Karena pelajaran matematika Rani menjadi sedikit mengantuk. Ketika cewek itu menoleh ke arah pintu ia melihat Bimo yang sedang berdiri di sana seraya menatapnya.
Bimo melambaikan tangan lalu tersenyum pada Rani, Lala memerhatikan kedua orang itu.
"Kelas si Bimo udah pada bubar emang?" tanya Lala pada Ikke.
"Lah iya," sahut Ikke lalu ia melirik ke arah jam dinding.
"Bu kelas orang udah pada bubar, kok kita belum si?" teriak Lala.
"Ssst! Lala lo mau dihukum sama Bu Sri?" tegur Ikke dengan nada yang sedikit menekan tapi pelan.
"Udah lama juga nih gue gak bikin onar, dan udah lama juga gue gak dihukum."
"Sinting emang."
"Oke baik, kalian semua boleh pulang," ucap Bu Sri dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Baru saja semua murid ingin berteriak senang tiba-tiba Bu Sri berbicara seperti ini,
"Tapi ibu kasih PR 20 soal, oke?"
Rani kembali menidurkan kepalanya di meja, prustasi.
"Astagfirullah si Ibu, tega bener sama muridnya. Matematika itu sulit bu, satu soal aja saya perlu berjam-jam ngerjainnya," bantah Lala.
"Kamu ngelawan?"
"Siapa yang ngelawan anjir," gumam Lala.
"Yaudah deh, 50 soal aja."
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un," serentak satu kelas menepuk kepalanya lalu memasang wajah masam.
"Siapa yang meninggal?" tanya Bu Sri lalu beberapa saat tertawa.
"Yaudah iya, sepuluh soal aja. Tadi bercanda, baru aja dikasih lima puluh soal udah ngeluh aja," semua murid tak ada yang merespond.
"Kenapa gak ada yang ketawa?" tambah Bu Sri.
Dengan terpaksa semuanya tertawa lalu mengemas barang-barang mereka ke dalam tas.
"Mau pulang bareng?" tanya Rey pada Rani.
"Aku mau shopping sama temen-temen, gapapa 'kan?" jawab Rani, alasan.
Rey mengangguk lalu ia mengacak-acak rambut Rani, "good bye my love."
Rani hanya membalas dengan senyuman singkat saja lalu ia mengedarkan pandangannya, seperti sedang mencari seseorang.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkannya dari belakang.
"Hayo, pasti nyariin aku kan?" ucap Bimo, Rani menggaruk belakang lehernya, merasa malu.
"Boleh minta tolong?" tanya Bimo.
"Apa?"
"Anter jemput adikku, Lisa. Mungkin kamu agak lupa sama dia, tapi ketika kamu ketemu bisa aja langsung ingat." Rani mengangguk, meng-iyakan.
Kenapa setiap di dekat dia, jantung aku terus berdebar kencang? Batin Rani.
Dan untung saja hari ini Bimo membawa mobil, jadi bisa menjemput Lisa bareng Rani.
***
"Kita bakal jemput dia dimana?"
"Ke kolam renang, tadinya mau sama Mama cuman, tiba-tiba Mama ada urusan terus aku yang suruh jemput dia."
Mereka akhirnya sudah sampai. Lisa langsung memeluk Rani, penuh cinta.
"Kak Rani, aku kangen banget sama Kakak. Katanya Kakak lupa ingatan, ya? Berarti kakak juga enggak bisa ingat aku dong?" tanya Lisa.
"Abangnya gak dipeluk juga?" goda Bimo. Lisa mendelikkan matanya lalu mereka bertiga tertawa.
"Kita makan dulu, yuk? Di sini aja makannya banyak kok makanan yang enak," ujar Lisa pada Bimo dan Rani.
Ketika sedang berjalan tiba-tiba Rani terpeleset dan terjebur ke kolam renang. Bimo dan Lisa terkejut yang Bimo tahu, gadis itu tidak sama sekali bisa berenang dan yang lebih parahnya lagi di kolam renang itu sangat dalam, tak ada satu orang pun yang sedang berenang karena ini sudah tengah hari.
"Bang Bimo, cepet bantuin Kak Rani," kata Lisa, panik.
Bimo langsung menyebur ke kolam renang berusaha menolong Rani.
Namun, gadis itu tampaknya langsung mengingat suatu hal diingatannya. Ia melihat semuanya yang telah terjadi sebelum ia mengalami tabrakan.
Setelah berhasil diangkat oleh Bimo, napas Rani masih terengah-engah dan wajahnya pun pucat.
"Kak minum dulu teh anget," Lisa menyodorkan gelas tak lupa ia memberikan Rani handuk agar tidak kedinginan.
"Mau gue beliin baju?" tanya Bimo dan Rani menggeleng.
"Nggak usah, tunggu kering aja."
"Nanti masuk angin lhoo, Kak?" sambung Lisa.
"Gapapa, mending aku pulang sendiri aja, ya."
"Jangan dong, biar aku yang anterin. Masa aku udah minta tolong kamu buat anter ke sini dan kamu malah pulang sendiri?" ujar Bimo berusaha menghalangi Rani untuk tidak pulang sendirian.
"Bang Bimo, Kak Rani, aku ke toilet dulu ya, kebelet pipis nih," lalu Lisa pergi.
Bimo mengajak Rani untuk duduk seraya menunggu Lisa. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya ia kembali.
"Kak Rani, seriusan gak mau ganti baju?" tanya Lisa.
"Iya, lagipula bentar lagi juga kering."
"Yaudah deh, mending langsung pulang aja," ucap Lisa, ia khawatir jika terjadi sesuatu pada Rani.
Mereka langsung menuju mobil.
"Ke rumah kita aja dulu ya, Kak. Kan lebih deket ke situ, kakak mandi air anget dulu," ucap Lisa pada Rani dan gadis itu mengangguk seraya memerlihatkan senyumannya.
***
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Rani langsung diajak untuk makan dan minum yang hangat-hangat dulu sebelum pulang.
Ketika di meja makan, Rani terus curi-curi pandang ke Bimo. Kali ini ingatannya benar-benar pulih.
"Kenapa, Ran?" tanya Bimo dan Rani hanya menggeleng seraya tersenyum tipis.
"Masih pusing ya, Kak?" tanya Lisa.
"Nggak, kok. Malah gara-gara makan ini jadi seger,"
Usai makan, Bimo mengajak Rani ke belakang rumah. Namun, ketika sampai di sana Rani tiba-tiba memeluk erat Bimo sambil menangis.
"Maafin aku, aku udah inget semuanya." lalu Bimo juga membalas pelukkan Rani.
"Syukurlah kalau kamu udah pulih ingatannya," gumam Bimo lalu ia mengusap rambut cewek itu dengan halus.
-Bersambung-
VOTE & KOMEN!
instagram: deiviraelzikra
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Dla nastolatków"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...