15. Mencari Tau

12.6K 1.7K 72
                                    

"Kura, lo yakin nama lo beneran Lura Berliana?" tanya Langit lebih serius, membuat Lura termenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kura, lo yakin nama lo beneran Lura Berliana?" tanya Langit lebih serius, membuat Lura termenung. Gadis itu menggigit bibir bawahnya.

"Emm ... seingat gue emang itu nama gue."

Langit menegakkan tubuhnya. "Apa jangan jangan ...."

"Jangan jangan apa?!" pekik Lura panik sekaligus penasaran. Apalagi wajah Langit sangat sangat serius. Lelaki itu mengelus dagunya.

"Hm, nggak jadi deh. Gue belum yakin."

Langit kembali menyandarkan punggungnya ke kursi. Lura tersenyum dengan tangan mengepal menahan geram. Arwah gadis itu menghela napas dan pergi begitu saja tanpa pamit.

****

Bugh!

Seorang lelaki saat ini tengah mencengkeram kerah lawannya. Keduanya terengah dengan napas memburu, urat urat jelas tercetak di rahang dan tangan si pelaku.

"Arghhh! Lo apa apaan sih?!" Sang korban bogeman berusaha melepaskan cengkraman tangan pelaku.

Ia tadi sedang duduk santai di kantin, dan tiba-tiba ada seseorang yang menyerangnya. Si pelaku tak lain adalah Langit, saat ini menjadi pusat perhatian seluruh siswa.

Bugh!

"Bangun lo!" Langit menendang perut lawannya dengan kencang. Sang empunya mengerang sambil memegangi perutnya. Para siswi menjerit histeris melihat kejadian dimana Langit memukuli seseorang dengan membabi-buta.

"Lang udah Lang, anak orang bisa koid anjir!" Sean datang membelah kerumunan dan mencoba menarik Langit untuk berhenti memukuli sang korban.

Langit tak peduli, menyentak tangan Sean yang ada di bahunya. Ia kembali berjalan mendekati sang korban yang sudah tergeletak sambil memegangi perutnya.

"APA APAAN INI?!" Seluruh pasang mata langsung menatap sosok pria dengan kumis tebal yang saat ini tengah berkacak pinggang dengan mata melotot garang.

Pandangan pria itu langsung mengarah pada salah satu anak muridnya yang terbaring di tanah dengan keadaan babak belur.

Ia menggeleng geram. "Cepat bawa ke UKS! Dan kamu, ikut saya ke ruang BK!"

Pria berbadan gempal tadi menunjuk Langit, dan mengisyaratkan lelaki itu untuk mengikutinya. Sang empu dengan pasrah mengekor di belakang pria tadi yang tak lain adalah guru BK yang bernama, Sunarto, biasa dipanggil pak Sun.

"Udah udah sana bubar!" seru Sean pada sekelompok siswa yang masih berkerumun sambil berbisik bisik. Setelahnya Sean berlari menyusul Langit ke ruang BK.

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐒𝐦𝐢𝐥𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang