[1]

2.1K 87 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Sinar mentari perlahan memudar. Menampakkan semburat jingga nan indah di kanvas tak berujung milik semesta. Pantulannya nampak jelas terlihat di atas permukaan air laut. Membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terpana. Suara candu deburan ombak menambah keintiman suasana sore itu.

Seorang pria berperawakan oriental berjalan pelan menyusuri bibir pantai sambil membawa sebuah plastik berisi dua kaleng minuman. Pria itu menghentikan langkah kakinya. Lalu mendudukkan dirinya di sana, di atas hamparan pasir pantai. Kedua matanya memandang jauh ke depan. Memerhatikan air laut yang nampak tidak memiliki ujung ini.

"Bàba, māmā, nǐmen hǎo ma? Wǒ lái, wǒ hǎojiǔ méi lái zhèlǐle"
(Ayah, Ibu, Apa kalian baik? Aku datang, sudah lama aku tidak ke sini)

Pria bernama Daniel Wang itu mengambil kaleng minuman di dalam plastik yang tadi dibawanya. Ia meneguk minuman itu perlahan sambil memandangi semburat jingga di hadapannya. Keheningan ini membuat kenangan lama dalam memori mencuat. Menimbulkan amarah terpendam dalam diri ikut menjalar bersama nadinya. Daniel meremas kaleng minuman yang sudah kosong itu hingga remuk. Membiarkan otot-ototnya menyalurkan rasa amarah yang sudah ia pendam bertahun-tahun lamanya.

"DASAR COWOK BRENGSEK! BERANI-BERANINYA KAMU SELINGKUHIN AKU!"

Sebuah suara teriakan seseorang menginterupsi Daniel. Ia menolehkan kepalanya ke kiri. Terlihat seorang gadis muda tengah mengatur napasnya yang tak beraturan.

"SEKALA BRENGSEK! TUNGGU AJA PEM-"

Kalimat gadis itu menggantung tatkala Daniel berkata 'Hei' padanya. Ia menoleh ke kanan, melihat ke arah Daniel. Daniel bisa melihat ekspresi bingung dan kesal tergambar jelas di sana.

"Apa kamu pikir pantai ini milik nenek moyang kamu. Berhenti teriak, dasar pengganggu" seru Daniel dengan bahasa Indonesia yang kelewat lancar.

Daniel bangkit dari duduknya. Ia berjalan perlahan meninggalkan gadis di belakangnya yang sedang terkejut dengan perkataan Daniel tadi. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba wajah gadis itu muncul di tepat di hadapannya. Gadis itu mengatur napas yang memburu akibat menyusul Daniel. Ia menyerahkan kantung plastik milik Daniel yang tadi ia tinggalkan di bibir pantai.

"Hei Om, kalau Om merasa terganggu dengan suara teriakan aku, aku minta maaf. Tapi tolong jangan tinggalin sampah Om ini di sini. Pantai ini terlalu indah kalau cuma dijadiin tempat sampah"

Daniel menautkan kedua alisnya. Apa yang baru saja dikatakan gadis di hadapannya ini? Om? Daniel tau umurnya sudah menginjak kepala tiga, tapi wajahnya masih bisa bersaing dengan anak muda usia pertengahan dua puluhan.

"Om? Asal kamu tau saya enggak pernah menikah dengan tante kamu" sinis Daniel.

Daniel menundukkan kepala perlahan mencoba mensejajarkan kedua mata mereka.

"Kamu bisa wakilkan saya membuang sampah ini di sana" ujar Daniel sambil menunjuk tempat sampah yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Gadis itu mengangguk. Lalu tersenyum lebar pada Daniel. Sedetik kemudian Daniel merasakan tubuhnya ditarik oleh gadis itu. Mereka berhenti tepat di depan tempat sampah yang ditunjuk Daniel. Gadis itu mengambil tangan kanan Daniel, menautkan kantung plastik itu di dua jarinya, lalu mengarahkannya ke dalam tempat sampah.

"Gimana Om? Gampang kan? Itu tadi aku kasih tau tutorial cara membuang sampah yang benar" ujar gadis itu gembira. Ia menepuk bahu Daniel pelan. "Aku pergi dulu Om, bye"

Daniel terdiam di tempatnya. Gadis itu benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata. Bisa-bisanya dia memperlakukan seorang Daniel Wang seperti orang bodoh. Dan, apa? Dia memanggilnya Om? Daniel benar-benar merasa kehilangan harga dirinya.

"Dàgē (kakak tertua), kenapa berdiri di sini?"

Seseorang berperawakan oriental seperti Daniel bertanya dengan mandarin yang fasih.

"wanita yang berpapasan denganmu tadi, cari tau tentang dia untukku"

Daniel berlalu sambil tersenyum lebar mengingat perlakuan gadis yang baru saja bertemu dengannya.

"Dàgē, memangnya dia siapa? Kenapa aku harus mencari tau tentang dia?"

Daniel terkekeh. "Alasanku"

Pria muda yang bertanya pada Daniel itu menatap Daniel bingung. "Qiao Yifan, sebaiknya kamu menghadap ke depan dan segera jalankan mobil ini"

Yifan mengangguk. Dia segera menyalakan mobil dan meluncur bebas membelah jalanan yang sudah mulai gelap.

***

Daniel melangkah keluar dari kamar mandi. Sebuah jubah tidur dan celana panjang terhampir indah di badannya. Ia mendudukkan dirinya di sebuah sofa yang ada di dalam kamar VIP hotel yang diinapinya ini. Jari telunjuk Daniel bergerak ke atas dan ke bawah dengan beberapa kali jeda di layar tablet yang berada dalam genggaman tangannya. Kegiatan santainya itu terintrupsi oleh suara seseorang yang memasuki kamar.

"aku enggak tau kalau Dàgē bisa bersantai juga"

Yifan duduk di sofa di seberang Daniel. Ia meneguk minuman Daniel tanpa izin. Daniel memandangnya tajam akibat ulah tidak berakhlaknya itu.

"dasar tikus kecil, mana laporanmu"

Yifan memberikan tablet yang dibawanya pada Daniel.

"Arunika Nayanika. 20 tahun. Anak tunggal. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya sudah menikah lagi. Dia kuliah di Universitas Khatulistiwa, semester empat, jurusan ekonomi pembangunan"

Daniel melihat informasi pribadi Arunika, gadis yang berhasil menarik perhatiannya. Gadis barbar yang melukai harga dirinya tadi sore. Daniel memperbesar foto Arunika yang terpampang di layar tablet. Sebuah senyum terbit di wajahnya.

"Arunika," Daniel bergumam.

Melihat bos nya yang terlihat sudah hampir tidak waras lagi, membuat Yifan bergegas pergi dari kamar Daniel. Tapi langkahnya terhenti saat teringat sesuatu.

"jangan lupa besok kita flight jam delapan"

Daniel mengangguk sebagai jawaban. Yifan mendengus melihat kelakuan bos nya ini. Untung dia hanya kenal satu bos yang seperti ini. Yifan kembali melanjutkan langkahnya. Berlalu meninggalkan Daniel menuju kamarnya yang ada sebelah kamar Daniel.

***
Halo! Selamat datang di proyek baru aku. Bagian satunya bagaimana? Semoga kalian suka ya

Next, [2]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang