Ayo dong kencengin komen sama votenya hehe.
***
Rifal-Ayah Bimo kembali ke Indonesia bersama Farhan-Ayah Ajeng. Ketika sampai di bandara, ia langsung menuju ke rumahnya dan ia pun belum memberi tahu orang rumah jika ia akan kembali.
Ketika sampai di rumahnya, ia langsung tergesa-gesa masuk ke dalam rumah dan berteriak penuh emosi.
Vio terkejut dengan teriakkan itu ia mendekati suara yang ia rasa kenal.
"Papa? Kok pulang nggak hubungi Bunda dulu?" tanya Vio pada Rifal.
"Bimo mana?!" sahutnya dengan wajah yang semakin kesal dan ia terus berjalan mencari Bimo.
"Pa, papa? Papa kenapa?" tanya Vio sembari mengejar suaminya itu.
Rifal mencari Bimo kesana kemari hingga akhirnya ia menemuinya.
Bimo yang sedang makan bersama Lisa langsung diseret ke ruangan yang isinya penuh dengan benda tajam intinya semua alat yang bisa membunuh seseorang.
Lisa yang melihat itu langsung ketakutan karena ia tahu jika Ayahnya itu ketika marah akan melakukan hal apapun meski itu bisa menyakiti.
"Bang Bimo, semoga Abang gak kenapa-napa." ucapnya dalam hati.
Vio mencoba mengejar keduanya namun anak buah Rifal menahan agar tidak ikut masuk ke dalam.
"Dasar berengsek. Anak gak tahu diuntung!" bentak Rifal sembari menyepret pundak Bimo menggunakan sabuk yang sudah pasti sangat sakit rasanya.
"Saya salah apalagi, saya sudah lakukan apa yang anda mau." ujar Bimo.
"Lakuin yang saya mau? Mana? Ajeng dibuat nangis sama kamu, Bimo!" Rifal melayangkan tamparan pada pipi kanan Bimo.
"Jangan bikin saya bangkrut hanya karena kamu. Belagak berbuat baik sedikit ke dia apa susahnya?" Rifal mengambil sesuatu di lemari yang penuh dengan benda-benda tajam.
"Saya bukan mainan. Jangan ajak saya ke dunia anda yang penuh dengan kegelapan."
"Kalau bukan karena saya anda tidak akan hidup enak, berengsek." Rifal menembakkan peluru dari pistolnya dan nyaris mengenai kepala Bimo.
Setelah itu, Rifal keluar dari ruangan itu dan pergi ke ruang kerjanya dan anak buahnya pun ikut pergi tak membantu Bimo sama sekali.
Bimo tertawa lalu beberapa detik kemudian raut wajahnya kembali datar lalu ia bangkit dan pergi keluar rumah lewat pintu belakang.
Ajeng yang baru datang tepat di depan rumah Bimo melihat cowok itu sedang berjalan kesusahan ia langsung segera menghampiri.
"Bi-Bimo? Are you oke?" tanya Ajeng seraya mengelus pundak Bimo ia terlihat panik dengan keadaan cowok itu sekarang.
Dengan cepat, Bimo langsung menepis tangan Ajeng.
"Lo seneng kan? Karena ini yang lo mau."
"Ma-maksud kamu?" Ajeng mengernyit.
"Gak usah berlagak bego, gue muak sama tingkah laku lo yang sok polos."
Ajeng menghela napas gusar, "aku bener-bener nggak tahu apa pun."
"Gue tahu lo ngadu ke bokap gue. Kenapa sih, selalu bikin drama? Apa nggak capek?" sinis Bimo.
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Lalu wajahnya pun terlihat sedih. Melihat itu Bimo merasa kesal.
"Tuh kan, drama lagi. Males gua." Bimo langsung berjalan menuju motornya, meskipun sebenarnya masih belum kuat mengendarai tapi ia tetap paksa untuk melakukannya.
Ajeng mengepalkan tangannya kuat sembari menggigit bibir bawahnya air matanya pun keluar.
"Semakin susah digapai ya, bund..." teriak Lala dari dalam mobil sembari menjulurkan lidah lalu. Ajeng mengambil sebuah batu dan niatnya tadi ingin melemparkan pada mobil Lala tapi tidak kena karena Lala langsung menancap gas dengan kencang.
INSTAGRAM: deiviraelzikra
VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA DONG HM (?)

KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Novela Juvenil"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...