8. Kamar Kosong

14.7K 2K 96
                                    

Mendengar teriakan Langit, Lura semakin mengencangkan tawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar teriakan Langit, Lura semakin mengencangkan tawanya. Langit menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, lelaki itu menggumamkan segala macam doa yang dia ingat.

"Pait, pait, pait." Langit bahkan menyebut mantra untuk mengusir tawon.

Lura yang tak tega pun merubah kembali wajahnya seperti semula. Gadis itu mengulum bibirnya, menahan tawanya agar tak kembali menyembur.

"Udah nggak ada kok setannya," ujar Lura tenang.

Dengan perlahan, Langit menurunkan selimutnya. Lelaki itu masih terlihat takut, keringat dingin menetes di wajahnya.

"S-setan, jauh jauh lo!" Sepertinya Langit masih syok, ia melemparkan segala sesuatu yang bisa diraihnya.

Kamar Langit benar-benar berantakan, Lura terdiam. Melihat Langit yang sepertinya sedikit trauma, membuat arwah gadis itu merasa bersalah.

Lura berjalan pelan mendekati Langit. "Udah  Lang, tadi itu gue cuma iseng kok. Lo jangan takut dong sama gue, ntar siapa yang mau bantuin gue kalo lo nya gini."

Napas Langit masih memburu, demi apapun wajah menyeramkan Lura masih terngiang-ngiang di benaknya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia melihat sosok semenyeramkan itu.

"Keluar dari kamar gue." Langit mengusir gadis itu tanpa menatap wajahnya.

Lura menatap Langit memelas. "Lang ...."

"Gue bilang keluar!" Nada suara Langit sedikit meninggi.

Lura menunduk lesuh, arwah gadis itu menautkan kedua telunjuknya gelisah. Sepertinya Langit sangat marah padanya, bagaimana ini?

"T-terus gue tidur dimana?"

Langit mendengus sinis. Ia menatap tajam sosok arwah di depannya. Jika dipikir pikir semenjak ia berurusan dengan gadis itu, hidupnya tanpa sadar semakin rumit.

"Terserah." Langit menutup seluruh wajahnya dengan selimut. Lura melemaskan bahunya, sepertinya Langit tidak bisa dibujuk untuk saat ini. Ia memilih keluar dari kamar lelaki itu.

****

Lura berjalan mengelilingi rumah Langit. Mulai dari ruang tamu, ruang tengah, ruang kerja Leon, bahkan di rumah ini ada ruangan khusus berisi boneka manekin tanpa kepala yang dipasangi baju.

"Pasti ruang kerja mamanya Langit," ujar Lura pelan.

Mungkin yang orang lain lihat hanya sebuah patung, namun yang Lura lihat sesuatu yang menyeramkan tanpa kepala.

Lura bergegas pergi dari ruangan pengap itu, hawanya saja sudah berbeda dengan kamar Langit. Di sana begitu pengap dan sunyi, tempat yang disukai makhluk halus sejenis dirinya.

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐒𝐦𝐢𝐥𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang