Part 17

1.2K 138 0
                                    

Yuki terbangun tengah malam. Ia merasa sangat haus. Ia mengerjapkan matanya berulangkali sambil melihat sekitar. Ia baru menyadari kalau saat ini ia berada di kamar Stefan. Ia tampak berpikir sejenak, bukankah ia tadi berada di ruang tengah. Yuki menepuk dahinya pelan. Ia yakin, pasti Stefan yang membawanya ke kamar. Tak lama kemudian ia tersenyum kecil. Ia teringat dengan kejadian semalam. Stefan begitu lembut, begitu perhatian padanya. Yuki beranjak dari berbaringnya.

Langkahnya terhenti saat melihat sebuah bingkai foto yang ada di atas meja belajar Stefan. Foto kedua orang tua Yuki terbingkai rapi disana. Yuki terhenyak. Matanya mulai berembun. Ia mengambil foto tersebut, mengusapnya lembut. Yuki tersenyum tipis, ia tahu siapa yang melakukan ini. Pasti Stefan yang membingkai foto kedua orangtuanya selagi ia tidur. Yuki mendekap erat bingkai fotonya. Ia pun segera keluar kamar dan menuju dapur untuk mencari air minum. Yuki meneguk air putih yang dituangnya ke dalam gelas. Yuki duduk sebentar di dekat meja makan. Ia berusaha mengingat wajah kedua orangtuanya tanpa melihat foto mereka. Ia mengerang pelan. Begitu sulit. Ia tidak bisa mengingatnya.

Yuki terdiam sejenak, lalu perlahan ia memutar otaknya untuk mengingat kejadian 10 tahun yang lalu. Yuki memejamkan matanya agar memudahkan ia berkonsentrasi mengingat semuanya. Dengan cepat Yuki membuka matanya. Ia merasa frustasi karena tidak bisa mengingatnya. Tapi ia terkejut saat melihat sekelilingnya.

Dimana ia berada sekarang? Tempat ini, bukan dapur di rumah Stefan. Yuki mengedarkan pandangannya. Ia tidak tahu dimana ia sekarang. Sebuah komplek perumahan elite. Terlihat jelas dari deretan rumah mewah yang berjejer. Yuki merasa pernah kemari, tapi kapan. Dari kejauhan Yuki melihat sebuah mobil memasuki halaman sebuah rumah. Ia berjalan pelan mendekati rumah itu. Ia mengintip lewat celah jeruji pagar. Terlihat dua orang keluar dari mobil.

Seorang lelaki dan wanita yang terlihat tampan dan anggun. Di samping rumah ada sebuah taman, disana ada seorang anak kecil perempuan sedang bermain dengan bonekanya. Yuki mempertajam penglihatannya. Anak kecil perempuan itu, sepertinya ia mengenali anak kecil itu. Tapi siapa? Mata Yuki membulat sempurna. Refleks ia menutup mulutnya karena takut akan berteriak.

"Ngga mungkin!!!" pekik Yuki tertahan.

Tiba-tiba ia merasa merinding ditubuhnya. Matanya nanar memandang tidak percaya. Anak perempuan kecil itu, Yuki mengenalnya, bahkan dengan sangat baik. Karena anak kecil itu adalah dirinya saat kecil. Yuki menggeleng tidak percaya. Lalu ia memandang ke arah dua orang tadi. Yuki menahan napasnya sejenak. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Sayang..." panggil lelaki itu lembut. Yuki kecil menoleh.

"Papa..." lirih Yuki.

Lelaki itu memeluk Yuki kecil. Kemudian mencium kedua pipinya. Yuki tidak bisa menahan tangisnya. Mati-matian ia menahan suara tangisnya agar ia tidak ketahuan.

"Mama..." lirih Yuki.

Wanita mendekati Yuki kecil dan mengecup keningnya lembut. Mereka bertiga kemudian masuk bersama ke dalam rumah. Yuki memegang erat jejuri pagar didepannya. Ia tidak tahan ingin berlari dan memeluk kedua orangtuanya.

"Papa... Mama..." pekik Yuki tertahan sambil menangis.

Yuki menangis sesunggukan didepan rumahnya. Ia ingat sekarang, ia berada dimana. Ini rumahnya sendiri. Yuki berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia mengusap pelan kedua pipinya. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kenapa hal ini bisa terjadi?

"Yuki..." panggil seseorang.

Suara seorang lelaki. Yuki menoleh ke belakang. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran orang itu.

continue...

Back in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang