VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA.
@@@
Tiga hari yang lalu.
Ajeng tampak kesal karena Bimo dan Rani resmi berpacaran. Ia tak mau kalau dirinya kalah saing dengan Rani.
Ajeng mencoret-coret foto Rani menggunakan spidol niatnya agar amarahnya menghilang ternyata tidak bisa. Ia dihantui oleh rasa kecemasan. Semenjak mengenal Bimo dan selalu dicampakkan ia menjadi lebih emosional dan gangguan kecemasan saking cintanya. Hanya karena cinta ditolak seseorang bisa menjadi gila dan kehilangan masa depannya. Itulah mengapa jangan terlalu cinta terhadap sesuatu.
Ketika Ajeng mengirim pesan pada Bimo tidak dibalas bahkan dibaca saja tidak. Ia menelfon pun tak di angkat padahal handphone-nya aktif. Ajeng benar-benar takut kehilangan Bimo. Bagaimana pun cowok itu adalah alasan ia ingin tetap hidup.
Ajeng membuka aplikasi instagram sudah disuguhkan oleh postingan Bimo yang sedang berfoto dengan wanita siapa lagi kalau bukan Rani. Melihat itu Ajeng kepanasan ia langsung membanting ponselnya. Lalu ia memukul-mukul kepalanya ke tembok setelahnya ia melemparkan semua barang-barang yang ada didekatnya. Ia mengambil benda tajam dan menggoreskan di tangan dan kakinya tanpa perasaan takut.
Ibu Ajeng yang melihat dan mendengar itu merasa khawatir dengan kondisi anaknya itu yang semakin hari semakin menggila. Sebagai ibu, tak ada yang mengingingkan anaknya mengidap penyakit apalagi gangguan mental.
"Gimana pun caranya gue harus bisa nyingkirin tuh orang. Atau... Gue bunuh dia aja?" Ajeng berteriak karena kesal sekaligus bingung. Lalu ia mengambil obat di laci dan meminumnya. Itu adalah obat penenang agar ia bisa tenang dan tidak cemas berlebihan. Setelah meminum obat itu ia merebahkan tubuhnya dan tertidur pulas.
***
Bimo dan Rani akan segera menikah mereka berdua sudah menyiapkan semuanya. Memang terlalu tiba-tiba dan yang diundang pun hanya orang-orang terdekat saja. Oh iya, kenapa enggak tunangan dulu? Karena pengen cepet-cepet nikah aja.
Ketika mulai ke acara inti yaitu akad tiba-tiba Ajeng datang dan mengacaukan semuanya.
"Saya nikahkan engkau ananda Bimo Arbani bin Rifal Arbani dengan Arsinta Maharani binti Fahmi (wali), dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan uang satu miliar dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Arsinta Maharani binti Fahmi dibayar tunai."
"Sah?"
"Enggak!" suara itu membuat para tamu undangan menoleh sekaligus terkejut.
"Ajeng?"
"Aku gak setuju pernikahan ini batal!"
"Siapa yang bolehin dia masuk?" tanya Bimo.
"Ma-maaf den, tadi dia maksa."
"Kamu enggak boleh nikah sama dia, cuma aku yang boleh." tegas Ajeng.
"Sakit lo."
Ajeng dipaksa keluar dari acara tersebut agar tidak semakin rumit.
"Lepas. Lepasin! Gue juga bisa sendiri gak usah pegang-pegang." ketus Ajeng lalu ia pergi.
Dan pada akhirnya pun Bimo dan Rani resmi menjadi suami-istri. Mereka tampak bahagia dan semua orang yang diundang juga merasakan bahagia yang sama.
"Selamat, ya!"
"Makasih,"
Bimo dan Rani saling tatap lalu berpelukkan.
"Akhirnya kita nikah, ya."
"Aku senang."
Ajeng mengintip dari kejauhan amarahnya semakin menaik. Bagaimana pun caranya Bimo harus bisa lepas dari Rani.
"Nggak! Nggak mungkin!" teriak Ajeng lalu ia meninggikan suaranya dan terbangun dari mimpi buruknya bagi dia itu adalah mimpi buruk, hehe.
Lalu ia mendapati Bimo yang sedang duduk di sampingnya. Tanpa segan ia langsung memeluk cowok itu dengan erat. Bimo datang kesini karena ditelfon oleh Nia-ibu Ajeng.
"Kamu gak akan tinggalin aku kan? Kamu bakal selalu ada di samping aku kan? Iya kan? Ayo jawab!"
"Gue enggak akan selalu ada di samping lo, Jeng. Gue bukan boneka lo."
Ajeng melepaskan pelukkannya itu lalu ia memasang wajah panik dan seketika emosinya keluar ia memukul-mukul Bimo dengan keras.
"Dasar cowok berengsek!" lalu Ajeng berteriak setinggi mungkin dan merobek-robek baju yang ia pakai saat ini. Bimo yang melihat itu mulai sedikit agak panik. Ajeng mengambil pisau untuk ditancapkan ke perutnya.
"Ajeng! Ajeng! Stop, hei!" Bimo mendekat lalu memeluk gadis itu dari belakang mencoba untuk menenangkannya.
"Iya gue minta maaf," Ajeng menjatuhkan pisau tersebut ke lantai.
"Bohong! Maaf kamu itu enggak tulus, Bim."
Nia datang membawakan suntikkan yang berisi cairan obat tidur. Dan ketika disuntik Ajeng langsung tertidur dan masih dalam pelukkan Bimo.
Instagram: deiviraelzikra
DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Fiksi Remaja"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...