Bimo mengantarkan Rani pulang ke rumah Lala. Karena ia masih tinggal disana masih menabung untuk membeli rumah impiannya, katanya.
"I love you," ujar Rani.
"I love you too." Bimo sudah bersiap untuk dipeluk oleh Rani dan gadis itu langsung memeluknya tanpa basa-basi.
"Aku tahu kamu cinta sama aku, Ran."
"Percaya diri banget, dih."
"Tapi, aku lebih mencintai kamu lebih dari kamu mencintai aku," jelas Bimo lalu keduanya tersenyum dan semakin erat pelukkannya.
"Yaudah pulang gih," Rani melepaskan pelukkannya dan menyuruh Bimo pulang, cowok itu mengangguk lalu mengacak-acak rambut Rani.
Ketika sudah berada diatas motor dan memakai helm lalu menyalakan mesinnya, ia melambaikan tangan padanya.
"Hati-hati..." teriak Rani ketika ia ingin masuk ke dalam tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkannya.
"Aku tidak akan berhenti mencintaimu hanya karena kamu telah dengannya," mendengar suara itu Rani langsung menoleh karena ia rasa ia mengenalnya.
"Maksudku, sekeras apapun aku berharap agar masuk ke dalam hati dan duniamu tidak akan pernah bisa. Jadi, biarkan hati ini tetap menaruh rasa hingga aku benar-benar mendapatkan pengganti," tambah Rey dengan senyuman yang pura-pura tegar padahal aslinya sangat rapuh.
"Maaf jika aku tidak bisa membalas perasaanmu," jawab Rani dengan perlahan.
"Gak perlu meminta maaf, aku yang terlalu egois,"
"Tetapi, kita jangan sampai jadi 'canggung' hanya karena hal ini." ucap Rani dan Rey mengangguk lalu tersenyum.
"Boleh aku peluk kamu untuk terakhir kalinya?" Rani mengangguk lalu Rey langsung memeluknya.
"Yaudah, aku balik dulu. Makasih atas waktunya," kata Rey lalu ia pergi meninggalkan Rani dengan perasaan yang masih sedikit sakit. Tentu saja, yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan. Terlebih lagi, orang itu setiap hari bertemu dengan kita.
Rani memandang Rey yang semakin jauh hingga sudah tak terlihat ia terdiam melamun ia takut ucapannya tadi akan menyakiti perasaan cowok itu. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya memang sudah terisi oleh orang lain.
***
Bimo mengirim pesan pada Rani untuk mengajak ketemuan di perpustakaan sekalian baca bareng.
Aku tunggu di perpus.
Membaca pesan itu, Rani senyum-senyum sendiri lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" tanya Ikke.
"Ke perpustakaan, dadah."
Lala dan Ikke mengangguk seraya membalas lambaian tangan gadis itu lalu mereka melanjutkan menyantap makanan yang dipesan.
Disepanjang perjalanan Rani tak berhenti tersenyum, entah mengapa suasana hatinya sekarang sangat senang. Lalu ketika ia mulai memasuki perpustakaan ia mencari-cari buku yang akan dibaca sekaligus mencari keberadaan Bimo dimana.
Karena rak bukunya terlalu tinggi dan Rani ingin membaca buku tersebut ia harus berjinjit, tapi tetap saja, tangannya belum sampai karena tubuhnya tidak tetlalu tinggi. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang mengambilkan buku itu. Rani menoleh, ternyata orang itu adalah Bimo. Mereka berdua saling tatap lalu setelahnya tersenyum, malu.
"Makasih, hehe."
"Jangan keseringan natap dan terlalu deket di sekolah, entar orang lain nyangkanya kita pacaran," kata Bimo.
Sampe lupa, kalau kita emang belum pacaran. Batin Rani.
"Becanda, jangan melamun aja, hey."
Rani terpecahkan dari lamunannya lalu ia berjalan lebih dulu. Ketika mendengar alarm pemberitahuan ada kebakaran Bimo langsung menggenggam tangan Rani dan membawanya pergi dari ruangan itu. Semua murid-murid pun heboh, berlarian kesana-kemati karena merasa takut.
Lala dan Ikke berlari namun, di jalan Ikke tak sengaja menubruk seseorang, yaitu Rey. Ia yang tabrak, tapi ia juga yang merasa kesakitan karena terjatuh. Rey mengulurkan tangannya pada Ikke, berniat untuk membantu. Lala yang melihat itu hanya bisa tersenyum lalu pelan-pelan ia mulai kabur membiarkan mereka berdua. Selang bebetapa detik akhirnya Ikke menerima uluran tangan tersebut.
"Makasih, Rey."
"Sama-sama. Maaf ya, jadi jatoh." jawab Rey seraya meminta maaf.
"Eh enggak kok, kan gue yang nabrak. Jadi, gue yang minta maaf. Ada yang lecet, sakit enggak?"
"Lecet apanya? Orang yang jatoh lo..." kata Rey sedangkan Ikke tersenyum kikuk.
"Tenang anak-anak, itu alarmnya enggak sengaja kepencet. Jadi, jangan panik. Gak ada kebaran, kok." teriak Pak Yanto. Mendengar penjelasan dari Pak Yanto semua murid menghembuskan napas, merasa lega. Mereka semua kembali ke kelas masing-masing.
Tak sadar, Bimo dan Rani masih saling berpegangan tangan hingga saat ini. Diam-diam Kevin memerhatikan seraya senyum-senyum sendiri.
"Wih ada yang udah balik lagi nih ingatannya. Asal lo tahu ya, Ran, si Bimo sampe galau berminggu-minggu karena lo nganggep Rey itu pacar lo dan lo terus mengabaikan Bimo." Goda Kevin lalu Bimo menempelengnya.
"Terlalu jujur itu enggak baik, bikin malu aja." desis Bimo.
instagram : deiviraelzikra
![](https://img.wattpad.com/cover/241649229-288-k343419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Teen Fiction"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...