Stefan, Gio, Kevin, dan Kimmy berdiri dihadapan Natasha dan pengawalnya. Stefan menatap tajam ke arah Natasha. Ia semakin mengeratkan tangannya dipergelangan tangan Yuki. Yuki semakin meringis kesakitan.
"Lepasin dia," ujar Stefan dingin.
Natasha tak gentar. Ia semakin mengencangkan pegangannya. Ia tidak peduli dengan tatapan tajam dari Stefan. Perlahan Stefan mendekat. Ia meraih tangan Yuki. Menariknya pelan. Natasha pun tidak mau kalah, ia juga menarik tangan Yuki. Terjadi tarik-menarik antara Natasha dan Stefan.
Aww... Pekik Yuki yang merasa tangannya semakin sakit karena ditarik. Pengawal Natasha mulai mendekat. Gio, Kevin, dan Kimmy sudah bersiap akan sesuatu yang terjadi selanjutnya. Yuki menginjak kaki Natasha. Aww... Pekik gadis itu seraya melepaskan pegangan tangannya. Yuki pun terlepas. Stefan segera menarik Yuki. Napas Yuki terlihat ngos-ngosan. Stefan melihat pergelangan tangan Yuki yang memerah. Yuki meringis menahan sakit.
"Coba dari tadi lo lakuin itu, pasti ngga akan sesakit ini." ujar Stefan dingin sambil meniup lembut luka Yuki.
Yuki tercekat. Ia tidak menyangka Stefan akan perhatian padanya seperti ini. Jantung Yuki lagi-lagi berdetak lebih cepat. Mata Yuki membulat sempurna saat melihat salah satu pengawal Natasha membawa pisau dan mengarahkannya ke Stefan.
"Stefan! Awas..." pekik Yuki seraya menarik tubuh Stefan ke samping.
Akibatnya tangan Yuki yang terkena sabetan pisau. Darah segar mengalir dari lengan kanan Yuki. Melihat itu Stefan terkejut dan menatap tajam ke arah pengawal tersebut. Lalu Stefan mendekati pengawal itu dan menghajarnya sampai babak belur. Pengawal yang lain pun mulai beraksi. Dengan sigap Gio, Kevin, dan Kimmy mengambil tindakan. Mereka masing-masing berkelahi dengan pengawal-pengawal itu. Yuki sempat terkejut, karena orang-orang yang mempunyai keistimewaan ini dapat berkelahi dengan baik, kecuali dirinya. Yuki melihat Nina diseberangnya tampak ketakutan.
"Nina! Lari..." pekik Yuki. Nina memandang ke arah Yuki.
"Ngga! Gimana sama lo..." teriak Nina. Terlihat jelas dari wajahnya kalau ia mengkhawatirkan Yuki.
"Ada mereka. Gue akan baik-baik aja," teriak Yuki.
Nina mengangguk pelan, lalu ia pun berlari cari tempat perlindungan. Ini sudah tidak benar. Natasha benar-benar keterlaluan, ia seolah-olah ingin membunuh Yuki. Natasha memandang perkelahian itu dari samping arena. Ia tidak tahu akan bantuan untuk Yuki. Lalu matanya memandang ke arah Yuki yang berdiri sendirian. Mata Natasha berkeliling mencari sesuatu. Ia menemukan kayu pemukul yang tergeletak di aspal. Kemudian mengambilnya. Ia berjalan mendekati Yuki. Lalu mengayunkan kayu tersebut ke arah Yuki.
Yuki tidak menyadari kehadiran Natasha. Stefan yang melihat itu langsung bertindak. Ia dengan cepat memasukkan Yuki kedalam pelukannya. Bugh... Pemukul itu mendarat sempurna dibagian belakang kepala Stefan. Natasha sempat terkejut karena bukan Yuki yang ia pukul. Yuki mendongakkan kepalanya. Ia kini melihat Stefan tengah melindunginya. Ia manatap nanar wajah Stefan yang terlihat menahan sakit. Mata Yuki mulai berkaca-kaca menahan tangis.
"Lo ngga pa-pa?" tanya Stefan pelan. Yuki menggeleng pelan.
"Lo..." belum sempat Yuki melanjutkan kalimatnya,
Stefan sudah meraih tangannya dan mengajaknya pergi dari tempat itu. Gio dan lainnya masih berkelahi. Namun lama kelamaan pengawal-pengawal itu kalah. Natasha pun kabur, ia tidak ingin berurusan dengan orang-orang yang membantu Yuki. Gio, Kevin, dan Kimmy saling mendekat. Lalu mereka berpegangan tangan. Sedetik kemudian mereka menghilang.
Di tempat lain, Nina masih berlari. Aww... emphh... Pekik Nina tertahan. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dan membekap mulutnya. Nina berusaha meronta melepaskan diri.
"Ssstt...Tenang...Tenang..." Nina sedikit menjadi tenang melihat orang yang sudah membekapnya. Seorang lelaki. Ia tersenyum ke arah Nina. Nina menatap lelaki itu tajam.
"Gue Max. Temen Yuki. Lo aman sama gue," ujar Max. Nina sempat terkejut mendengar Max yang mengaku sebagai teman Yuki. Setahunya, Yuki hanya memiliki satu teman, yaitu dirinya. Max tersenyum.
"Kenapa lo bisa ada disini?" tanya Nina pelan.
"Gue tadi ngga sengaja ngeliat perkelahian itu. Trus gue denger Yuki nyuruh lo lari," jelas Max.
Kini Nina sedikit percaya dengan ucapan Max. Max pun membawa Nina pergi untuk menemui Yuki. Di dalam mobil, Yuki tidak henti-hentinya menangis. Ia menatap sedih Stefan yang terluka karena melindunginya.
"Daripada lo nangis keras kayak gitu, lebih baik lo tekan luka dikepala gue. Gue kesulitan nyetir dengan satu tangan kayak gini," ujar Stefan yang sedang menyetir dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya menekan luka dikepalanya.
Yuki menyentuh luka dikepala Stefan dan menekannya.Terasa basah disana, pasti itu darah. Stefan melepaskan tangannya lalu memegang kemudi. Yuki dapat melihat darah disana. Ia pun dengan hati-hati menekan luka Stefan tanpa menghiraukan luka yang ada ditangannya. Darah terus mengalir dari tangan Yuki. Stefan melihat sekilas tangan Yuki, lalu memandang Yuki. Yuki sibuk menekan luka Stefan.
"Tangan lo itu ngga pa-pa?" tanya Stefan dingin. Yuki melihat lukanya sekilas.
"Yang pasti sakitnya ngga sebanding dengan luka yang lo rasain,"ujar Yuki. Stefan kembali fokus menyetir. Yuki menatap Stefan lekat.
"Makasih udah nyelamatin gue, dua kali bahkan,"ujar Yuki pelan. Stefan mengangguk pelan. Yuki menarik napas pelan.
"Kenapa? Kenapa lo rela terluka demi gue?"tanya Yuki pelan.
"Karena gue ngga mau ngeliat lo kesakitan,"ujar Stefan dingin. Yuki tercengang.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasíaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers