Pernahkah kamu merasa takut melihat cermin? Maksudnya, sesuatu yang kosong namun menyeramkan di dalamnya?
****
"Nama lo sebenernya siapa sih?"
Kedua makhluk berbeda jenis saat ini sedang berada di sebuah ruangan yang biasa dijadikan sebagai tempat tidur. Kamar, dengan nuansa gelap milik seorang lelaki bernama Langit.
Dengan sesosok arwah yang sejak tadi berdiri di depan cermin, sesekali bergaya layaknya supermodel. Namun, bayangannya sama sekali tak terlihat di dalam cermin.
Lura menyentuh cermin di depannya seraya menjawab tanpa menatap Langit, "Lura Berliana, lo kan udah tau."
Lelaki itu bergidik ngeri saat tak mendapati bayangan Lura pada cermin. Pikirannya kembali melayang pada kejadian hari ini. Dimana dia mencari nama arwah itu pada data siswa, namun tak ketemu. Juga tentang sosok anak kecil yang bisa melihat Lura, dan mengatakan bahwa gadis itu tak seharusnya di sini.
"Ngapain sih lo di depan kaca?"
Lura menengok pada Langit, arwah itu berjalan pelan mendekati Langit, mendudukkan dirinya di lantai dengan kaki yang ditekuk untuk dijadikan tumpuan dagu.
"Menurut lo, gue nyusahin nggak sih?" tanyanya random.
Langit terdiam. Jika dipikir pikir, tak ada untungnya juga ia susah susah membantu Lura. Janji Lura untuk melindungi Langit dari makhluk sejenisnya pun tak terlalu berguna. Ini murni sisa rasa kemanusiaan pada diri Langit untuk membantu.
Langit mengalihkan pandangannya pada Lura seraya menggeleng. "Nggak juga."
Keduanya terjebak dalam keheningan. Langit yang memang sudah mulai mengantuk pun mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu tidur.
"Tidur Ra," gumam Langit sambil menaikan selimutnya. Lura menatap Langit lamat lamat, sebelum akhirnya melayang ke atas lemari untuk menyusul Langit ke alam mimpi.
***
"Lang, ini tugasnya udah aku jilid. Eumm ... nanti kamu yang presentasi ya?"
Seorang gadis menyodorkan sebuah kliping dengan cover biru muda pada Langit yang tengah merebahkan kepalanya di atas meja sambil memainkan ponselnya.
Lelaki itu menegakan kepalanya sambil menatap gadis di depannya. "Iya gampang lah tinggal baca doang. Udah taro aja situ," ucapnya tak acuh.
Cindy menggigit bibir bawahnya dengan raut tak enak. "T-tapi Lang, nanti presentasi nya nggak baca, a-anu ... itu dihafalin."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐒𝐦𝐢𝐥𝐞 [END]
Teen FictionTembok putih bagian pojok kantin sekolah penuh dengan warna merah. Banyak coretan abstrak di sana. Langit si murid badung yang suka membolos, melihat seorang gadis mengenakan seragam, berdiri di pojok kantin dan tersenyum padanya. Namun temannya me...