"Ehmm...beberapa hari ini gue ngeliat orang tua gue," ujar Yuki pelan seraya melepas pelukannya pada Stefan.
"Apa?" tanya Stefan bingung.
"Gue seperti pergi ke masa lalu," ujar Yuki lagi. Stefan terperangah kaget.
"Masa lalu?" Stefan tersenyum kecil.
"Mungkin lo mimpi. Beberapa hari ini lo selalu ngalamin hal yang mengejutkan," ujar Stefan.
Yuki terdiam. Ia juga pernah berpikiran sama seperti Stefan. Namun kejadian kemarin membuat ia yakin kalau itu bukan mimpi. Yuki memegang tangan Stefan, kemudian ia memejamkan kedua matanya. Lalu memfokuskan pikirannya ke masa lalu. Semenit kemudian Yuki membuka kedua matanya kembali. Ia masih menggenggam tangan Stefan. Yuki memandang Stefan lekat. Stefan tercengang. Ia memandang tidak percaya apa yang ada didepannya. Tempat ini. Halte tadi tiba-tiba berubah menjadi sebuah bangku panjang. Stefan menatap Yuki tak percaya.
"Ini..." Stefan tercekat.
"Gue mikirin 12 tahun yang lalu. Dan ternyata kita disini," ujar Yuki.
= * =
Arian membuka lemari besi yang ada di kamarnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran sedang. Ia pun membukanya dan mengambil isi dari kotak itu. Beberapa lembar foto yang menunjukkan lima orang yang berpose dengan gayanya masing-masing. Seorang gadis diapit oleh empat orang lelaki. Kelimanya memakai seragam putih abu-abu. Arian tersenyum melihat foto-foto itu. Namun mendadak senyum diwajahnya menghilang. Ia gemetaran saat membaca tulisan di balik selembar foto lainnya.
Waktu yang telah lewat tidak bisa kembali...
Begitulah tulisan yang tertulis dibalik foto tersebut. Arian tersenyum miris. Dengan cepat ia mengembalikan lagi kotak itu ke dalam lemari besinya. Lalu ia menekan beberapa angka diponselnya.
"Bisa kita bertemu?" ujar Arian. Ia terdiam sejenak.
"Baiklah, saya segera ke sana." ujar Arian seraya menutup ponselnya. Lalu perg berlalu.
= * =
Yuki dan Stefan memutuskan untuk berjalan-jalan. Suasananya terlihat aneh memang, tapi mereka berusaha menyesuaikan diri. Mereka terus berjalan hingga tanpa sadar mereka sudah berada di depan rumah Yuki. Mereka berdiri di dekat pohon sambil memperhatikan rumah itu.
"Lo yakin mau ketemu sama mereka?" tanya Stefan. Yuki mengangguk tegas. Keduanya pun berniat untuk masuk ke dalam, namun langkah mereka terhenti. Karena ada seorang wanita dan pria yang keluar dari rumah.
"Tante Cathy?" Yuki terlihat kaget saat melihat wanita itu keluar dari dalam.
"Sudah kamu lakukan?" tanya Cathy. Pria yang sedari tadi berdiri dihadapannya hanya mengangguk.
"Semua sudah beres. Sesuai perintah bos, saya sudah memotong rem mobilnya. Mereka tidak akan selamat." ujar pria itu sambil tertawa kecil. Cathy tersenyum lebar mendengar penjelasan anak buahnya itu.
"Mas Rein, maafin aku. Aku akan mengambil semuanya. Haha..." ucap Cathy yang disertai gelak tawanya.
Dari balik pohon, Yuki dan Stefan syok mendengar itu semua. Yuki baru tahu kalau kematian kedua orangtuanya bukan murni karena kecelakaan tapi pembunuhan yang direncanakan. Dan yang merencanakan itu semua adalah adik Papa Yuki, Cathy. Yuki tercekat. Ia berusaha matian menahan isak tangis yang hampir meledak.
Tanpa sengaja Cathy menoleh dan melihat mereka berdua. Mata Cathy membulat sempurna. Ia tiba-tiba merasakan takut karena rencana kejahatannya didengar oleh dua orang asing dari di balik pohon. Yuki dan Stefan terkejut. Mereka pun menyadari kalau Cathy tengah menatapnya tajam. Tanpa aba-aba lagi Stefan langsung menarik tangan Yuki dan segera berlari.
"Kejar mereka...jangan sampai lolos...mereka pasti dengar rencana kita." ujar Cathy.
Pria tadi pun menuruti perintah Cathy untuk mengejar Yuki dan Stefan. Mereka berdua terus berlari dari kejaran anak buah Cathy yang hampir mencapai mereka. Namun tepat di belokan tiba-tiba Yuki dan Stefan menghilang. Hal itu membuat pria suruhan Cathy kaget. Kenapa bisa menghilang?
Kembali ke tahun sekarang. Yuki dan Stefan tampak kelelahan. Napas mereka terengah-engah. Semua mata memandang ke arah mereka dengan tatapan heran. Mereka berusaha menenangkan diri. Yuki mengusap airmatanya pelan.
"Gue harus ngelakuin sesuatu," ujar Yuki tiba-tiba. Stefan langsung menatap Yuki lekat.
"Lo ngga berniat untuk..."
"Iya. Gue akan ngegagalin rencana tante Cathy." ujar Yuki tegas.
"Lo ngga boleh ngelakuin itu," ucap Stefan. Yuki menatap Stefan tajam.
"Kenapa ngga? Mereka mau bunuh orangtua gue. Gara-gara mereka orangtua gue meninggal. Setelah gue tahu, lo pikir gue akan diem aja. Ngga akan!" ujar Yuki dengan suara yang agak meninggi.
Stefan memegang tangan Yuki agar gadis itu bisa sedikit lebih tenang. Ia tahu saat ini Yuki dilanda amarah yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Setelah dirasanya tenang, Stefan menarik napas panjang. Ia memandang lurus ke depan.
"Masa lalu akan menentukan masa depan, Ki. Kalo lo ngubah kejadian di masa itu, otomatis kehidupan di masa sekarang akan berubah." ujar Stefan pelan. Yuki tercekat. Ia tidak memikirkannya sampai ke sana.
"Terus apa yang harus gue lakuin. Gue tahu orangtua gue dibunuh. Dan pembunuhnya adalah tante Cathy. Lo mau gue diem aja, hah?" tanya Yuki dengan suara bergetar. Stefan hanya diam. Ia menarik tubuh Yuki ke dalam pelukannya. Berusaha memberi ketenangan pada gadisnya.
"Kita cari bukti untuk kejahatan yang udah dia lakuin," ujar Stefan. Ia mulai memikirkan bagaimana memberitahukan ini pada teman-temannya yang lain.
= * =
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasíaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers