"Aku mau kita putus," ucap Rani tanpa melihat mata Bimo. Sontak saja, lelaki itu terkejut lalu memegang tangan Rani.
"Ada masalah apa? Kok tiba-tiba gini," Bimo memegang tangan Rani dan gadis itu menghindar.
"Aku mau kita putus, udah, gak usah banyak tanya lagi." Rani bangkit dari tempat duduknya dan mencoba pergi namun, ditahan oleh Bimo.
"Kalau aku gak mau putus, gimana?"
"Enggak bisa, pokoknya aku putus sama kamu titik." Rani meninggalkan Bimo di tempat begitu saja tanpa mendengar ucapan cowok itu.
Bimo terdiam. Ia terkejut karena perkataan Rani barusan. Padahal pacaran masih anget-angetnya belum satu bulan. Kok udah minta putus?
Lagi-lagi ia ditinggalkan oleh oranf tersayang. Kejadian ini bukan terjadi hanya satu kali. Dulu juga ia pernah merasakan ditinggalkan oleh kekasih yang begitu ia sayangi.
Bimo berpikir Rani hanya bercanda saja alias tak benar-benar ingin putus dengannya. Ia anggap, Rani sedang lelah dengan hubungan ini dan akan balik lagi.
Satu jam yang lalu.
Rani baru saja mendapat kabar bahwa Rona hamil dan lebih parahnya lagi itu karena Alex. Mendengar berita tersebut ia langsung menemui Alex.
"Kalau lo emang gak terima sama kejadian waktu dulu kenapa lo gak bales dendam ke gue aja? Kenapa Kakak gue yang kena imbasnya? Dasar berengsek, udah ngehamilin Kakak gue tapi enggak bertanggung jawab."
"Halah lo seneng kali liat Kakak lo menderita. Itu kan yang lo mau? Karena lo pernah sakit hati sama dia."
"Gue akui dulu gue sempet marah sama Kakak gue atas perbuatannya ke gue, tapi sekarang bagi gue itu udah basi, gue bukan orang pendendam kayak lo, banci!"
Ucapan itu mampu menampar perasaan Alex, begitu nyelekit.
"Jangan mentang-mentang lu cewek dan beranggapan gue enggak bakal kasar ke elo, ya, setan!" Alex menampar pipi Rani, begitu keras. Cewek itu merasa kesakitan dan pipinya pun memerah. Setelah itu Alex pergi meninggalkannya.
Namun, tanpa diduga-duga ternyata Ajeng sedari tadi menguping. Rani merasa prustasi.
"Wow ada berita hot nih, ternyata Kakaknya si Rani yang katanya cewek populer di sekolah hamil di luar nikah." Tiba-tiba Ajeng datang sembari merekam.
Rani terkejut lalu ia menoleh pada sumber suara. "Lo salah paham! Hapus tuh video sekarang juga!"
"Eits ada syaratnya, lo putusin Bimo dan gue hapus rekaman ini. Gimana? Tawaran gue menarik, bukan?"
Rani mengepalkan tangannya dengan kuat. Bagaimana boleh begitu? Mereka baru saja pacaran beberapa hari dan tidak ada masalah sama sekali. Jadi, alasan apa yang tepat untuk memutuskan Bimo? Beberapa detik kemudian, Rani bersuara.
"Oke. Oke gue bakal putusin Bimo. Sekarang, lo hapus rekaman itu."
"Gue bukan orang bodoh, mana mungkin lo mau mutusin Bimo dengan segampang itu. Gue enggak akan hapus video ini dulu kalau gue belum lihat pake mata kepala gue sendiri kalau lo mutusin dia."
"Oke fine! Kebetulan sekarang gue mau ketemuan sama Bimo, lo ikut gue dan sembunyi dimana kek asal dia enggak lihat." Ajeng mengangguk, keduanya bergegas ke parkiran untuk segera peegi ke tempat dimana Bimo sedang menunggu.
Setelah kejadian Bimo dan Rani resmi putus Ajeng langsung menghampiri gadis itu dengan suasana hati yang sangat baik.
"Wow keren banget pertunjukkannya, senang berbisnis dengan anda."
"Bisnis apaan emang gue sedang berbisnis sama lo," ketus Rani lalu ia meninggalkan Ajeng dengan raut wajah yang sangat sedih. Tentu saja sedih, ia sangat menyayangi cowok itu dan tak ingin kehilangan sama sekali. Tapi apa daya, mungkin memang bukan orang yang tepat.
Ajeng merasa senang karena Bimo dan Rani sudah resmi putus, ia benar-benar puas akhirnya Bimo kembali sendiri dan ada peluang besar untuk ia mendekati cowok itu dan berusaha mengambil hatinya.
DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Teen Fiction"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...