Tembok putih bagian pojok kantin sekolah penuh dengan warna merah. Banyak coretan abstrak di sana. Langit si murid badung yang suka membolos, melihat seorang gadis mengenakan seragam, berdiri di pojok kantin dan tersenyum padanya.
Namun temannya me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang sekolah, Langit berniat menunjukkan hasil investigasinya pada kakek Lura. Ia tengah bersiap menuju rumah sakit, tempat Lura dirawat.
Lelaki itu terlihat sedang menata rambutnya sedemikian rupa agar tampak lebih rapi. Setelah memastikan penampilannya oke, Langit meraih jaket berwarna coklat miliknya, yang sebelumnya sudah ia siapkan di kasur.
"Si Kura tumben nggak nongol dari pagi," gumam Langit dengan alis berkerut, sebelum akhirnya menaikan bahu, mencoba tak terlalu memikirkan.
Saat melewati ruang tengah, Langit menghentikan langkahnya kala netranya bertemu dengan manik tajam milik Leon yang sedikit banyak mirip dengannya. Tak lupa juga Yuna yang duduk di samping pria itu.
"Mau kemana kamu?" Mata tajam Leon menelisik Langit dari atas sampai bawah, mengulanginya sampai tiga kali.
"Jenguk temen, ke rumah sakit." Langit menjawab jujur, berharap dengan ini ayahnya memberinya izin keluar.
Leon memicingkan matanya, menatap Langit lekat, mencoba mencari kebohongan di mimik putranya. Yuna tersenyum pada Langit.
"Boleh, pulangnya jangan malem-malem ya, Lang?"
Mendengar ucapan sang ibu, Langit gegas menghampiri wanita itu untuk menyalami tangannya. Berbeda dengan Leon yang makin melotot, seolah tak terima dengan ucapan sang istri.
"Nggak! Inget ya Lang, hukuman kamu masih berlaku." Leon mendengkus dengan memalingkan wajahnya.
Langit terlihat memelas, menatap sang ibu yang pastinya tidak akan tega melihat raut yang jarang dikeluarkan putranya.
"Udah biarin aja, Mas. Lagian dia nggak aneh aneh di luar, cuma jenguk temennya kan?" Yuna mencoba membujuk suaminya dengan mengelus bahu pria itu.
Leon tampak menimang ucapan sang istri. Yuna harap harap cemas menanti jawaban Leon, begitu juga dengan Langit. Pria yang berstatus sebagai kepala rumah tangga itu masih terdiam dengan wajah yang sulit diartikan.
Melihat binar harapan pada dua orang kesayangannya, Leon tak kuasa mempertahankan egonya. Ia akhirnya mengangguk pasrah. Sepasang ibu dan anak itu tampak saling menatap dan tersenyum.
"Kunci motor kamu ada di meja kerja Ayah, ambil sendiri. Inget jangan pulang malem!"
Leon memberi petuah dengan nada tegas, Langit sudah seperti anak perawan yang diperlakukan posesif oleh ayahnya. Lelaki itu rolling eyes sebelum melangkah menuju ruang kerja ayahnya.
Yuna mengelus pundak suaminya dengan senyum lembut. "Sudahlah, jangan terlalu mengekang anak itu. Takutnya nanti dia malah semakin memberontak."
"Anak seperti Langit memang harus dikerasi." Leon mengelus punggung tangan istrinya. Yuna tak membalas lagi.
****
Motor hitam milik Langit sampai di parkiran rumah sakit Medika. Ia mencabut kontaknya setelah mencagak motor besarnya. Mulai berjalan memasuki bangunan yang tampak ramai dilalui orang-orang dengan baju dinas berwarna putih.