"Woi berhenti lo!" seru seorang lelaki.
Langit spontan menghentikan langkahnya yang terburu buru. Ia menaikan alisnya, melihat kumpulan siswa yang duduk di belakang toilet lama dengan sebuah batang nikotin terselip di sela bibir mereka.
"Berani banget lo lewat kawasan kita. Kalo mau lewat, bayar dulu!"
Beberapa siswa berandalan itu menghampiri Langit. Menatapnya dengan penuh intimidasi.
Sial. Langit sedang tidak ingin bermain-main, ia harus cepat menemui sosok arwah itu.
"Heh! Bengong lagi si bangsat. Mana siniin duit lo!" Salah satu siswa menarik kerah seragam Langit.
Lelaki itu menyentak dengan mudah, ia mengepalkan tangannya. Melihat tampang setan mereka, membuat niat tobat Langit sedikit goyah.
"Cih! Udah miskin lo semua?!" Langit meludah di samping mereka, menaikan dagu, menantang.
Sontak semua siswa di sana berdiri, menghampiri Langit yang sama sekali tak gentar. Dilihat dari raut wajah, tampaknya mereka tak terima.
"Ngomong apa lo?!" sentak seorang lelaki.
Langit beralih menatap lelaki itu. Matanya menyipit, setelah mengingat wajah lelaki itu, Langit kembali tersenyum santai. Ia memasukan tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.
"Yoga, belum kapok lo gue bikin bonyok? Harusnya lo malu, masa kalah adu jotos sama adek kelas. Letoy!" Senyum mengejek terbit di bibir Langit.
Yoga, lelaki yang dulu pernah mengerjai Langit saat lelaki itu baru pindah ke sekolah ini. Ia mengepalkan tangannya, merasa terhina di depan teman-temannya.
"Bacot lo!" Yoga sudah siap menyerang Langit. Namun seorang temannya menahan.
"Jangan gegabah bego! Kita masih di sekolah, bahaya kalo ketauan BK." Ia beralih menatap sengit pada Langit yang wajahnya terlihat lempeng lempeng saja.
"Pergi lo! Awas aja lain kali kalo di luar sekolah, gue habisin lo!" usir Yoga dengan menunjuk nunjuk Langit.
"Bilang aja takut. Dasar cupu!"
Langit menendang angin sebelum melenggang pergi dengan dagu dinaikan. Ia sama sekali tak takut dengan ancaman Yoga. Bahkan jika lelaki itu membawa gerombolan untuk mengeroyok dirinya, pun pasti akan ia ladeni.
Beruntung saja mereka, karena sekarang ia sedang proses tobat dan dalam keadaan terburu-buru mencari seseorang.
'Ck, orang orang tolol!' maki Langit dalam hati. Karena mereka, langkahnya jadi terhambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐒𝐦𝐢𝐥𝐞 [END]
Ficção AdolescenteTembok putih bagian pojok kantin sekolah penuh dengan warna merah. Banyak coretan abstrak di sana. Langit si murid badung yang suka membolos, melihat seorang gadis mengenakan seragam, berdiri di pojok kantin dan tersenyum padanya. Namun temannya me...