Part 20

1.3K 145 0
                                    

Seorang lelaki bertubuh tinggi putih berjalan keluar dari bandara. Beberapa orang berjas hitam sudah menunggu di luar. Lelaki itu memberikan koper yang dibawanya.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya lelaki itu.

"Semua baik-baik saja, Pak. Kecuali..." ujar seorang pria paruh baya tertunduk.

"Kecuali apa?" tanya lelaki itu lagi. Pria itu menatapnya dengan takut-takut.

"Kecuali nona muda. Beberapa hari ini ia tidak pulang ke rumah. Tapi, Pak Indra tenang saja, saya sudah kirim beberapa orang untuk mengawasi nona muda." ujar pria itu pelan. Indra hanya menggangguk pelan.

"Terima kasih," ujar Indra kemudian masuk kedalam mobil. Mobil melaju menuju kediaman keluarga Rein. Hari ini Indra, Om Yuki pulang dari Amerika. Ia cepat datang karena permintaan Yuki waktu itu.

= * =

Braaakk... Gio muncul tiba-tiba dan menabrak salah satu meja. Semua orang kaget melihat kedatangan Gio yang mendadak. Di sudut ruangan, Yuki berdiri memandangi orang-orang yang melihat Gio. Di dekat jendela, Stefan, Kevin, dan Kimmy saling berpandangan. Mereka pun segera berdiri dan berlari ke arah Gio. Yuki pun berlari menuju Gio. Stefan menatap Yuki dan Gio tajam. Yuki hanya menunduk.

"Akhh...selalu kayak gini," keluh Gio seraya berdiri.

"Lo ngga pa-pa, Gi?" tanya Kimmy. Gio mengangguk.

"Gue ngga pa-pa," ujar Gio sambil tersenyum kecil.

Stefan berjalan ke arah Gio dan langsung menarik kerah baju Gio. Satu pukulan tepat mendarat di pipi kanan Gio. Yuki tercengang. Matanya nanar menatap keduanya.

"Jangan pernah bawa dia lagi," desis Stefan. Gio hanya menatap Stefan. Tanpa melakukan perlawanan sedikit pun. Ia melirik Yuki sekilas. Gadis itu terlihat ketakutan.

"Lepasin gue. Lo udah bikin dia takut," ujar Gio pelan.

Stefan melihat Yuki sekilas. Memang terlihat jelas Yuki ketakutan. Perlahan Stefan mulai melepaskan tangannya. Ia pun berjalan ke arah Yuki yang berdiri mematung. Stefan memegang tangan Yuki dan menarik gadis itu keluar. Lalu memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.

Di dalam cafe, Gio, Kevin, dan Kimmy tidak bisa berbuat apa-apa. Nasya menatap tajam keluar. Melihat bagaimana Stefan memperlakukan Yuki seolah-olah ia tidak ingin Yuki terluka. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Mobil yang dikemudikan Stefan melaju dengan kencang. Menembus hujan deras. Yuki tidak melepaskan pandangannya dari Stefan. Lelaki itu masih terlihat tenang, namun matanya tidak bisa berbohong. Mata itu penuh amarah yang siap meledak kapan saja.

"Berhenti," ujar Yuki pelan. Stefan menoleh sekilas. Namun ia tidak menghiraukan ucapan Yuki. Ia tetap fokus menyetir.

"Gue bilang berhenti!" pekik Yuki. Lagi-lagi Stefan tidak menghiraukan perkataan Yuki.

"Atau lo mau gue loncat keluar," ujar Yuki kemudian. Ia bersiap memegang knop pintu. Dengan cepat Stefan mengerem sehingga mengeluarkan suara decitan di aspal. Stefan membanting setirnya. Yuki dengan cepat segera keluar.

"Dia pikir, dia siapa, heh?" omel Yuki sambil berjalan di bawah hujan.

"Hei...lo mau kemana?" pekik Stefan.

Yuki terus berjalan. Ia kesal karena Stefan memanggilnya dengan sebutan 'Hei'. Stefan pun berlari mengejar Yuki. Merasa di kejar, Yuki pun berlari. Ia berhenti di sebuah lorong yang lumayan sepi. Yuki mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia berharap ia tidak bertemu dengan Stefan saat ini. Ia merasa Stefan berbeda sekarang. Stefan terlalu bersikap overprotectif padanya.

"Kenapa lo lari?" tanya Stefan yang ngos-ngosan.

Aakkhh...pekik Yuki terkejut karena tiba-tiba Stefan sudah ada dihadapannya. Stefan mulai mendekat. Ia melangkah perlahan mendekati Yuki. Setiap kali Stefan melangkah maju, saat itu juga Yuki melangkah mundur. Tapi kali ini langkah mundurnya terhenti karena tubuhnya sudah menempel ke tembok. Stefan menatap Yuki lekat.

"Lo mau ngapain?" tanya Yuki dengan suaranya yang bergetar karena kedinginan. Stefan semakin mendekat. Dan akhirnya...

Cupp... Sebuah kecupan lembut mendarat dibibir Yuki. Mata Yuki membulat sempurna karena terkejut menerima perlakuan mendadak seperti ini. Cukup lama mereka dalam posisi seperti sekarang. Perlahan Stefan mulai melepaskan ciumannya. Ia menempelkan dahinya ke dahi Yuki. Mengusap lembut pipi Yuki. Bibir Yuki bergetar, menggigil kedinginan.

"Jangan pernah bikin gue khawatir kayak tadi. Lo ngga tahu kan gue hampir mati khawatir karena lo," ujar Stefan pelan.

Yuki tercekat. Apa yang ia dengar saat ini? Apakah Stefan benar-benar khawatir terhadapnya. Tapi tadi sikapnya benar-benar dingin pada Yuki.

"Kenapa sikap lo tadi siang dingin sama gue?" tanya Yuki pelan. Stefan tersenyum kecil.

"Dasar cewek bodoh!" desis Stefan. Yuki kesal dan mendorong tubuh Stefan. Lelaki itu hanya tertawa geli.

"Ayo, masuk mobil." ujar Stefan. Yuki hanya diam. Ia menatap Stefan tajam. Kesal. Marah. Penasaran. Semua rasa itu jadi satu saat ini.

"Lo ngga mau balik ke mobil?" tanya Stefan. Yuki menggeleng kuat. Ia ingin tahu alasan perubahan sikap Stefan padanya hari ini.

"Gue cemburu! Ayo, cepat balik. Lo mau sakit?" ujar Stefan sedikit kesal. Yuki mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Apa benar yang ia dengar sekarang? Stefan cemburu? Yuki tersenyum kecil. Stefan menarik tubuh Yuki ke dalam pelukannya. Yuki memeluk Stefan erat.

"Katakan?" ujar Yuki pelan.

"Apa?" tanya Stefan.

"Kalo lo suka sama gue," ujar Yuki. Stefan tertawa kecil.

"Ngga ah." ujar Stefan. Yuki meninju perut Stefan pelan. Aww...Stefan meringis pelan.

"Dengan ini..."

Cupp... Stefan mencium bibir Yuki singkat.

"Itu udah cukup mewakili kata-kata gue," ujar Stefan sambil tersenyum. Yuki tersenyum malu. Stefan merangkul Yuki dan mengajaknya pergi dari tempat itu. Seseorang berdiri dibalik sebuah pohon. Melihat setiap kejadian yang terjadi. Ia tersenyum tipis namun matanya memandang sedih.

= * =

continue...

Back in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang