34 - Selamat Tinggal

9.6K 806 256
                                    

YANG GAK KOMEN DISETIAP PART DAN DISETIAP CHAPTER DARI AWAL SAMPE AKHIR JAHAT BANGET SUMPAH (T_T)

💕💕💕

Kejadian kemarin perihal Gibran dan Ratih mengetahui bahwa Rona hamil membuat gadis itu menjadi prustasi. Ia merasa malu, bagaimana tidak? Orang yang selama ini dipercaya dan disayangi malah melakukan hal yang tidak baik. Apalagi keluarga Gibran sangat terhormat mau ditaruh dimana muka kedua orangtuanya jika ternyata anaknya hamil diluar nikah dan selalu berbuat zinah tanpa sepengetahuannya.

Gibran-Papa sudah siuman untung saja nyawanya masih bisa tertolong dan hari ini juga dirinya ingin menemui Rona lagi untuk mempertanyakan tentang kehamilannya itu. Sebelumnya Sinta dan Ratih sudah melarang untuk tidak membicarakan itu karena Gibran baru saja keluar dari rumah sakit, takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi. Tapi apa daya, mereka tak bisa melarang yang namanya Gibran Braham si keras kepala.

"Rona!" teriak Gibran yang baru saja memasuki rumah Caca. Yang tadinya Caca sedang rebahan seketika langsung berdiri ia pun terkejut karena kehadiran Gibran dan lainnya yang sangat tiba-tiba.

"Om, Tan-" kata Caca namun ucapannya terpotong.

"Dimana Rona?!"

"Pa, sabar." ujar Ratih.

Kini Bimo, Rani dan Ratih mengikuti Gibran yang sedang sibuk mencari Rona. Dan akhirnya Rona ditemukan di belakang rumah dengan tangan yang memegang sebuah tali.

"Pa-pa?" ucap Rona gugup.

"Ayo jawab siapa bapak dari anak kamu?! Dimana dia? Biar Papa cari dan suruh dia tanggung jawab." Bentaknya.

Rona orangnya gampang tersentuh, sekali dibentak pasti langsung keluar airmatanya. Ditambah ini pertama kalinya Gibran membentak dirinya seperti ini.

"Percuma, Pa. Dia nggak akan tanggung jawab," sahutnya tanpa menatap Papa-nya itu karena ia sangat takut jika Gibran sedang marah.

"Kalo gitu...," Gibran melirik ke arah Bimo. "Kamu yang nikahi anak saya."

Sontak semua yang mendengar itu terkejut dengan ucapan Gibran barusan. Kan dia sudah tahu kalau Bimo hanya milik Rani.

Ingat! Hanya milik Rani seorang. Tak ingin dibagi apalagi terbagi.

"Papa gak bisa gitu dong. Aku kira Papa beneran udah berubah dan sayang juga sama aku," ujar Rani lalu ia mulai mendekat ke arah Gibran.

"Ini masalahnya Kakak kamu hamil, Rani. Nanti apa kata orang kalau bayi itu lahir tanpa bapak? Papa yang malu, ini juga bisa terancam ke perusahaan Papa."

"Tapi, Pa. Kenapa selalu aku yang kena imbasnya? Aku salah apa sih sama papa, kayaknya papa gak suka ya kalau aku bahagia!"

"Bukan gitu, kamu harus ngertiin keadaan sekarang."

"Emang Bimo mau? Nggak. Karena aku tahu kalau dia hanya cinta sama Rani."

"Kalau dia gak mau, biar Papa paksa dia. Gampang."

Bimo hanya diam saja tanpa bersuara ia tak ingin memperkeruh keadaan. Ya, dihatinya hanya ada Rani seorang tidak ada wanita lain selain cewek itu. Bimo tak mungkin mengkhianati kekasihnya yang sangat ia cintai itu.

"Gue gak mau hamil tanpa bapak gini, lebih baik gue bunuh diri aja." gumam Rona. Niatnya tadi membawa tali untuk bunuh diri, akan tetapi tidak mungkin ia melakukan itu. Pastinya orang-orang di sana akan mencegahnya.

"Gak aku gak mau nikah sama Bimo, lebih baik aku mati aja. Aku gak mau hamil diluar nikah gini," ujar Rona dengan wajah yang sangat lelah. Dan pakaian yang kotor.

BIMO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang