[48]

319 21 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Arunika melihat jam di dinding yang menujukkan angka tujuh. Dia berjalan gontai menuju dapur. Kerongkongannya terasa sangat kering. Dia butuh minum saat ini juga. Di kejauhan, Arunika melihat Bunda Izza yang sedang menyiapkan teh dan kue untuk Ayah Sudarso. Arunika tersenyum misterius. Sebuah rencana terlintas di kepala kecilnya ini.

Good Morning Bunda” Arunika menyapa Bunda Izza.

“Pagi.. aduh Ru, itu ilernya dihapus dulu. Cuci muka dulu sana” titah Bunda.

Arunika mengelap muka dengan kedua tangannya. Lalu tertawa mengikuti Bunda Izza yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak sambungnya ini.

“ini buat Ayah ya, Bun?” tanya Arunika. Bunda Izza mengangguk. “kalau gitu biar Aru aja Bun yang anterin ke Ayah”

Tanpa menunggu persetujuan Bunda Izza, Arunika langsung mengambil alih nampan berisi teh dan kue yang ada di atas meja. Biasanya Ayah Sudarso akan duduk di teras rumah sambil menikmati teh dan kue di pagi hari. Rutinitas yang selalu dilakukan Ayah Sudarso setiap pagi.

Sampai di teras rumah, Arunika meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja kecil yang ada di sebelah Ayah Sudarso. Kemudian dia ikut duduk di kursi yang ada di sana.

“kamu yang bikin ini?”

Arunika tersenyum bangga di depan Ayah Sudarso. “tentu saja.. bukan. Bunda yang bikinin ini buat Ayah”

Arunika dan Ayah Sudarso lantas tertawa. Mereka memandang ke depan. Melihat halaman rumah yang ditumbuhi beberapa pohon dan bunga milik Bunda Izza.

“Dia itu laki-laki yang baik. Walaupun kadang dia nyebelin, tapi dia laki-laki yang baik. Aru selalu ngejauhin dia dulu, tapi dia terus berusaha ngedeketin Aru. Segala macam cara dia lakuin biar bisa dekat dengan Aru. Dia bahkan selalu datang buat ngejemput Aru di kampus. Tapi selalu Aru acuhin”

Ayah Sudarso diam. Dia hanya mendengar Arunika bercerita tanpa memberikan reaksi apapun.

“suatu hari Aru nyuruh dia pergi, dan dia benar-benar menghilang. Di sana Aru sadar, Aru udah terbiasa dengan kehadiran dia. Aru merindukan dia. Aru ingin dia ada di dekat Aru. Terus dia kembali lagi. Entah bagaimana akhirnya kami memutuskan untuk bersama setelah itu. Aru menerima dia. Ayah tau, dia jago masak. Dia selalu masakin Aru makanan yang enak. Ayah harus coba deh lain kali. Kalau enggak sibuk, dia akan selalu nemenin Aru kemana pun Aru pergi”

Ayah Sudarso masih diam.

“ayah tau, kami selalu berdebat. Dia selalu  nyuruh bodyguardnya itu untuk ngawasin Aru. Tapi Aru selalu nolak. Ayah lihat mobil hitam di sana, itu bodyguard dia. Aru udah nolak permintaan dia untuk nyuruh bodyguardnya berjaga di sini tadi malam. Tapi tetap aja dia selalu melakukan apa yang dia mau. Dia itu benar-benar nyebelin banget. Aru tau, dia melakukan itu untuk menjaga Aru. Dia ingin Aru selalu aman meski enggak ada dia di samping Aru”

Arunika menunjuk sebuah mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari rumah Ayah Sudarso.

“akhirnya Aru tau yang sebenarnya. Aru tau siapa dia sebenarnya. Dia menceritakan semua tentang dirinya sama Aru. Setelah mendengar cerita itu, Aru tetap ingin bersamanya. Aru tau seberapa besar resiko jika tetap bersama dia. Tapi Aru enggak peduli. Karena Aru tau, dia akan melindungi Aru”

Hening.

“Aru menginginkan dia, Yah”

Arunika menatap Ayah Sudarso lama. Mencoba meyakinkan Ayah dengan kisah antara dia dan Daniel. Arunika hanya bisa berharap Ayah akan berubah pikiran. Semoga saja.

***

Next, [49]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang