Ponsel Bimo bergetar ia mendapat pesan dari seseorang yaitu Ayahnya yang sedang bekerja di luar kota.
Bim, jagain Ajeng jangan sampe kamu bikin dia kesal apalagi nangis.
Bimo tak membalas pesan itu dan seketika mood-nya hancur hanya karena pesan singkat itu. Singkat sih, tapi menyebalkan. Tiba-tiba Kevin datang mengejutkan Bimo. Ketika Bimo menoleh ia malah salah fokus ke arah Rani lalu meninggalkan Kevin begitu saja.
Ketika Bimo ingin memberikan es thai tea pada Rani tiba-tiba saja Rey datang melemparkan satu kotak susu coklat pada Rani dan gadis itu berhasil menangkapnya lalu menggelengkan kepalanya dan melanjutkan memainkan laptopnya.
"Aduh kalau mau ngasih sesuatu caranya yang bener dong, dasar cowok bar-bar!" Pekik Lala.
Ikke sengaja mencubit-cubit lengan Lala memberi sebuah kode untuk menoleh ke arah lain.
"Apaan sih," Lala menganga karena melihat Bimo yang menghampiri Rey.
"Wah gawat perang gak, ya?" bisik Lala.
Ikke mengangkat bahunya, tak tahu.
"Mungkin sebentar lagi," tambah Lala. Ikke melotot lalu memukul-mukul paha Lala.
Dan benar saja mereka berdua ribut ditengah-tengah kantin tentu saja membuat seluruh isi kantin bergemuruh.
"Lo harus jauhin Rani." ujar Bimo dengan nada penuh tekanan.
"Berteman sama siapa aja kali," sahut Rey songong.
"Gua tau lo niatnya bukan ngajak dia berteman tapi macarin dia."
"Kalau iya emang kenapa?"
"Anjing lo ya!" Bimo menghajar wajah Rey sampai bonyok. Dan terjadilah momen saling pukul-pukulan. Rey terpental sampai ke meja Rani dan kawan-kawan. Lala dan Ikke saling tatap sama-sama kaget.
"Bimo, Rey, Stop! Kalian ini apa-apaan sih, hah?!" teriak Rani.
"Aku enggak nyangka ya ternyata kamu orangnya kayak gitu, Bim. Ini tuh sekolah ngapain ribut sih?" tambah Rani lalu ia pergi.
"Wow serem, kejadian hari ini menarik banget," ucap Lala.
Ikke menepak kepala Lala. "Ck, sinting lo."
Karena perihal kegaduhan di kantin tadi Bimo dan Rey dipanggil ke kantor guru untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Karena semuanya sama-sama salah, bapak akan scors kalian berdua selama dua hari, bapak masih baik lhoo. Tapi emang sih, anak-anak pinter kayak kalian tuh sesekali harus dapet masalah, manusia kan gak ada yang sempurna. Bapak ngerti apa permasalahan kalian bapak juga pernah muda."
Bimo dan Rey mengangguk lalu meninggalkan kantor guru.
"Kita lihat siapa yang bakal jadi dapetin Rani," ledek Rey.
***
Bimo dan Kevin sedang duduk di bangku taman belakang sekolah. Kevin penasaran sebenarnya ada permasalahan apa.
"Lo gak biasanya kayak gini, lo kenapa?" tanya Kevin.
"Kevin, gue boleh ngobrol empat mata gak sama Bimo?" Rani tiba-tiba saja datang dan Kevin mengangguk lalu pergi.
"Kamu gak biasanya kayak gini. Tadi tuh kayak bukan kamu, beda." .
"Maaf."
"Siapapun yang salah berantem itu bukan suatu hal yang boleh dibenarkan,"
"Aku yang salah, aku salah karena cemburu sama seseorang yang bahkan bukan milik aku." jawaban itu mampu membuat Rani terdiam beberapa saat.
"Aku cinta sama kamu, Ran. Semakin hari perasaan ini gak bisa ditahan."
"Aku tetap setia nunggu jawaban dari kamu," tambahnya lagi. Lalu lelaki itu menyenderkan kepalanya di bahu Rani.
"Jangan nyender-nyender gini, ini dilingkungan sekolah. Kalau ketahuan anak-anak gimana? Lebih bahaya lagi kalau ketahuan guru,"
"Suka deh kalau kamu bawel gitu," goda Bimo. Rani menjitak kepala Bimo lalu keduanya tertawa.
"Jadi udah maafin aku nih?"
"Dih ogah." Rani menjulurkan lidah, mengejek. Bimo pun langsung mengacak-acak rambut Rani dan gadis itu mengklitik Bimo.
Dengan bersamaan Bimo dan Rani terkejut karena ada Pak Mamat yang sedang memerhatikan mereka berdua.
"Astagfirullah Pak Mamat! Bikin kaget aja." hampir saja kedua orang itu jantungnya copot.
"Hayo beduaan aja, sana masuk bentar lagi bel," ujar Pak Mamat-tukang bebersih.
Bimo dan Rani mengangkat dua jempolnya ke arah Pak Mamat lalu melambaikan tangan seraya memberikan senyum lebar.
Pak Mamat menggelengkan kepalanya, "Anak muda jaman sekarang. Eh iya, ngomong-ngomong mereka berdua mirip kayak aku sama si Inem dulu."
VOTE & KOMEN!
instagram @/deiviraelzikra
Visual Arsinta Maharani
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMO [END]
Ficção Adolescente"Jika mencintai seseorang memiliki alasan, itu bukan cinta." Bimo Arbani, ia terus dipaksa agar mau dengan wanita yang paling dibencinya, Ajeng. Karena Ayahnya sangat berpengaruh besar pada keuangan keluarga Bimo. Tapi hatinya tetap tertuju pada gad...