Yuki masih tercengang mendengar ucapan Stefan. Lelaki itu mengatakan ia tidak ingin melihat Yuki terluka. Apa benar Stefan menyukainya? Atau hanya sekedar ingin menolong? Entahlah. Tapi yang jelas, kalimat itu berhasil membuat jantung Yuki berdebar semakin kencang. Stefan melirik Yuki sekilas, ia melihat Yuki dengan senyum manisnya. Stefan tersenyum kecil melihatnya. Tiba-tiba terdengar deringan ponsel dari dalam tas Yuki. Yuki mengambilnya dan melihat nama Nina tertera dilayar ponselnya.
"Nina, lo ngga pa-pa kan?" tanya Yuki cepat.
"Harusnya gue yang nanya, lo baik-baik aja kan?" tanya Nina terdengar khawatir.
"Iya, gue baik-baik aja kok." ujar Yuki kemudian.
"Lo dimana sekarang?" tanya Nina. Yuki memandang Stefan.
"Kita mau kemana?" tanya Yuki pada Stefan.
"Rumah Gio." jawab Stefan pendek.
"Lagi perjalanan ke rumah Gio," ujar Yuki. Nina terdiam sebentar.
"Oke. Gue sama Max segera ke sana," ujar Nina kemudian.
Klik. Nina memutuskan teleponnya cepat. Yuki mendengus kesal. Padahal ia ingin bertanya kenapa Nina bisa bersama Max. Mobil Stefan tiba di pekarangan rumah Gio. Disana ada Gio, Kimmy,dan Kevin sedang berdiri di depan pintu.
"Gue bilang juga apa, dia pasti kesini." ujar Gio.
Kimmy hanya tersenyum kecil. Awalnya Kimmy tidak yakin Stefan akan datang, tapi Gio dengan sangat yakin mengatakan Stefan pasti akan datang ke rumahnya. Benar saja, sekarang Stefan dan Yuki keluar dari mobil. Yuki berusaha mengikuti langkah Stefan, karena ia masih menekan luka Stefan. Gio dan lainnya tampak terkejut.
"Lo ngga pa-pa?" tanya Kevin.
"Hanya luka kecil," ujar Stefan.
"Cepat masuk, gue akan ambilin obat buat lo." ujar Gio.
Mereka semua masuk mengikuti Gio. Kimmy pun membantu Stefan membersihkan lukanya. Sedangkan Yuki, ia dibantu oleh Gio. Dengan cekatan Kimmy membersihkan luka Stefan. Aww... Pekik Yuki tertahan. Ia meringis menahan perih ditangannya.
"Kenapa? Sakit ya?" tanya Gio terlihat khawatir.
"Sedikit perih," jawab Yuki.
Gio meniup lembut luka Yuki yang ia bersihkan dengan alkohol. Stefan menatap kesal ke arah Yuki dan Gio. Ia tidak melepas pandangannya sedikit pun. Kimmy yang melihat itu hanya tersenyum kecil.
"Cemburu?" tanya Kimmy pelan. Stefan hanya diam. Kali ini Kimmy tertawa kecil melihat ekspresi wajah Stefan. Semua orang juga tahu kalau wajah kesal itu adalah ekspresi cemburu. Gio dengan perlahan membalut luka Yuki. Lalu ia tersenyum.
"Selesai," ujarnya senang.
"Makasih ya," ujar Yuki seraya tersenyum. Gio mengangguk.
"Stefan..." pekik seorang gadis yang berseragam putih abu-abu. Semua mata memandang ke arah sumber suara. Stefan tampak terkejut. Ia menghela napas panjang. Stefan menatap ke arah Gio.
"Dia ngga sekolah?" tanya Stefan yang terdengar seperti gumaman. Gio mengangkat bahunya pelan. Gadis itu berlari ke arah Stefan dan duduk di samping Stefan.
"Stef, kamu kenapa? Apa yang sakit, sini biar aku obatin." ujar gadis itu sambil menyentuh dahi Stefan. Stefan terlihat risih.
"Nasya, cukup. Gue baik-baik aja," ujar Stefan agak kesal.
Nasya tidak peduli. Ia malah menggelayut manja dilengan Stefan. Yuki menatap kesal ke arah Nasya. Yuki membuang pandangannya keluar. Ia tidak tahan melihat aksi centil gadis itu. Memangnya siapa gadis itu, kenapa dia bersikap seolah-olah Stefan adalah miliknya.
"Namanya Nasya Lyer. Dia adik gue," ujar Gio seolah mengerti maksud pandangan Yuki. Yuki sedikit terkejut mendengarnya. Tak lama kemudian, Nina dan Max datang. Nina langsung berlari ke arah Yuki dan memeluknya erat.
"Sweety, lo ngga pa-pa kan? Ini kenapa?" tanya Nina panik.
"Hanya luka kecil." jawab Yuki.
"Ada yang bisa jelasin apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kevin yang tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi.
"Ini masalah Yuki," ujar Max kemudian.
Semua mata memandang Max. Max pun menceritakan kejadian yang dialami Yuki semalam. Makanya sekarang Yuki tinggal dirumah mereka untuk sementara waktu. Max ternyata menceritakan sedetail-detailnya agar orang-orang disana tidak bertanya lagi.
"Semalam gue juga dapat tontonan gratis dari..."
Max menggantung kalimatnya, lalu menatap jahil ke arah Stefan dan Yuki. Tiba-tiba wajah mereka berdua merona merah. Stefan berdehem kecil. Itu membuat Max tertawa geli. Yuki menatap memelas ke arah Max. Hahaha... Kali ini Max tidak bisa menahan tawanya.
"Ada apa sih?" tanya Nasya.
"Anak kecil ngga boleh tahu," jawab Max sekenanya. Nasya mendengus kesal. Nasya terus menggelayut manja, Stefan benar-benar risih dibuatnya. Ia sudah tahan. Ia melepas paksa tangan Nasya dari lengannya dan langsung berdiri.
"Stef, kamu mau kemana?" tanya Nasya cepat.
"Gue mau pulang. Gue butuh istirahat." ujar Stefan seraya berjalan mendekati Yuki. Ia kemudian menarik tangan Yuki. Yuki terpaksa berdiri.
"Ayo, kita pulang." ujar Stefan dingin. Yuki menatap Nina.
"Max, ntar lo anterin Nina pulang," ujar Stefan.
Ia pun segera keluar dengan diikuti Yuki yang berjalan dibelakangnya. Stefan masih menggenggam erat tangan Yuki. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan segera pergi. Suasana hening. Yuki melirik Stefan sekilas.
"Kayaknya dia suka banget sama lo," ujar Yuki pelan. Stefan menoleh sebentar.
"Dia cuma anak kecil yang manja," ujar Stefan dingin. Yuki terdiam.
Stefan melirik jahil ke arah Yuki. Aww... Stefan meringis pelan. Kontan Yuki menoleh padanya, wajah Yuki terlihat sangat khawatir melihat Stefan.
"Kenapa? Kepala lo sakit?" tanya Yuki panik.
Stefan tersenyum kecil. Ia berhasil membuat Yuki khawatir terhadapnya.. Yuki menaikkan sebelah alisnya. Bingung melihat Stefan tersenyum.
continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasiaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers