[8]

819 39 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Arunika berjalan pelan seraya mendorong troli belanja salah satu supermarket. Ia dengan teliti memasuki lorong demi lorong barang yang ada di sana. Memperhatikan setiap barang yang terpajang di etalase demi mencari barang yang ia butuhkan maupun yang tidak ia butuhkan - sebut saja barang diskonan. Seperti perempuan pada umumnya, meskipun Arunika tidak terlalu membutuhkan barang itu, namun jika harganya miring – diskonan – ia tetap akan membelinya. Mumpung lagi diskon, pikirnya.

Arunika berhenti di rak yang memajang berbagai jenis makanan ringan. Ia mengambil beberapa bungkus snack dan memasukkannya ke dalam troli belanja. Ia berhenti lagi di depan sebuah rak minuman dingin. Arunika berdiri memandang berbagai macam minuman yang tersusun rapi di hadapannya selama beberapa saat, bermaksud mencari minuman yang ingin dibelinya. Pilihan Arunika jatuh pada sebuah minuman berperisa leci dengan tambahan nata de coco di dalamnya.

Arunika membuka tutup botol minuman itu. Kemudian meneguk seperempat isinya. Wajah Arunika mengerut saat rasa asam dari leci bertemu dengan indra perasa miliknya.

“bayar dulu, baru minum”

Arunika tersentak kaget. Ia menoleh ke sumber suara. Ada Daniel di sana. Berdiri di sebelah Arunika dengan sebuah troli di depannya.

“Ngapain Om di sini?”

Daniel terkekeh. Matanya bergerak mengarah pada troli di hadapannya. Ada beberapa barang di sana.

Arunika mengangguk acuh. Ia meletakkan botol minuman yang tadi dia minum ke dalam troli. Lalu melanjutkan kegiatan berbelanja bulanannya.

“aku Daniel. Usiaku emang udah tiga puluh tahun, tapi aku masih kelihatan muda. Jadi jangan panggil Om. Cukup Daniel aja” ujar Daniel sambil mensejajarkan diri dengan Arunika.

“Om pikir saya peduli. Minggir Om, saya mau bayar”

Arunika berdiri di depan kasir. Ia menaikkan barang-barang yang ada di troli belanja ke atas meja kasir. Ketika barang milik Arunika sudah hampir selesai di scan, diam-diam Daniel meletakkan barang yang dibelinya ke atas meja kasir. Sehingga membuat barangnya itu masuk ke dalam struk belanja milik Arunika.

Arunika yang beberapa detik yang lalu sibuk dengan ponsel miliknya akhirnya tersadar dengan apa yang baru saja terjadi. Kedua matanya menatap bingung pada barang-barang yang sedang di scan oleh kasir.

“Eh, mbak maaf itu bukan barang saya”

Kasir itu menatap Arunika bingung. “maaf bu, saya pikir ini masih barang ibu. Tadi bapaknya mempersilahkan saya untuk men-scan barang”

Arunika menghembuskan napas kesal. Ia menatap tajam ke arah Daniel yang nyengir lebar di sebelahnya.

“struknya bisa dirubah enggak ya mbak?”

“mohon maaf ibu, saya tidak bisa. Data belanja ibu sudah masuk ke database kami bu. Mohon maaf sekali lagi bu” ujar kasir itu merasa bersalah.

Daniel mendekatkan dirinya kepada Arunika. Bibirnya ia arahkan ke telinga kiri milik Arunika. “Udah bayar aja Ru, hitung-hitung mentraktirku”

Arunika yang mendapar perlakuan seperti itu spontan memundurkan kepalanya. Dia menggosok-gosokkan telinga kirinya beberapa kali karena merasa geli dengan apa yang dilakukan Daniel. Arunika menghembuskan napas kesal, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada kasir. Selesai membayar, dia pergi begitu saja meninggalkan Daniel sambil membawa plastik belanja miliknya.

Arunika berhenti di depan gedung supermarket. Ia mengambil ponsel, hendak memesan ojek online. Namun tiba-tiba saja Daniel datang dan mengambil alih kantung plastik yang ada di tangan Arunika.

“eh Om! Belanjaan saya. Balikin!” seru Arunika.

Daniel yang diteriaki hanya acuh tak acuh saja. Dia berjalan menuju mobil SUV hitam yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Daniel membuka pintu belakang mobil lalu memasukkan belanjaan miliknya dan Arunika ke dalam bagasi mobil.

Arunika berhenti di sebelah mobil Daniel dengan napas naik turun. Ia menengadahkan tangannya, bermaksud meminta kembali belanjaan miliknya yang diambil Daniel.

“Belanjaan saya” seru Arunika menahan kesal.

Daniel mengendikkan kedua bahunya acuh. Dia membuka pintu mobil sebelah kiri. Kemudian menyuruh Arunika masuk dengan gerakan kepala. Arunika hanya bisa memandang Daniel dengan tatapan bingung.

“masuk. Aku akan traktir kamu makan sebagai ucapan terimakasih karena kamu udah bayarin belanjaan aku”

Arunika menghembuskan napas pelan. Sudah tidak terhitung lagi rasanya berapa kali dia menahan kesal atas sikap Daniel yang sesuka hati seperti ini.

“Om pikir saya bakalan mau? Saya cuma mau belanjaan saya balik”

Arunika berjalan menuju bagasi mobil Daniel bermaksud mengambil paksa jantung belanja miliknya. Namun belum sempat ia melangkah, Daniel sudah terlebih dahulu menarik tangan Arunika dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.

“sekali ini saja, biarin aku nraktir makan. Aku enggak mau berhutang budi”

Sok sok an hutang budi, tadi kan kamu yang seenaknya aja nyuruh aku bayar belanjaan punya kamu. Dasar om-om brengsek

“saya enggak mau dan enggak usah takut sama hutang budi. Saya enggak mengharapkan balasan Om”

Usai mengatakan itu, Arunika hendak membuka pintu mobil, tetapi tangannya sudah lebih dulu dicegat oleh tangan Daniel.

“Arunika”

Arunika terhenti. Dia merasa terhipnotis dengan cara Daniel memanggil namanya. Arunika memutar kepalanya menghadap Daniel. Betapa terkejutnya dia saat tau jarak dia dan Daniel hanya tinggal beberapa centimeter saja. Arunika menahan napas secara otomatis. Surga dunia ada dihadapannya saat ini. Arunika baru menyadari wajah tampan Daniel. Sorot mata tajam. Hidung mancung. Serta rahang tegas milik Daniel benar-benar menggambarkan kemaskulinitasnya.

Ternyata dia emang ganteng. Selama ini aku kemana aja

Tersadar, Arunika segera memundurkan kepalanya. Dia mengerjapkan mata. Berusaha membuyarkan halusinasi surga dunia yang baru saja dia rasakan.

Arunika memandang Daniel tajam. “Okay, saya setuju. Tapi sekali ini aja. Untuk seterusnya kita jangan pernah ketemu lagi”

Daniel tersenyum mendengar perkataan Arunika. Dia mengangguk kepala tanda setuju. Daniel memajukan badannya ke arah Arunika. Arunika yang siaga menghentikan Daniel dengan kedua tangan.

“Om mau apa?”

Daniel menunjuk arah seatbelt dengan kedua matanya. “seatbelt kamu”

“saya bisa sendiri” tolak Arunika. Dia mendorong tubuh Daniel menjauh.

Daniel terkekeh geli melihat respon Arunika yang sedemikian rupa. Gadis ini benar-benar sudah membuatnya hilang akal. Dia hanya bisa berdoa, jika memang dia dan Arunika ditakdirkan untuk bersama, maka buatlah dia dan Arunika selalu dekat. Seperti sekarang ini.

***

Next, [9]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang