Yuki masih kepikiran dengan perkataan Gio tentang Arian. Jadi seharian ini ia mengikuti kemana pun Arian pergi. Saat akan memasuki kelasnya, sesuatu terjatuh dari salah satu buku yang ia bawa. Mata Yuki menyipit menyelidiki. Ia pun mendekati sesuatu yang jatuh itu. Ia sedikit bingung melihat selembar foto tergeletak di lantai. Yuki mengambilnya lalu tersenyum saat melihat foto beberapa anak berseragam putih abu-abu. Sepertinya itu foto waktu Arian masih SMA. Namun mata Yuki membulat sempurna saat menyadari siapa saja yang ada didalam foto tersebut.
"Ini kan..." Yuki mematung. Tubuhnya membeku seketika. Kaki dan tangannya terasa sulit ia gerakan.
= * =
Gio, Kimmy, dan Kevin sedang berada di basecamp. Braaakk... Pintu tiba-tiba terbuka. Gio tersedak saat ia minum karena terkejut mendengar suara keras tersebut. Di depan pintu, Yuki tampak berdiri dan ia terlihat ngos-ngosan. Sepertinya ia habis berlari.
"Lo ngagetin gue aja, Ki." ujar Gio sambil mengelap mulutnya dengan tangan.
"Ada apa sih, Ki?" tanya Kimmy sambil memainkan tabletnya. Yuki berjalan ke arah mereka. Kemudian duduk dan menatap wajah temannya satu per satu.
"Kalian harus lihat ini..." ujar Yuki seraya meletakkan selembar foto ke atas meja.
Gio, Kevin, dan Kimmy memperhatikan foto itu bersama. Kening Kevin tampak berkerut. Lalu ia tertawa geli melihat salah satu orang di foto tersebut.
"Lo dapat dimana foto ini, Ki. Ini kan foto Om Arian waktu masih SMA. Di rumah kakek gue ada satu seperti ini," ujar Kevin.
"Bukan hanya Om Arian yang ada disana. Tapi ini...bokap gue diantara mereka yang ada di foto ini." ujar Yuki seraya menunjuk satu orang yang ada di foto. Kevin terperangah. Lalu mengikuti arah yang ditunjuk oleh Yuki.
"Ngga mungkin...ini kan foto bokap gue," pekik Kimmy tertahan sambil menunjuk orang yang ada di foto itu berulang kali. Yuki dan Kevin langsung melihat gambar orang yang dimaksud Kimmy.
"Gambar bokap gue juga ada," ujar Gio pelan.
Mereka semua memperhatikan foto itu bersama. Sedetik kemudian mereka saling pandang satu sama lain dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Antara terkejut, syok, bingung, semuanya jadi satu. Gio memperhatikan foto itu lagi.
"Lo dapet dimana foto itu, Ki?" tanya Kevin penasaran.
"Foto itu ngga sengaja jatuh dari buku yang dibawa Om Arian." jawab Yuki.
"Mungkin ngga sih, orang ini adalah bokapnya Stefan," ujar Gio hati-hati seraya menunjukkan satu orang yang berdiri di sebelah Papa Yuki. Kevin menggeleng pelan. Kimmy mengangkat bahunya. Sedangkan Yuki masih memperhatikan foto itu.
"Mungkin aja iya. Itu berarti..." Yuki menatap Gio.
Sepertinya pemikiran mereka sama. Mereka memutuskan untuk menunggu Arian dan mempertanyakan masalah foto ini.
= * =
Hampir 2 jam mereka menunggu Arian selesai mengajar. Kreekk... Pintu basecamp terbuka. Arian masuk dan mendapati keempat mahasiswanya sedang duduk dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
"Hei, ada apa ini? Tidak biasanya kalian berkumpul dalam suasana sepi seperti ini." ujar Arian sambil tertawa pelan. Yuki berdiri dari duduknya lalu memberikan selembar foto pada Arian.
"Bisa Om jelasin tentang foto ini?" tanya Yuki tanpa basa-basi. Arian tampak terkejut melihat foto tersebut.
"Ini...bagaimana bisa ada ditangan kamu?" tanya Arian tanpa menjawab pertanyaan Yuki. Yuki menarik napas.
"Aku ngga sengaja nemuinnya jatuh di lantai. Bisa Om jelasin tentang foto ini?" ulang Yuki. Arian duduk diantara Kevin dan Gio.
"Apa yang harus aku jelaskan?" tanya Arian pelan.
"Om dan Papa saling kenal kan? Ah, tidak hanya Papa, tapi Papa Gio dan Papa Kimmy juga." ujar Yuki. Arian tersenyum kecil.
"Kami memang bersahabat. Aku, Rein, Gino, Rendy, dan William." ujar Arian menyebutkan nama masing-masing orangtua mereka. "William?" ucap Kevin.
"Yah, William. Papa Stefan dan Max." ujar Arian.
Mereka tampak syok mendengarnya. Arian menceritakan tentang persahabatannya dengan orangtua mereka masing-masing. Bahkan cerita cinta segitiga antara Papa Gio dan Papa Stefan yang memperebutkan wanita cantik yang telah menjadi Mama Yuki. Gio memandang Yuki sekilas. Sejenak ia teringat dengan apa yang telah ia lakukan untuk Stefan. Ia telah melepas Yuki untuk Stefan.
"Kalau begitu, apa mereka sama seperti kami?" tanya Yuki. Arian menatap Yuki lekat.
"Yang jelas Papa kamu tidak melakukan hal bodoh seperti yang dilakukan putrinya." ujar Arian. Yuki terhenyak.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasíaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers