Part 9

1.4K 150 0
                                    

Yuki dan lainnya tiba di Sekretariat. Arian tampak berdiri didekat meja kerjanya.

"Gue pikir perlu ada latihan dulu sebelum terjun langsung ke lapangan." ujar Stefan menatap Arian dingin. Yuki melirik Stefan. Ia dapat merasakan tangan Stefan masih menggenggamnya.

"Memangnya ada apa?" tanya Arian seraya berjalan mendekati mereka berlima.

"Gadis bodoh ini hampir saja terluka karena kecerobohannya." ujar Stefan tajam.

Yuki mendelik Stefan kesal. Ia segera melepaskan genggaman tangan Stefan. Lalu berjalan mundur menjauh dari Stefan dan duduk di sofa.

"Bukankah ini memang latihan?" ujar Kevin. Stefan menatap Kevin. Lalu memandang Kimmy dan Gio secara bergantian. Keduanya mengangguk serempak.

"Kamu menganggap ini terlalu serius, Stefan." ujar Arian pelan.

Stefan terdiam. Raut wajahnya yang dingin kini berubah bersemu merah karena menahan malu. Yuki tersenyum kecil lalu ia kembali cemberut saat mengingat ucapan Stefan yang mengatainya gadis bodoh.

"Gue pikir bukan hanya gue yang bodoh disini," ujar Yuki sambil menatap Stefan geli.

Stefan menatap Yuki tajam. Yuki membalasnya dengan senyuman manis yang terbentuk dibibirnya. Itu membuat Arian dan lainnya tertawa geli. Yuki melirik jam di pergelangan tangannya.

"Kayaknya gue harus pulang sekarang," ujar Yuki seraya berdiri lalu berjalan menuju pintu.

Namun sebelum sampai didepan pintu, Yuki berdiri didepan Stefan, menatapnya lekat sambil tersenyum kecil. Rasa deg-degan yang dirasakan Yuki setiap kali melihat Stefan semakin besar saat Stefan balas menatapnya lekat.

"Makasih ya, udah nolongin gue tadi." ujar Yuki sambil tersenyum. Ia berusaha menyembunyikan rasa groginya. Kemudian Yuki pun pergi berlalu.

"Gadis itu penuh kejutan. Kayaknya gue bakalan jatuh cinta sama dia," ujar Gio lalu menghilang. Kimmy mengambil tasnya lalu menatap Kevin.

"Lo mau kan nemenin gue ke lokasi," tanya Kimmy. Kevin mengangguk lalu berjalan mendekati Kimmy. Keduanya pun pergi meninggalkan Arian dan Stefan. Arian menatap Stefan lekat, lalu tersenyum kecil.

"Dia bukan gadis bodoh, Stefan." ujar Arian pelan. Stefan mendengus kesal. Lalu ia beranjak dan pergi.

= * =

Yuki mengendarai mobilnya dijalanan yang lumayan sepi. Ini sudah cukup terlalu malam untuk ia pulang sendiri. Yuki sesekali melihat ke kiri-kanan jalan, memastikan keadaan baik-baik saja sampai akhirnya sebuah mobil jeep hitam mencegat jalannya. Yuki mengerem mobilnya mendadak. Ia melihat beberapa orang berbaju hitam turun dari jeep dan berjalan ke arah mobilnya. Dengan segera Yuki mengunci pintu mobilnya. Seseorang menggedor kaca mobil Yuki. Yuki tercekat kaget. Ia dapat mendengar teriakan orang itu untuk memintanya keluar dari mobil. Orang itu terus menggedor. Yuki berteriak ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Seseorang datang lagi, kali ini membawa sebuah pemukul kayu ditangannya. Orang itu mengayunkan pemukul kayu itu ke arah kaca mobil Yuki.

"Aaakkhh!!!" pekik Yuki.

Dadanya terlihat naik-turun mengatur napas. Tubuhnya bergetar hebat. Matanya menatap nanar pemandangan yang ada didepan. Sekali lagi pemukul kayu itu mendarat dikaca mobil Yuki. Kali ini pemukul kayu itu berhasil memecahkan kaca mobilnya. Yuki menutupi wajahnya dengan kedua lengannya. Pecahan kaca itu berhasil mengenai lengan Yuki. Pecahan kaca itu menempel dan membuat lengannya berdarah. Yuki menahan napas sejenak. Sebelum ia membuka matanya, ia mendengar terjadi keributan di luar.

Bug! Terdengar suara pukulan keras dari luar. Yuki membuka matanya perlahan, ia dapat melihat jelas diluar sana ada seseorang yang sedang berkelahi dengan orang-orang berbaju hitam itu. Mata Yuki membulat saat melihat siapa seseorang itu. Stefan. Dia berusaha mengalahkan orang-orang berbaju hitam itu sendiri. Butuh waktu cukup lama untuk Stefan membuat orang-orang itu terbaring kalah.

"Ampun! Ampun! Kami hanya dibayar untuk menghabisi gadis itu," ujar salah satu dari mereka seraya menunjuk ke arah Yuki.

"Siapa?" tanya Stefan tajam.

Mereka menggeleng serempak. Stefan menarik kerah baju salah satu dari mereka dan bersiap melayangkan kepalan tangannya.Yuki keluar dari mobil, ia ingin mengetahui siapa orang yang berniat akan membunuhnya.

"Nyonya Cathy." jawab orang itu pelan.

Yuki tercengang mendengar nama yang disebutkan orang itu. Stefan tetap melayangkan kepalan tangannya ke wajah orang itu. Ia berjalan mendekati Yuki. Memeriksa kondisi Yuki.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Stefan. Yuki diam.

Tubuhnya masih gemetar ketakutan. Perlahan Stefan menarik tubuh Yuki, lalu memeluknya erat. Stefan dapat merasakan detak jantung Yuki yang berdegup lebih cepat. Yuki merasakan ketenangan disana. Pelukan Stefan yang erat membuatnya merasa aman. Banyak pikiran yang berkecamuk diotaknya. Bagaimana bisa Stefan ada disini, disaat ia sangat membutuhkan pertolongan. Kenapa Stefan sangat berbeda sekarang. Begitu hangat dan menenangkan.

"Gue akan telepon polisi supaya mereka segera dibereskan," ujar Stefan sambil mengusap lembut punggung Yuki. Yuki semakin mengeratkan pelukannya pada Stefan. Stefan mengiring Yuki masuk ke mobil. Ia menatap lengan Yuki yang berdarah.

"Ini ngga masalah," ujar Yuki pelan. Stefan menatapnya tajam.

"Kenapa lo selalu menganggap semuanya biasa aja,"ujar Stefan. Yuki hanya diam. Ia menatap beberapa pecahan kaca yang menempeli kulit lengannya. Ia sedikit terkejut melihatnya.

"Kenapa lo bisa ada disini?" tanya Yuki pelan. Stefan menatap Yuki lekat.

"Hanya kebetulan lewat." jawab Stefan tetap dengan pandangan dinginnya. Yuki meringis pelan merasakan sakit lengannya.

continue...

Back in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang