Matahari yang bersinar terik membuat laki-laki yang tengah memutar-mutar topi biru tua di jarinya itu menghela nafas panjang.
"Aagh, panas sekali hari ini..", keluhnya sambil menyeka keringat dari dahinya.
"Taufan,kau disini?" , tanya seseorang dengan senyum lembut nya, aura kokoh yang membuat siapapun merasa aman terpancar darinya.
Siapapun yang berada didekat pria bernama Gempa itu akan selalu merasa aman, kecuali Taufan.
Taufan tertegun, "ah,siang Gempa.. hari yang...indah,ya?" Sapa Taufan, berusaha tidak terlihat terlalu awkward dengan orang yang dahulu sangat dekat dengannya.
"Kau mau ke gedung B?" , tanya Gempa, walau dia dapat melihat jelas respon Taufan yang terasa tidak nyaman, dia tetap berusaha mencairkan suasana.
Taufan tersenyum, "yah, kini itu tempatku.." , tawanya canggung.
"Bagaimana kabarmu, Gempa? Semua baik-baik saja di divisi S?" Tanya Taufan, sudah tak lagi secanggung tadi, senyum yang terisi sedikit kesedihan terlukiskan di wajahnya.
Biasanya Taufan sangat hebat dalam menyembunyikan masalahnya, namun tetap saja, di depan kedua saudara nya itu dia kerap lupa memasang topengnya dengan sempurna.
"Belum ada misi lagi disana, aku sedang membantu melatih agen baru karena terlalu banyak waktu kosong." Jelas Gempa sambil menghela nafas panjang.
Dia adalah orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, mendapatkan upah dan fasilitas tanpa berkontribusi membuat sisi idealis nya tersakiti, jadi sebisa mungkin Gempa selalu mencari cara untuk berkontribusi untuk organisasi yang telah menampung dia dan saudara-saudaranya ini.
"Jangan terlalu memaksakan diri seperti itu, kontribusimu itu sudah sangat banyak, organisasi ini berhutang budi padamu." , ucap Taufan sambil menepuk pundak Gempa dengan lembut, menyemangati adik kembarnya yang ia sayangi. Rasa canggung sudah tidak ada lagi diantara mereka karena percakapan kecil ini.
Mata biru Taufan menatap mata berwarna emas berkilau itu, "..aku bangga padamu." Ucap Taufan sambil tersenyum lembut.
Membuat mata sang adik berbinar, hatinya berdegup kencang karena senang mendapat pujian dari kakak kembar yang ia rindukan.
Namun Taufan seakan menyadari sesuatu yang membuatnya berhenti bernafas sejenak, pupil biru nya mengecil, seperti orang yang terkejut karena disadarkan oleh sesuatu.
"Sungguh tak tahu malu..", ucapnya sinis, Gempa sedikit terkejut saat mendengarnya.
Ia kira perkataan Taufan itu tertuju padanya, namun dia melirik Taufan, Taufan membuang pandangannya, seakan malu terhadap Gempa.
"Bisa-bisa nya pengecut seperti ku mengatakan hal seperti itu.", ucap Taufan lagi, senyum simpul nya kini terlihat seperti senyum default yang selalu terpasang di wajahnya.
"...jangan bilang begitu." , ucap Gempa, sorot matanya menunjukan rasa khawatir.
Taufan tersenyum, mengalihkan arah pembicaraan yang ia tidak sukai ini, "..bagaimana kabar dia?"
Gempa tertegun sejenak, menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal "kak Hali baik-baik saja..namun sebaiknya kak Tauf--"
Taufan tertawa "haha, tak perlu diucapkan aku mengerti kok." , jawab Taufan, berusaha tidak mempermasalahkan jawaban Gempa.
"Lagi pula mana mau dia berkaitan dengan orang sepertiku? Aku bisa membayangkan amarahnya jikalau ada yang menyebut namaku." Taufan tertawa kecil.
"Bukan begitu--" , ucapan Gempa terputus saat ia merasakan Jari jemari Taufan yang lagi-lagi mengusap kepalanya.
"Aku pergi dulu ya Gempa? Tidak seperti makhluk penghuni gedung S, aku ini cukup sibuk.", Ujar Taufan sambil memberikan seringai nya yang penuh keceriaan.
Gempa mengangguk tak berdaya, dia tahu dia tak bisa dengan mudah mengobati luka kedua saudaranya ini. Atau bahkan lukanya sendiri. Dia hanya dapat melihat punggung Taufan yang menjauh , pria dengan jaket jeans longgar itu melangkah pergi.
"..aku tak bisa bilang kalau itu bukan salahmu..", ucapnya lirih.
Kejadian itu terputar jelas dalam kepalanya, layaknya sebuah video yang dipenuhi dengan efek dramatis untuk mempertegang suasana, segalanya terasa nyata. Ekspresi Taufan yang terlihat sangat terkejut hingga ia menghentikan kekuatannya dengan paksa, cipratan cairan merah yang terjatuh seakan dalam keadaan slow mo, membiarkan mata emas nya merekam jelas hal itu.
Dan ekspresi kakak pertamanya, Hali, yang..tak bisa ia deskripsikan dengan kata-kata.
"Kembali seperti dulu ya?" Ucap Gempa pelan seraya melangkah kembali ke gedung pelatihan.
Di gedung lain, gedung besar yang tidak se elit gedung S pastinya, ada seseorang dengan mata biru safir yang entah kenapa terlihat dingin, sesekali orang itu menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya, walau orang-orang itu bertingkah ramah, ia tahu betul bahwa mereka membicarakan dia di belakangnya.
"Kembali seperti dulu? Jangan bercanda.", ucap Taufan sambil tertawa sinis, merasa jijik dengan ucapannya sendiri.
Begitu mustahil hal yang ia inginkan itu, bahkan dirinya sendiri merasa jijik dengan keinginan nya.
Kau kira tangan yang sudah berlumur darah ini bisa membawamu kembali ke cahaya?
Sekali terjatuh, kau tak akan kembali, kau tak bisa menghapusnya.
Lamunan Taufan terhenti saat ada yang menubruknya. Dengan spontan Taufan meminta maaf. "Ah Taufan, kebetulan.."
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu." , ucap petinggi divisi B, kapten Kaizo.
Taufan tersenyum, "kapten, tolong katakan ini bukan hal yang rumit.." ucap Taufan berharap, merasa bahwa dia tidak akan tahan dengan beban berat di pundaknya.
Kapten Kaizo tersenyum "yah, itu tergantung sudut pandangmu sendiri."
"Hal ini bisa saja membuatmu senang atau malah kesulitan.."
Taufan tertegun, "..semoga ini kabar baik."
//Terms of condition & details that i need you to know.//
- di Agent AU ini character dan Tapops adalah milik monsta (selain Revan dan mungkin OC yg mungkin muncul) , tapi latar dunia, alur , narasi, cerita semuanya murni buatanku, universe yang dipakai Agent AU ini minjem dari original story ku yang berjudul "spirits"
- characterization might be an OOC
- fic ini purely headcanon, sangat-sangat bertolak belakang dengan canon. Jadi tolong bijak dalam menyikapi nya dan jangan ada yang "kak kok disini begini sih? Padahal canonnya kan blablabla"
- disini tidak ada romantic ship. Tidak boleh ada ship war. Kalau kalian mau nge ship itu urusan kalian tapi sebagai author aku menyatakan aku tidak menambahkan romantic ship apapun disini.
- jangan bawa-bawa agent AU / cerita ini ke official sites nya Monsta. What's in here stays here.
- DILARANG KERAS MENYALIN, MENGAMBIL, PLAGIASI, DAN MENGUPLOAD CERITA INI DIMANAPUN. (Fanart / headcanon / inspired story and works diperbolehkan)
- mampir ya ke cerita original aku judulnya "the white haired hypocrite" yg ku upload di akun ini juga.
*Maksa* Karena aku sangat membutuhkan dukungan kalian hehehehe
- tindakan yang tidak sopan yang diarahkan pada author/pembaca lain yang author anggap bisa menjadi harmful akan author hapus dan jika parah akan author block.
- all right reserved, cerita ini tidak boleh digunakan / diadaptasi tanpa seizin author.
- fic ini disarankan untuk umur 13+ dikarenakan banyak adegan yang mengandung kekerasan.
- tolong jadi pembaca yang bijak dan damai satu sama lain yaSelamat membaca! Komen yang banyak ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...