[13]

649 32 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Daniel dan Arunika kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Daniel. Selang dua puluh menit kemudian, mobil Daniel memasuki pekarangan sebuah rumah. Mereka turun dari mobil. Daniel mengambil belanjaan dari bagasi mobil dan berjalan duluan mendahului Arunika.

Arunika memperhatikan rumah di depannya. Rumah ini terdiri atas dua lantai. Cukup besar menurut Arunika. Saat masuk ke dalamnya, terlihat jelas dominasi warna hitam, abu-abu dan sedikit sentuhan kayu membuat nuansa hangat sekaligus maskulin langsung terasa. Dari pintu masuk Arunika merasa rumah ini sangat luas. Padahal jika dilihat dari luar rumah ini tampak biasa saja.

Daniel membawa Arunika menuju dapur yang terletak di sebelah kiri rumah. Dia menyuruh Arunika untuk duduk di kursi breakfast bar.

“aku laper, kita makan dulu” ujar Daniel saat Arunika bersiap akan mengatakan sesuatu.

Daniel mengeluarkan bahan-bahan yang tadi dibelinya bersama Arunika di supermarket. Dia mengambil sebuah apron mini dari dalam laci dan memasangkan di pinggangnya. Sebelum mulai, Daniel melirik Arunika. Sedangkan Arunika hanya menatap Daniel ragu akan kemampuan memasak pria itu.

Daniel mulai mencuci bahan-bahan. Kemudian memotong beberapa bahan yang dibutuhkannya. Ia mulai menunjukkan kemampuan memasak yang sangat dikuasainya ini selain beberapa hal lain yang tidak bisa ia tunjukkan pada Arunika sekarang.

Why?  Do I look stunning when I play with this thing? ” tanya Daniel yang mengetahui jika sedari tadi Arunika memperhatikannya.

“Tingkat percaya diri Om ini emang kelewat batas” Arunika berdecak kagum dengan mengejek Daniel.

Arunika melirik ke sekeliling rumah Daniel. “Om tinggal sendiri? Rumah ini sepi banget”

Daniel begumam mengiyakan.

“belum menikah? Waw”

“kenapa? Kamu mau jadi istriku?”

Arunika bergidik ngeri mendengar ucapan Daniel. “enggak usah, terimakasih”

Daniel tertawa pelan mendengar jawaban cepat Arunika. Ia melanjutkan kegiatan memasaknya. Beberapa saat kemudian, Daniel menyajikan dua piring makanan dan dua gelas minuman di hadapan Arunika. Daniel melepaskan apron yang dipakainya. Lalu duduk di sebelah Arunika.

Arunika memperhatikan makanan yang disajikan Daniel di hadapannya. Jika dilihat dari visual, makanan ini tampak sangat meyakinkan dan sangat menggugah selera Arunika siang itu. Tapi dari segi rasa, Arunika benar-benar tidak yakin Daniel bisa memasak.

“ini bisa dimakan? Om enggak berniat ngeracunin saya kan?”

“daripada ngasih kamu racun, mendingan aku nembak kepala kamu. Lebih menyenangkan ngelihat darah keluar dari luka tembak” ucap Daniel pelan. Sangat pelan sampai membuat bulu kuduk Arunika merinding.

“memangnya Om bisa nembak? Saya rasa enggak”

Setelah mengatakan itu, Arunika bersiap untuk menyantap hidangan yang dibuat oleh Daniel. Namun gerakannya terhenti saat Daniel bersuara.

let's get married

Daniel memandang Arunika dalam. Memperhatikan wajah cantik Arunika. Seperti biasa, Arunika terlihat cantik hari ini dengan navy dress yang ia padukan dengan kaus putih di dalam sebagai inner. Sementara rambut panjangnya ia biarkan terurai.

Arunika menatap Daniel tajam. Raut terkejut dan kesal bercampur di wajahnya. “Om pikir itu nembak yang saya maksud? Ngajak nikah udah kayak ngajak ke pasar. Dasar bego”

Daniel menajamkan pendengarannya. “Apa kamu bilang? Aku bego?”

Arunika mengangguk tanpa beban. Dia mulai memakan makanan di hadapannya. Arunika menganggukkan kepala sebagai respon. Makanan ini enak menurutnya. Ternyata Daniel memang bisa memasak.

“Om belajar masak darimana? Oh enggak perlu ngasih tau saya. Saya cuma nanya doang”

Daniel mendengus. Gadis di depannya ini benar-benar menguras emosinya. Tapi Daniel senang. Sejak tadi Arunika selalu bertanya padanya. Itu artinya perhatian Arunika kini hanya padanya. Arunika mulai tertarik pada dirinya.

I lived alone since the age of seventeen, and yes since then I learned to cook. How? Isn't it delicious? No one can resist the charm of the food I made ” ujar Daniel bangga.

Arunika acuh saja mendengar perkataan Daniel. Dia kembali melanjutkan sesi makan siangnya. Daniel benar. Makanan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Oh jangan lupakan kalau ini gratis. Hal itu menjadi bumbu pelengkap di makanan ini.

Daniel yang memperhatikan Arunika makan dengan lahap, tersenyum senang. Ia menyodorkan piring berisi makanan yang belum ia sentuh kepada Arunika saat melihat Arunika sudah hampir menyelesaikan acara makannya. Arunika menolak. Ia mengatakan kalau sudah kenyang. Arunika bangkit, hendak mencuci piring bekas ia pakai.

“biar aku aja” cegah Daniel.

Arunika menggeleng. “just let me. You already cooked me, at least let me wash the dishes

Arunika mulai mencuci piring yang dipakainya tadi. Setelah selesai, ia kembali ke breakfast bar.

“jadi di mana kaktus saya?”

Belum sempat Daniel menjawab pertanyaan Arunika, Yifan datang menghampiri Daniel dengan langkah tergesa.

“oh, kenalkan dia Ray, asistenku”

Daniel memperkenalkan Yifan pada Arunika. Sama seperti Tomi, Yifan juga memakai nama samaran lokal. Arunika dan Yifan pun berkenalan.

Yifan terlihat membisikkan sesuatu di telinga Daniel. Sesuatu yang genting sepertinya terlihat dari raut wajah Daniel yang berubah serius.

“aku akan ambil kaktusmu, tunggu di sini sebentar” titah Daniel. Sedetik kemudian ia dan Yifan menghilang dari pandangan Arunika.

***

Next, [14]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang