapa hal itu bisa terjadi?
"Kim," panggil Stefan dingin.
Seperti mengerti maksud ekspresi wajah Stefan, Kimmy hanya mengangguk lalu memejamkan kedua matanya. Berusaha mencari keberadaan Yuki dengan kemampuannya. Namun tidak dapat ia temukan. Hanya bayangan kosong dan gelap. Kimmy menggeleng pelan. Wajahnya terlihat sedih.
"Gue ngga bisa liat apa-apa," ujar Kimmy kemudian.
"Kevin," panggil Stefan pelan nyaris tak terdengar. Kevin menarik napas pelan.
"Gue kan udah pernah bilang sama lo. Gue ngga bisa masuk ke mimpi Yuki." ujar Kevin. Stefan mengacak rambutnya frustasi.
"Satu-satunya cara kita harus pergi ke masa lalu. Dan mencari tahu apa yang terjadi sama Yuki." ujar Gio.
Stefan memandang Gio lekat. Benar. Mereka harus pergi ke masa lalu. Tapi bagaimana caranya. Salah satu dari mereka tidak ada yang bisa pergi ke masa lalu selain Yuki. Gio beranjak dari duduknya.
"Gue akan coba lompat ke masa lalu." ujar Gio. Semua memandang Gio lekat. Mereka tidak yakin hal itu akan berhasil. Namun mereka tidak tahu kalau tidak dicoba.
= * =
Yuki tengah menikmati makan siang bersama Stefan dan Max kecil. Mereka tampak senang karena keberadaan Yuki disana. Karena setiap hari Yuki menemani mereka belajar dan bermain.
"Stefan lucu juga waktu kecil," batin Yuki. Ia tersenyum saat melihat wajah kekasihnya itu waktu kecil. Sejenak kemudian wajahnya murung.
"Pasti mereka ngekhawatirin gue," gumam Yuki.
"Kak, kami berangkat sekolah dulu ya." ujar Stefan kecil seraya mencium kedua pipi Yuki.
Yuki tersenyum kecil. Setelah Stefan dan Max kecil berangkat. Yuki pun pergi ke suatu tempat. Rumahnya. Ia harus memastikan kalau kedua orangtuanya baik-baik saja. Sesampainya disana ia menemukan Cathy bersama orang suruhannya. Cathy mengenakan pakaian serba hitam. Ia memberikan amplop cokelat pada orang suruhannya itu.
Yuki tidak sengaja melihat bendera kuning di pagar rumahnya. Itu artinya ada orang yang meninggal. Ada beberapa orang yang lewat. Yuki bertanya pada mereka siapa yang meninggal. Mereka menjawab Pak Rein dan istrinya. Yuki tercekat. Itu berarti ia gagal menyelamatkan kedua orangtuanya. Yuki menangis. Tangisannya itu membuat Cathy dan orang suruhannya melihat ke arah Yuki. Mereka saling berpandangan.
"Kamu bilang dia sudah mati." ujar Cathy kesal.
"Mobilnya tenggelam, bos. Saya melihatnya sendiri," jelas orang itu.
"Habisi dia," geram Cathy. Lagi-lagi Yuki dikejar oleh orang suruhan Cathy.
= * =
Gio memejamkan kedua matanya, bersiap untuk mencoba pergi ke masa lalu.
"Mengubah masa lalu secara otomatis masa depan akan berubah. Kita tidak boleh menyalahi takdir yang sudah ditetapkan." ujar Arian. Gio membuka kedua matanya kembali. Lalu memandang ke arah Stefan.
"Tapi kita tidak bisa membiarkan Yuki menghilang di masa lalunya." ujar Stefan. Arian menatap Stefan.
"Itu keputusan yang sudah dia ambil. Kamu tidak bisa menghalanginya, Stefan." ujar Arian tegas.
"Kenapa tidak? Kalau aku bisa pergi ke masa lalu. Aku pasti akan melakukan hal yang sama. Menyelamatkan orang-orang yang aku sayang." ujar Stefan bersikeras.
"Kamu bukan Tuhan, Stefan!" bentak Arian.
Suasana menegang. Hening sesaat.
"Setiap orang memiliki takdir hidupnya sendiri. Dan kita sebagai manusia harus menerima takdir yang telah ditentukan." ujar Arian pelan. Stefan menunduk dalam.
"Aku hanya ingin dia kembali. Memastikan kalau dia baik-baik saja," ujar Stefan pelan hampir tak terdengar.
Matanya berkaca-kaca. Ia pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan basecamp. Sedetik kemudian Gio pun pergi. Menghilang. Tak lama kemudian Kimmy dan Kevin pun pergi meninggalkan Arian sendirian. Arian berjalan ke arah meja kerjanya. Lalu mengambil selembar foto disana. Sebuah foto yang menunjukkan kebersamaan lima anak berseragam putih abu-abu. Ia menatap dalam ke arah foto itu. Lalu tersenyum getir.
"Kalau seperti itu, aku pasti tidak akan membiarkan mereka mati sia-sia," ujar Arian pelan.
= * =
Lagi-lagi Yuki harus berlari karena dikejar orang suruhan Cathy. Sepertinya orang itu tidak mudah menyerah. Begitu juga dengan Yuki. Ia juga tidak mau menyerah begitu saja. Ia terus berlari menghindar dari orang itu. Berlari tanpa henti membuat Yuki lelah. Apalagi ia baru kembali dalam kondisi baik. Yuki berhenti dan sembunyi dibalik sebuah pohon. Dengan napas yang terengah-engah ia harus memastikan kalau dirinya dalam keadaan aman.
Ssreekk... Terdengar langkah kaki dari arah belakang Yuki. Tubuh Yuki menegang. Tubuhnya seketika terasa kaku untuk digerakkannya. Hmmppff... Sebuah tangan berhasil membekap mulutnya. Lalu dengan paksa pemilik tangan itu menarik tubuh Yuki ke belakang.
"Stefan...tolongin gue..." pekik batin Yuki.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasyMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers