[22]

515 24 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Arunika mengambil penyiram tanaman yang ada di bawah meja. Ia ingin menyiram beberapa koleksi kaktus di atas meja kecil. Setelah menyiram seluruh koleksi kaktus miliknya, Arunika memilih untuk duduk di atas meja. Pandangannya menuju ke langit malam dibalik jendela. Memerhatikan bulan yang bersinar terang malam ini.

Samar-samar Arunika mendengar suara getaran ponsel miliknya. Arunika bangkit, hendak mengambil ponsel yang ada di atas meja. Arunika memperhatikan sebuah nomor yang terpampang di layar ponsel. Siapa gerangan yang menelfonnya malam-malam begini.

“halo? nona Arunika, ini aku Ray”

Arunika mengerutkan keningnya bingung. Ray? Ray siapa? Seingatnya dia hanya kenal satu orang yang bernama Ray.

“Ray yang di rumah Daniel kemarin? Asistennya Daniel?” tanya Arunika ragu.

“iya, benar. Ini aku. Nona, apa Anda bisa ke rumah sekarang? Bos sedang sakit, aku enggak tau apa yang harus aku lakuin. Please, daritadi dia cuma manggil-manggil nama nona aja”

Arunika mengembuskan napas pelan. Dia tau Daniel tidak sakit. Tadi pagi pria itu masih terlihat baik-baik saja. Masih terlihat sangat sehat. Rasanya tidak mungkin tiba-tiba dia jatuh sakit. Sebenarnya bisa saja, tapi pikirannya menolak kemungkinan itu.

“bawa aja dia ke rumah sakit. Aku tutup telfonnya, selamat malam”

Belum sempat Arunika menutup telfon, Yifan berteriak-terika memanggil nama Daniel. Makin lama suara Yifan semakin mengecil. Lalu telfon pun terputus. Arunika melihat layar ponselnya. Apa benar Daniel sakit. Atau dia hanya pura-pura saja.

Arunika mengambil tas selempang kecil yang disampirkan di rak pakaian. Ia memutuskan untuk datang ke rumah Daniel. Kalaupun Daniel berbohong, dia pastikan akan langsung memberi pelajaran pada pria itu.

***

Next, [23]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang