______________________________________
HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________🌻🌻🌻
"Om mau apa?"
Daniel menunjuk arah seatbelt dengan kedua matanya. “seatbelt kamu”
“saya bisa sendiri” tolak Arunika. Dia mendorong tubuh Daniel menjauh.
Daniel terkekeh geli melihat respon Arunika yang sedemikian rupa. Gadis ini benar-benar sudah membuatnya hilang akal. Dia hanya bisa berdoa, jika memang dia dan Arunika ditakdirkan untuk bersama, maka buatlah dia dan Arunika selalu dekat. Seperti sekarang ini.
Dua puluh menit kemudian, Daniel memberhentikan mobilnya di salah satu gerai makanan khas Tiongkok. Daniel mengajak Arunika untuk duduk di salah satu meja yang kosong.
“kamu mau pesan apa?”
“air putihnya satu ya, Mas” ujar Arunika pada pelayan yang berdiri di sebelahnya.
“kamu enggak makan?”
Arunika menggeleng. “saya enggak laper”
Daniel menghela napas. “jangan bohong. Kamu belum makan dari tadi pagi, dan sekarang udah sore. Kalau gitu biar aku aja yang pesenin. Saya pesan ini, ini, ini, ini, ini, dan ini” kata Daniel menunjuk berbagai macam menu yang tersedia.
“tunggu dulu, Om darimana tau saya belum makan dari pagi?” tanya Arunika cepat.
Daniel tersenyum miring. “tebakanku benar ternyata” Arunika mencibir menanggapi balasan Daniel. “jangan panggil Om, aku belum ada di tahap itu”
Mendengar perkataan Daniel membuat Arunika spontan tergelak. “aduh Om, kalau udah umur tiga puluh itu ya udah pantas dipanggil Om-om. Nih ya aku kasih tau. Kalau umur sepuluhan itu dipanggil adik. Umur dua puluhan dipanggil Mas atau Mbak. Nah, kalau umur tiga puluhan ya dipanggil Om atau Tante. Jadi, Om itu emang layak untuk dipanggil Om”
Daniel terdiam dengan perkataan Arunika. “jadi itu teori siapa yang seenaknya membuat tingkatan panggilan seperti itu?”
“saya lah” seru Arunika percaya diri. “aduh Om, emangnya Om enggak denger ya omongan saya barusan. Ngeselin banget ya emang Om ini”
Daniel tertawa. Arunikanya ini memang ajaib. Bukan gadis biasa yang selalu ia temui di Shanghai. Arunika benar-benar baru baginya. Sebuah sosok baru yang hadir di dalam hidupnya. Sosok yang kini akan menjadi poros hidupnya. Penentu perputaran hidup dan matinya.
Daniel mengacak rambut Arunika gemas. Dia tersenyum lebar pada Arunika. Sementara Arunika menyorot tajam pada Daniel. Akibat ulah pria itu, kini rambutnya sukses berantakan. Daniel yang menyadari itu, langsung memperbaiki tampilan Arunika. Ia menyisir pelan rambut Arunika dengan jarinya.
Tidak lama, makanan yang mereka pesan datang. Arunika tercengang melihat banyaknya makanan yang ada di atas meja. Ia menelan ludah ketika melihat tampilan menggiurkan dari makanan yang ada di hadapannya.
“kamu mau yang mana?”
Arunika mengalihkan perhatiannya pada makanan.
“saya enggak laper”
Daniel tersenyum simpul. Dia menghela napas pelan. Seperti inilah jika dihadapkan dengan seorang gadis yang baru memasuki usia dua puluhan. Mereka masih kekanakkan meski terkadang bersikap dewasa.
“Arunika, makan”
Arunika mendadak terdiam mendengar suara berat Daniel. Perkataan Daniel seperti menghipnotisnya. Lagi. Seakan itu perintah mutlak yang harus dilakukan Arunika. Dengan berat hati, Arunika mengangkat tangan kanannya ke udara. Ia menunjuk sebuah piring berisikan mie dengan saus sedikit berwarna merah.
Daniel meletakkan mie itu di hadapan Arunika. Ia memberikan sumpit kepada Arunika. Daniel memperhatikan Arunika yang mulai melahap makanan. Gadis itu mengangguk-angguk ketika merasakan kelezatan dari makanan yang disantapnya.
Arunika memandang Daniel yang memperhatikannya sejak tadi. “Om enggak makan?”
“ngelihat kamu makan aja udah bikin aku kenyang”
Arunika memutarkan matanya malas. Ia mendumel dalam hati. Arunika memilih untuk melanjutkan menyantap makanan di hadapannya daripada menanggapi perkataan Daniel yang membuatnya ingin muntah saat itu juga.
“Om tau darimana nama saya Arunika? Jangan-jangan…” ujar Arunika sambil menyipitkan kedua matanya curiga.
“jangan-jangan apa?” balas Daniel heran.
“jangan-jangan Om ini sindikat perdagangan manusia ya?”
“kalau iya emang kenapa?” kata Daniel menantang Arunika.
“ya enggak kenapa-kenapa. Kenapa saya harus peduli dengan itu. Dilihat dari penampilan sih Om bukan orang jahat, ya paling cuma buaya” ujar Arunika santai masih sambil memakan makanannya. “Jadi Om tau darimana nama saya Arunika?”
Daniel tersenyum simpul mendengar Arunika. Bukan orang jahat. Apakah dia bukan orang jahat? Daniel tertawa miris. Sekelebat pertanyaan muncul dibenaknya. Apakah Arunika akan menerima dirinya apapun latar belakangnya. Apapun masa lalunya. Apapun pekerjaannya. Apapun hal yang sudah dilaluinya selama ini.
“aku ini orang yang luar biasa. Mencari tau nama kamu adalah hal yang mudah”
Arunika membentuk mulutnya seperti huruf O. Seolah-olah ia merasa kagum dengan Daniel. “wow, apa Om ini sejenis polisi? Anggota intelijen? Atau.. mafia? Tapi siapapun Om sebenarnya, itu bukan urusan saya”
Arunika menyudahi kegiatan makannya. “saya sudah selesai. Terimakasih atas traktirannya. Saya akan ambil belanjaan saya di mobil”
“aku anter kamu pulang”
Arunika menggeleng. “saya bisa pulang sendiri”
Daniel menatap tajam Arunika. “Arunika, aku anter”
Lagi.
Suara berat Daniel membuat Arunika tak berkutik. Kalimat itu seperti sebuah perintah yang langsung terangsang oleh otaknya. Tanpa izin, Daniel menggenggam tangan kiri Arunika. Lalu menuntun gadis itu menuju parkiran mobil tempat mobilnya berada.
***
Next, [10]
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Romance▪︎▪︎ POSSESSIVE SERIES [3] ▪︎▪︎ ================================== Arunika hanya seorang mahasiswi biasa. Tidak pernah sedikit pun terbersit dalam pikirannya jika ia akan dipertemukan dengan Daniel, Om-Om yang membuat tekanan darahnya naik setiap ka...