38. Perihal Waktu

11.3K 1.6K 73
                                    

"Kamu kenal Ratu? Dia satu sekolah sama kamu kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenal Ratu? Dia satu sekolah sama kamu kan?"

Langit menggeleng, sebelum akhirnya mengangguk. Respon lelaki itu membuat kernyitan timbul di dahi Leon.

"Yang bener Lang," tegur Yuna.

Sebelum Langit menjawab, bunyi alunan merdu sebuah lonceng angin terdengar dari lantai atas. Membuat tiga anggota keluarga itu saling bertatapan.

"Lonceng angin itu ... ada di kamar Lana kan?" tanya Leon hati-hati. Dua orang di depannya mengangguk kaku, seolah ada yang janggal.

"Kamar Lana terkunci rapat, ventilasinya udah ditutup, jendelanya juga dikunci. Terus posisi lonceng angin itu ada di kardus, bukan menggantung. Siapa yang...."

Langit berjengkit kaget saat memikirkan fakta itu. Seolah tau apa yang dipikirkan sang putra, Leon berdecak.

"Nggak usah mikir macem macem, ayo kita cek!" Pria itu bangkit dari duduknya, diikuti Yuna yang berjalan pelan di sampingnya.

Wanita itu cukup berpikiran terbuka, ia menyadari bahwa manusia hidup berdampingan dengan jin. Meski tak pernah melihat wujud mereka, Yuna percaya mereka ada.

Langit berjalan paling belakang. Langkah ketiganya terhenti saat sampai di depan pintu kamar paling ujung. Leon menatap anak dan istrinya yang tampak mundur satu langkah.

Pria itu menghela napas, menyadari mereka berdua tak berani membuka pintu itu. Dengan nyali yang kuat, Leon mulai memutar kunci yang selalu dibawanya kemana mana.

Ceklekk!

Gelap, berdebu, sesak, dan dingin. Leon melangkah perlahan memasuki kamar almarhumah putrinya, tangannya meraba tembok untuk mencari saklar lampu.

Klik.

Semua barang yang ada di sana seketika terlihat jelas setelah lampu dinyalakan. Langit dan Yuna baru berani masuk setelah melihat keadaan sudah terang.

"Nggak ada apa-apa ka—"

Sringgg!

"MAS!!" Yuna menubruk tubuh Leon sampai pria itu hampir terhuyung jika tidak cepat menyeimbangkan tubuhnya. Dia mengelus kepala sang istri yang terbenam di dadanya.

"Udah, nggak ada apa-apa." Leon menggumamkan kata-kata penenang di telinga istrinya. Wanita itu tak berani mengangkat wajahnya, dia terlalu takut dengan kemungkinan yang ada.

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐒𝐦𝐢𝐥𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang