Bimo memutuskan untuk menghilangkan setresnya dengan pergi ke Warung langganannya. Ia juga benar-benar merasa kesakitan akibat pukulan dari Ayahnya itu.
"Astagfirullah, kunaon ari kamu naha wajahnya babak belur?" tanya si Emak Erna-istri si Babeh Rojali.
(Astagfirullah, kamu kenapa? Kok bisa wajahnya babak belur?)
Bimo tertawa kecil, "biasa."
Emak Erna geleng-geleng kepala lalu menghampiri dia.
"Sok atuh cerita ke Emak,"
(Cerita aja ke Emak)
"Gapapa, Mak. Namanya juga cowok, harus sering-sering berantem biar bugar."
Replek Emak Erna menabok pipi Bimo menggunakan lap. Membuat cowok itu meringgis kesakitan, awh!
"Aduh, maaf! Emak gak sengaja, suer!"
Bimo mengangguk, "gapapa, mak."
"Yaudah, mau Emak obatin?"
"Gak usah, Bimo gapapa."
"Udahlah, Mak. Cowok memang harus merasakan babak belur." sambung si Babeh yang sedang membuat teh hangat.
"Rasain mah ya boleh-boleh aja. Tapi jangan keseringan atuh, Babeh!" jawab Emak Erna.
"Nih minum dulu teh hangat, biar fresh!" ucap Babeh Rojali. Ia membawakan tiga teh hangat satu untuk Bimo, satu untuk Emak Erna dan satunya lagi buat diri sendiri lah.
"Mana pacar kamu teh, nggak kesini gitu?" mendengar pertanyaan dari si Emak membuatnya menyemburkan minuman yang baru saja ingin masuk ke tonggorokan.
Emak dan Babeh tertawa jahil.
"Ciee, sampe keselek gitu. Berarti bener ya, cewek yang kemaren teh pacar kamu." goda si Emak.
"Si Emak ada-ada aja, ah..."
"Udah atu Mak, jangan digodain wae nanti terbang." Lalu mereka bertiga tertawa. Tak lama kemudian Bimo menghubungi Kevin.
Mendapat telfon dari Bimo dan mengatakan keadaannya sekarang Kevin langsung meluncur ke tempat itu.
Ketika sampai Kevin melongo sebentar lalu menghampiri Bimo.
"Lo kenapa? Ribut sama siapa lo gaya bener," tanya Kevin lalu ia meminum teh yang dibuatkan untuk Bimo.
"Itu punya gue, gila."
"Gampang bikin lagi, buruan jelasin kenapa bisa kek gitu?"
"Biasalah."
"Biasalah-biasalah, gue tampol juga lo. Buruan jelasin yang rinci." tampaknya Kevin sudah siap mendengar ucapan Bimo.
"Ya biasa gue dipukulin sama bokap."
"Emang bokap lo udah balik?"
Bimo mengangguk, "gara-gara bikin Ajeng nangis."
Kevin mendengar itu tidak terkejut lagi karena memang sudah tak asing lagi Bimo diperlakukan seperti itu.
"Kan, udahlah jangan bikin si Ajeng nangis lagi. Biar gak tambah ribet masalahnya,"
"Lo gila apa gimana? Gue gak mau dijadiin boneka sama bokap gue. Gue juga pengen bebas kali."
"Gue nginep di rumah lo gimana? Kan lo tinggal sendiri ini, nyokap-bokap lo kan ada di kampung."
Kevin mengangguk, "boleh, asal belanja makanan sama minuman dulu. Sekalian kita party, ajak temen-temen SMP kita dulu coy. Asik tuh kayaknya."
Bimo mengangguk seraya merangkul bahu temannya itu, "gue udah tahu apa yang ada di otak lo, Ngab."
Lalu mereka tertawa dan langsung bermain catur. Biasanya yang menang Bimo sih, tapi gas aja namanya juga permainan ada yang menang dan kalah.
Rani diberi tahu oleh Lala dan Ikke bahwa Bimo habis dipukuli oleh Ayahnya. Mereka sudah tahu sejak jaman SMP kalau Bimo memang sering dipukuli oleh Ayahnya itu.
"Ran, Ran! Lo udah tahu belum kalau Bimo abis dipukulin sama Ayahnya?" ucap Lala dan Ikke lalu mereka duduk disebalahnya.
Rani mengernyit lalu menggeleng, "kenapa, kok bisa?"
"Ya bisa lah! Kayaknya ini tentang Ajeng gitu deh, gak mungkin Ayahnya Bimo bela-belain balik ke Indonesia kalau bukan karena itu."
"Emang masalahnya Ajeng sama Bimo apa?"
Lala menepung keningnya, "kan mereka itu dijodohin."
Mendengar kabar itu Rani langsung menelfon Bimo untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Lala dan Ikke itu benar apa tidak.
Bimo mengangkat telfonnya dan nada suaranya pun terdengar sangat lemah.
"I-iya, Ran. Kenapa?"
"Kamu yang kenapa! Kamu sekarang dimana? Ayo cepet sharelock."
"Panik amat, ada apa sih sayang? Kangen, ya?"
"Gak usah basa-basi ayo kasih tahu kamu lagi dimana."
Bimo langsung masuk ke room chat dia dengan Rani dan mengirimkan keberadaan lokasinya saat ini. Rani membuka pesan itu dan langsung pergi.
"Gue pamit dulu ya, thanks infonya!"
"Eh, ini makanan pesenan lo gimana?" teriak Ikke.
"Udah makan aja buat siapa aja terserah, asal jangan dibuang. Mubazir!" sahutnya.
***
Rani sampai di warung yang biasa Bimo dan Kevin kunjungi, Warung Babeh.
Ketika Bimo dan Kevin asyik bermain catur langsung berhenti karena kehadiran Rani.
"Eh ada si cantik, mau Emak bikinin minuman?"
"Bikinin aja, Mak. Yang seger!" yang menjawab malah Kevin bukan Rani.
"Bim, itu lu-" belum sempat berbicara tuntas malah sudah dipotong oleh Bimo.
"Iya."
"Ayo sini aku obatin, pasti sakit banget," ujar Rani lalu Kevin menyingkir membiarkan Rani duduk disebelah Bimo.
"Kamu datang kesini aja aku udah seneng, Ran, langsung seger."
Rani menahan tawanya, baper ceritanya.
"Lagi kayak gini masih sempet-sempetnya nge-gombal!"
"Siapa yang gombal, sih? Aku gak bisa nge-gombal."
Kevin pura-pura ingin muntah.
HUEKKKK.
"Haruskah si jomblo ini melihat ke-uwuan orang lain?" ucap Kevin seraya mengelus-elus dada. Mereka bertiga tertawa. Tak hanya mereka si Babeh ssma si Emak juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/241649229-288-k343419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Teen Fiction"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...