"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta."
Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...
Bimo yang sedang asyik dengan gamenya menjadi kesal karena Ajeng yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan langsung memeluk begitu saja.
"Lo gak ada sopan santunnya, ya, jadi cewek!" bentak Bimo.
"Iya-iya sorry, kamu pasti laper 'kan? Aku bawain makanan buat kamu," lalu Ajeng menyodorkan makanan itu, burger.
"Gue enggak laper, Jeng. Udah deh mending lo pulang gue sibuk." tolak Bimo.
"Sibuk sama Rani kan?" jawab Ajeng dengan wajah yang menahan emosinya.
"Kalau iya emang kenapa? Masalah?" kata Bimo dengan nada tinggi tentu itu membuat perasaan Ajeng sakit dan kini, gadis itu mulai meneteskan air matanya.
"Gak usah drama dan gue tahu palingan juga habis ini lo ngadu ke bokap gue dan maksa dia biar gue bersikap baik ke elo."
"Aku gak kayak gitu ya, Bim!" tegas Ajeng.
"Gak kayak gitu gimana? Orang jelas kok emang kayak gitu."
"Kenapa sih kamu kasar terus ke aku sedangkan ke Rani aja kamu lemah lembut, padahal dia biasa aja bahkan pesonanya aja enggak ada."
"Setiap lo berantem sama gue kenapa selalu bawa-bawa nama orang lain, kayak gini nih yang bikin gue muak sama tingkah laku lo."
"Aku harus gimana biar kamu baik sama aku?" tanya Ajeng dengan mata yang berkaca-kaca.
"Menghilang-lah dari hadapan gue. Dan jangan ngusik kehidupan pribadi gue, jangan paksa gue biar mau sama lo."
Mendengar itu Ajeng langsung pergi berlari seraya menangis tersendu-sendu. Lisa yang melihat itu geleng-geleng kepala.
"Udah tahu gak mau tapi tetep aja maksa." sindir Lisa. Ajeng mendelikkan matanya lalu ia buru-buru keluar dan memasuki mobilnya.
Beberapa jam kemudian setelah Ajeng pergi, Bimo mendapat telfon dari Ayahnya dan ia tahu bahwa Ayahnya itu akan memarahinya karena perihal Ajeng.
"Kamu ini gimana, sih?"
"Gimana apanya, Pa?"
"Papa tahu kamu enggak tertarik sama Ajeng, tapi plis-lah bersikap baik sama dia. Kalau sampe Papa denger lagi kamu bikin dia marah bahkan nangis, Papa gak akan nganggep kamu anak lagi."
"Terserah Pa, Bimo pasrah." Lalu cowok itu mematikan ponselnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia benar-benar lelah, dirinya selalu diperlukan layaknya pembantu yang harus patuh dengan majikkannya.
Vio datang membawakkan sebuah makanan dan minuman untuk Bimo. Pasalnya cowok itu sedari pagi belum makan.
"Bim, ayo makan dulu. Kamu belum makan lhoo dari pagi,"
"Udah kok, Bun."
"Kapan?"
"Kemaren,"
"Ya Bunda juga tahu kalau kemaren kamu udah makan. Maksudnya, hari ini, sayang."
"Iya, Bun."
"Jangan lupa di makan," setelag itu Vio meletakkan makanannya di meja dekat kasur lalu ia pergi karena ia sadar bahwa anaknya sepertinya sedang ingin sendirian.
Selesai makan, Bimo menelfon Kevin, ia tak tahu harus bercerita kepada siapa lagi selain dia. Karena hanya dia teman satu-satunya yang ia punya.
"Kenapa lo, gue lagi sibuk nyuci motor."
"Kenapa gue harus ketemu cewek kayak dia? Lama-lama gue setres dan bisa aja masuk rumah sakit jiwa."
"Hidup ini sebentar walaupun kerasa lama, enjoy-in aja."
"Gue nelfon lo buat ngasih gue saran, bukan nasihat." nada suara Bimo sedikit ditekan, emosi. Lalu ia mematikan telfonnya secara sepihak. Setelah itu ia membuka galeri dan langsung disuguhkan oleh foto Rani yang diam-diam ia potret.
"Imut." lalu ia tersenyum. Telfon masuk dari Rani bisa pas gitu ya haha.
"Ada waktu buat ketemu?"
"Tentu ada dong. Kenapa enggak?" jawabnya dengan penuh semangat.
Mendengar itu Rani jadi senyum-senyum sendiri. Kalimatnya simple sih memang, tapi bikin hati melayang tinggi.
"Aku tunggu di tempat biasa," lalu telfon itu mati. Keduanya malah salah tingkah. Yang satu loncat-loncat karena kegirangan. Yang satunya lagi pipi-nya merah gak karuan.
Bimo langsung tiba dengan waktu dua puluh menit. Karena memang gak terlalu jauh dan dia juga enggak siap-siap terlalu lama. Ia memberikkan ice cream coklat pada Rani.
"Nih, melamun aja." Ucap Bimo lalu Rani menerima ice cream tersebut seraya tersenyum.
Selang beberapa detik Bimo mulai menggenggam tangan Rani.
"Aku cinta kamu," keduanya mengucapkan itu bebarengan lalu setelahnya tertawa.
"Jadi?" tanya Bimo seraya menganggat salah satu halisnya.
"Apa?" jawab Rani seraya menahan senyumnya dan bangkit dari tempat duduknya.
"Jadi kita pacaran, nih?" teriak Bimo.
"Seriusan? Woy gue jadian sama Rani! " Bimo malah teriak-teriak gak jelas. Itu membuat Rani panik dan langsung membekap mulut Bimo dengan tangannya.
"Sst, berisik. Ada-ada aja, nih..." tegur Rani.
Ajeng yang secara diam-diam mengikuti Bimo sedari tadi hingga ke tempat ini dan melihat pemandangan yang sangat tidak mengenakkan membuat emosinya semakin menaik. Ia semakin kesal terlebih lagi pada Rani.
"Awas aja lo gue enggak akan biarin lo bahagia sama Bimo. Gue benci sama lo!" teriak Ajeng lalu ia pergi tapi tidak terdengar oleh mereka berdua karena jarak yang cukup jauh.
"Kamu suka aku dari kapan?" tanya Rani.
"Dari sejak kamu mohon-mohon balikkan sama Alex," jawabnya seraya meledek.
Rani mengerutkan kening lalu menepak tangan Bimo, merasa kesal sekaligus malu. Cowok itu senang ketika ia melihat Rani cemberut.
"Iya-iya, becanda. Intinya sejak pertama aku kenal kamu," Bimo merangkul bahu Rani lalu cewek itu menyender.
"Seriusan?" ucap Rani, sedikit terkejut.
"Mungkin,"
"Ah nyebelin."
"Ngambek mulu, lagi dapet?"
"Nggak, kok..."
"Yaudah kita jalan-jalan, yuk?" ajak Bimo pada Rani cewek itu mengangguk. Namun ketika bangun dari kursi Bimo mengernyit pasalnya celana Rani ada merah-merahnya.
"Ran, sebentar deh. Itu celana kamu ada merah-merahnya," mendengar itu Rani langsung panik dan mencoba ingin melihat tapi susah.
"Tapi boong." ucap Bimo lalu tertawa melihat mimik wajah Rani yang terlihat panik.
Rani mencubit tangan Bimo saking kesal dan gemasnya. "Terus aja bikin aku ngerasa malu," lalu ia menggandeng tangan Bimo.
VOTE DAN KOMEN YUK BISA YUK.
instagram : deiviraelzikra
V
isual Arsinta Maharani alias Rani nih, hehe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.