[21]

563 27 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Matahari datang menggantikan bulan yang telah menyelesaikan tugasnya. Membawa cahaya terang menggantikan sinar bulan. Membuat siapa saja yang ada di bumi memaksakan dirinya untuk bangun dan melakukan aktivitas mereka.

Daniel berdiri menyandar pada pintu mobil hitam miliknya. Menunggu Arunika keluar dari bangunan kosnya. Daniel tampak tampan hari ini, seperti yang biasa ia lakukan. Hari ini kadar ketampanan Daniel bertambah berkali lipat karena kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Jika sudah tampan, mau dipakaikan apa pun juga akan terlihat bagus. Begitulah hukum alam.

Suara pagar terbuka membuat Daniel refleks memfokuskan pandangan pada pagar yang ada di depannya. Mencari tau siapa gerangan yang membuka pagar itu.

Daniel tersenyum lebar saat melihat Arunika yang terlihat cantik dengan denim skirt overall yang dipadukan dengan kaos putih bergaris serta sepatu kets putih keluar dari balik pagar kos.

"hai" sapa Daniel.

"Om ngapain di sini pagi-pagi, kurang kerjaan banget" ketus Arunika.

Daniel terkekeh. "Mau nganterin kamu ke kampus lah, apalagi"

Arunika mengendikkan bahunya acuh. "sorry, tapi jemputan aku udah dateng. Mending Om pulang aja deh"

Daniel melihat ke arah samping. Rupanya sudah ada driver ojek online yang menunggu Arunika di sana. Entah sejak kapan driver itu ada di sana. Daniel memegang lengan Arunika, mencegatnya untuk pergi.

Arunika dengan sigap melepaskan cegatan tangan Daniel. "maaf Om, aku buru-buru, ada kelas pagi"

Tanpa menoleh pada Daniel, Arunika dengan cepat naik ke atas motor dan menyuruh driver ojek online itu untuk segera pergi dari kawasan kos. Menjauhi Daniel adalah pilihan yang tepat baginya saat ini.

Daniel menatap bayangan punggung Arunika yang semakin menjauh. Lagi. Arunika kembali menolak kehadirannya. Menolak untuk bertemu dengannya. Apa Arunika tidak tau kalau sebenarnya Daniel sangat merindukannya. Kemarin malam, Daniel sangat ingin memeluk Arunika. Tapi Daniel mengurungkan niatnya itu. Dia takut kalau Arunika akan terkejut dan malah menjauhi dirinya. Dia ingin melakukan semuanya pelan-pelan. Membiarkan Arunika menentukan pilihannya sendiri.

Daniel masuk ke dalam mobil miliknya. Ia memutuskan untuk ke Lomi. Sudah lama dia tidak melihat keadaan di sana. Saat ke Shanghai, Daniel tidak membawa Shù. Dia hanya pergi berdua dengan Yifan.

Daniel memasuki Lomi yang langsung disambut tundukkan kepala hormat dari Shù yang ada di sana. Tidak seperti di Shanghai, hanya tundukkan kepala kecil, lebih seperti anggukan mungkin. Daniel tidak ingin orang lain bertanya-tanya jika Shù selalu menunduk hormat padanya tiap kali Daniel datang ke Lomi. Itu akan menjadi hal yang rumit untuk dijelaskan.

Daniel menghampiri Yifan di lantai dua. Tempat dia biasa memantau keadaan Lomi. Dari atas Daniel memberikan isyarat kepada salah satu Shù di meja bar untuk membawakannya minuman.

"biar aku tebak, Dàgē dateng cepet banget ke sini, itu berarti Dàgē enggak jadi nganterin Xiǎojiě (nona) ke kampus. Aku bener kan? Dàgē ditolak ternyata"

Perkataan Yifan sukses membuat Daniel geram. Ia menatap tajam Yifan seolah ingin memangsa pria itu.

"apa mungkin dia lagi datang bulan? Jadi dia enggak mau ketemu sama Dàgē. Mungkin hormonnya lagi membenci Dàgē"

Daniel berdecak sebal. Ia benar-benar tidak tahan mendengar ocehan bodoh Yifan. "jam sembilan malam di basement. Aku akan menembak kepalamu malam ini juga" ujar Daniel dingin.

Perkataan Daniel tadi sontak membuat Yifan mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Memohon ampun pada Daniel. Pasalnya Daniel baru saja menggunakan nada perintah. Nada yang selama ini menjadi acuan Shù saat menerima perintah. Nada yang berarti mutlak untuk dilaksanakan.

"Dàgē, maafkan aku. Aku hanya bertanya" kata Yifan memohon ampun. Dia mengambil minuman yang dibawakan oleh salah satu Shù. "silahkan diminum Dàgē"

Daniel menerima minuman dingin dari tangan Yifan. Keduanya tiba-tiba saja tertawa.

"wah, aku kira Dàgē beneran mau nembak kepalaku"

"menurut kamu aku enggak bisa?" Ujar Daniel pelan. Ia menoleh pada Yifan di sebelah kirinya. Pria itu bergidik ngeri membayangkan kepalanya akan ditembak oleh Daniel.

Daniel bukan orang sembarangan. Badannya sudah terlatih sejak kecil. Dia bisa segala macam cabang olahraga. Bertinju dan menembak menjadi salah satu olahraga yang sangat digemarinya. Mungkin tidak sembarang orang bisa mengalahkan Daniel dalam dua olahraga itu. Membuat Daniel disegani sealigus ditakuti dalam dunia bisnis gelap yang dijalaninya selama bertahun-tahun ini.

"Dàgē, aku rasa aku tau gimana caranya agar Xiǎojiě mau bertemu denganmu"

***

Next, [22]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang