[15]

653 28 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Sepuluh menit perjalanan hanya diisi oleh suara hening. Pasalnya tidak ada yang memulai percakapan. Entah itu Daniel atau pun Arunika. Arunika mengamati kaktus yang ada di pangkuannya ini. Oh tunggu dulu, pertanyaan ini masih belum dijawab oleh Daniel.

“Om belum jawab pertanyaan saya”

Daniel melirik Arunika bingung. “pertanyaan yang mana?”

“kenapa kaktus saya ada di Om? Seingat saya, kaktus ini ketinggalan di Lomi” heran Arunika. Dia hampir lupa menanyakan ini pada Daniel.

Daniel terkekeh. “Lomi itu milikku, aku ownernya”

Arunika tercengang mendengar fakta yang baru saja disampaikan Daniel. Apa? Pria di sampingnya ini ternyata pemilik Lomi.

Ah, makanya aku ketemu dia di Lomi kemarin. Bukan kebetulan ternyata

“Oh, Om anak konglomerat ternyata. Pantesan aja rumah Om gede banget, ownernya Lomi, punya asisten pribadi, dan selalu dikawal bodyguard

Daniel memandang bingung ke arah Arunika. Arunika yang mengerti mengendikkan kepala ke spion tengah mobil. Di belakang ada sebuah mobil hitam yang megikuti mereka.

bodyguard Om kan? Saya lihat mereka di rumah tadi. Tapi apa zaman sekarang bodyguard enggak pakai jas hitam-hitam lagi ya?” tanya Arunika polos.

Arunika memerhatikan para Shù yang memang menggunakan baju biasa seperti orang pada umumnya. Tidak seperti keseharian mereka yang selalu menggunakan baju hitam. Dan tentu saja itu semua atas perintah Daniel. Daniel ingin mereka tidak terlalu mencolok di sini. Dia ingin para Shù nya terlihat berbaur dengan warga sekitar.

“kamu salah. Pertama, aku bukan anak konglomerat. Kedua, menurutku rumah yang aku tempati ini enggak terlalu besar,  mungkin designnya aja yang membuat itu tampak luas. Ketiga, Lomi itu aku bangun sendiri. Dan keempat, mereka temanku”

Arunika mengangguk-anggukan kepalanya acuh. Tidak terlalu peduli dengan penjelasan Daniel. Lagipula dia tidak akan menemui Daniel lagi. Jadi untuk apa ia susah-susah mendengarkan penjelasan Daniel.

Daniel memberhentikan mobilnya di depan kos Arunika. Arunika melepaskan seatbelt yang melingkari tubuhnya.

“Sepertinya mulai besok kita enggak perlu bertemu lagi karena urusan kita udah selesai. Terimakasih atas makanan dan tumpangannya. Oh ya, dan kaktus ini”

Tepat sedetik sebelum Arunika membuka pintu mobil, Daniel menarik Arunika dalam pelukannya. Mendekap gadis itu dengan erat. Seolah mereka tidak akan bertemu dalam waktu yang lama.

Bukan.

Tentu saja bukan karena apa yang dikatakan Arunika tadi. Meskipun Arunika mengancamnya sekali pun, Daniel tetap akan menemuinya besok, lusa, dan hari-hari berikutnya. Tapi sebenarnya, Daniel harus kembali besok ke Shanghai. Ada sedikit masalah di sana. Dan Daniel harus turun tangan menyelesaikan masalah itu.

Arunika mendorong tubuh Daniel menjauh. Lalu memandang pria itu dengan amarah dan bingung sekaligus. Dia tidak terima dengan perlakuan Daniel yang  seenaknya saja memeluknya seperti itu. Tanpa basa-basi, Arunika langsung keluar dari mobil. Lalu berjalan cepat menuju kamar kos nya.

Daniel yang ditinggalkan seperti itu tertawa lebar melihat reaksi Arunika. Daniel mengamati pintu kamar kos Arunika yang sudah tertutup. Memastikan gadis itu sudah masuk ke dalam kamar kosnya. Setelahnya, Daniel kembali melajukan mobil menuju rumahnya.

***

Next, [16]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang