Tembok putih bagian pojok kantin sekolah penuh dengan warna merah. Banyak coretan abstrak di sana. Langit si murid badung yang suka membolos, melihat seorang gadis mengenakan seragam, berdiri di pojok kantin dan tersenyum padanya.
Namun temannya me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit saat ini duduk sendirian di kantin. Entah kemana Sean yang biasa mengintilnya. Karena ketidakhadiran Sean, Langit sudah waspada dengan duduk di meja tengah.
"Hai cowok! Sendirian aja nih?"
Langit menoleh dengan mata menyipit pada Lura. Arwah gadis itu menopang kepalanya dengan satu tangan sambil menatap Langit.
"Keliatannya?"
Lura sedikit membenarkan duduknya saat melihat teman Langit menghampiri mereka. Lelaki itu duduk persis di samping Lura.
"Oi Lang!" Orang yang barusan menyapa adalah Sean, ia datang bersama seorang gadis yang seperti tidak asing di mata Lura.
Langit mengarahkan pandangannya pada gadis yang bersama Sean. Matanya seolah menyiratkan pertanyaan kenapa Sean mengajak gadis itu.
Sean yang peka pun menjawab, "kebetulan aja tadi ketemu di Koridor. Jadi nggak papa kan kalau Cindy ikut gabung sama kita?"
Cindy tersenyum pada Langit. Sang empunya sedikit menukik alis seperti tak suka, namun karena tidak ingin memperpanjang masalah, Langit mengangguk saja.
"Makasih ya Lang," ucap Cindy dengan senyum tulusnya.
"Santai," balas Langit seadanya.
Lura yang sejak tadi menyaksikan pun kini menatap Cindy penuh selidik. Sebelum akhirnya Langit berdehem memecah keheningan.
"Nih Lang." Cindy tiba-tiba menyodorkan minuman miliknya pada Langit.
Langit, Sean, dan Lura mengernyit melihat tindakan Cindy. Gadis itu menatap khawatir pada Langit, seakan lelaki di depannya terluka parah.
"Ngapain kasih ke gue?" tanya Langit dengan alis bertaut.
"Kamu batuk, aku pikir kamu butuh air," jawab Cindy.
Lura mendengus jengah mendengar alasan Cindy dan ekspresi khawatir yang berlebihan dari gadis itu.
"Oh, tapi gue bisa minum punya sendiri."
Langit mengambil minuman miliknya sendiri dan menegaknya hingga tandas. Tentu saja Langit tidak ingin satu gelas apalagi satu sedotan dengan gadis yang masih terasa asing baginya.
"Eh mau kemana Lang?" tanya Sean saat melihat Langit bangkit dari duduknya.
"Toilet. Lo bayarin punya gue ya."
Berkata demikian, Langit langsung ngacir setelah meneguk sisa minumannya. Sean menatap tak percaya pada punggung Langit yang mulai menjauh.
Lura masih disana. Arwah gadis itu tetap diam sejak kedatangan Sean dan Cindy.
"Kurang asem tuh bocah," gumam Sean kesal. Cindy yang mendengarnya pun kini menatap Sean sepenuhnya.