Beberapa bulan kemudian.
Bimo dan Rani memutuskan untuk menghabiskan waktu akhir pekannya di pantai. Mereka sangat ingin sekali ke sana namun baru kesampaian hari ini karena masing-masing dari mereka memang lumayan sibuk. Bimo yang akan segera kuliah dan Rani yang akan segera ujian sulit untuk mengatur waktu. Apalagi, setiap pulang sekolah Rani selalu pergi ke tempat les bersama ketiga temannya itu untuk menyiapkan ujian nanti.
"Kalau misalkan aku nggak bisa ketemu kamu lagi gimana?" tiba-tiba Bimo menanyakan hal yang membuat suasana menjadi canggung.
"Kok nanya kayak gitu? Emang kamu mau kemana?" Bimo tersenyum simpul tidak berkata apa-apa lagi. Ia langsung merangkul pundak gadis itu dan sama-sama memandangi keindahan yang ada di pantai ini.
Jangan tinggalin aku untuk kesekian kalinya, Bimo. Batin Rani dan raut wajahnya pun seketika berubah drastis.
Lalu Bimo pun melirik ke arah Rani dan memainkan tangan gadis itu sembari menyanyikan sebuah lagu yang pasti semua wanita juga akan meleleh jika dinyanyikan lagu romantis.
Have I ever told you
I want you to the bone?
Have I ever called you
When you are all alone?And if I ever forget
To tell you how I feel
Listen to me now, babe
I want you to the boneI want you to the bone, ooh, ooh, ooh, ooh
I want you to the bone, oh, oh, oh, ohMaybe if you can see
What I feel through my bone
Every corner in me
There's your presence that grownMaybe I nurture it more
By saying how I feel
But I did mean it before
I want you to the bone
I want you to-Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours...(To the Bone by Pamungkas)
"Kita pergi ke sana yu," ajak Bimo lalu membawanya pergi ke tepi pantai untuk bersenang-senang memainkan pasir dan air. Mereka juga mengabadikan momen dengan berfoto riang.
"Salah satu cara mengabadikan momen agar bisa diingat dan dikenang adalah dengan berfoto." Ujar Bimo sembari mengambil potret Rani menggunakan kamera yang ia bawa.
1
2
3
Pakai sweter supaya nggak kedinginan karena di pantai memang anginnya sangat kencang dan otomatis dingin.
"Sini sekarang kamu yang aku foto!" Kata Rani dengan penuh semangat.
1
2
3
Sangat tampan.
Setelah itu Bimo meminta seseorang untuk memotret dirinya dengan Rani mumpung lagi di sini jadi harus foto bareng!
Dan setelah itu mereka berjalan berdua sambil menikmati suara ombak dan angin yang kencang membuat suasana sekitar juga jadi sangat sejuk.
"Indah ya," kata Bimo lalu ia memotret pemandangan yang menurutnya indah dan tentu saja ia juga sesekali mengambil gambar Rani tanpa sepengetahuan gadis itu. Buat jadi kenang-kenangan dan bisa di pajang hehe.
Rani berlarian ke sana kemari dengan penuh kegembiraan dia benar-benar menikmati hari pekannya ini dan tentu Bimo merasa senang ia sangat menyukai Rani yang begitu ceria.
Dari sejak awal bertemu dengan gadis itu sebelum berubah menjadi cantik dan kurus ah intinya sebelum nyaris sempurna di mata orang ia memang sudah menaruh rasa padanya. Bimo melihat dari keteguhannya menghadapi masalah dan sangat semangat mengejar apa yang dia inginkan sudah membuat Bimo semakin kagum padanya kala itu.
"Menurut kamu wanita cantik itu seperti apa sih?" Rani datang menghampiri Bimo dan menanyakan hal itu padanya.
"Wanita akan terlihat lebih cantik dan menarik ketika dirinya menjadi diri sendiri dan kamu sudah berada di posisi itu sejak dulu." jawab Bimo dengan tatapan dan senyuman yang begitu tulus.
"Sebelum badanku bisa ideal seperti sekarang sejujurnya aku nggak peduli dengan penampilan dan gak berniat akan merubah bentuk tubuhku. Tapi, karena di sekitarku begitu sensitif melihat fisikku yang berbeda dari mereka ya aku mencoba untuk berubah. Tapi ya... Aku juga gak semata-mata berubah karena mereka, aku cuma ingin hidup sehat dan aku juga nggak benci sama mereka karena dengan mereka mengomentari fisikku membuatku sadar dan memperbaiki penampilan."
"Pacar aku udah dewasa nih ceritanya?" goda Bimo seraya mencubit hidung Rani dengan gemas lalu beberapa saat kemudian keduanya tertawa.
Hari sudah semakin gelap, dan Bimo mengajak Rani untuk pulang karena besok sudah hari senin dan minggu depan pun gadis itu sudah mulai ujian dan Bimo sibuk untuk kuliahnya nanti. Lalu mereka segera bersiap untuk pulang.
Mereka mulai beranjak pergi dari parkiran. Namun tiba-tiba Rani ingin beli sesuatu karena di setiap pinggir jalan banyak cemilan, dan barang-barang lucu lainnya sekalian bawa oleh-oleh buat Ibu Lala dan teman-teman Rani. Bimo pun menghentikkan mobilnya dan mulai mengikuti gadis itu untuk beli sesuatu.
Matanya berhenti pada pedagang perhiasan seperti gelang kalung dan lain-lain yang dirangkai dengan kerang atau semacamnya. Tentu saja membuat gadis itu kalap ingin membeli semuanya karena memang se-gemes itu.
Bimo hanya tersenyum saja melihat Rani yang terlihat sangat senang menemukan barang yang ia inginkan.
"Menurut kamu bagus yang mana?" tanya Rani pada Bimo tanpa menoleh.
"Beli aja apa yang kamu suka."
"Suka semuanya gimana dong?!" jawabnya seraya memerlihatkan raut wajah yang kebingungan dan Bimo sangat suka melihat raut wajah Rani yang panik, bingung dan cemberut. Ah, intinya semuanya suka.
"Aku beli minuman dulu ya?" ujar Bimo dan Rani pun mengangguk. Cowok itu segera pergi untuk mencari minuman segar dan cemilan untuk mengganjel perutnya yang lumayan lapar dari pagi belum makan nasi.
Ketika ia kembali ternyata Rani sudah tidak ada dan ia pun segera mencari ke sana kemari dan ternyata gadis itu sedang mampir ke toko baju. Aduh... bikin kaget aja.
Bimo menghela napas besar ia benar-benar panik karena Rani tiba-tiba pergi tanpa bilang padanya. Emang ya, cewek tuh kalau soal belanja bakal lupa sama semuanya udah berasa kayak dunia hanya milik seorang.
"Ayo pulang, jangan lama-lama di sinj nanti kita sampainya terlalu malem," kata Bimo mempringati Rani.
"Mumpung lagi di sini ih, kapan lagi coba..." rengek Rani. Ah, kalau sudah begini gak bisa nolak.
"Yaudah iya, tapi ini minum dulu takut haus." Bimo memberikan satu botol air mineral pada gadis itu.
Setengah jam berlalu, akhirnya Rani selesai berbelanja. Walaupun aslinya masih pengen jajan tapi hari udah gelap banget. Takutnya jalannya gak kelihatan dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Instagram: @/deiviraelzikra
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Teen Fiction"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...