•••12•••

2K 125 2
                                    


🥀🥀🥀


"Nara lo beneran mau nunggu sendiri? Sekolah udah mulai sepi nih." tanya Sherly untuk kesekian kalinya.

Nara melirik jam tangannya, sudah satu jam lebih ia menunggu Beno, tapi Beno belum datang juga. Bahkan Beno tak mengangkat teleponya sama sekali.

"Balik sama gue aja yuk, abang lo juga nggak ada kan?." Kaila juga ikut menawari tumpangan.

"nggak usah kalian pulang aja, mungkin bentar lagi kak Al dateng," balas Nara tetap yakin kalau Al akan menjemputnya.

"Nara ini udah satu jam lebih, apa lo yakin kalau si Beno itu akan jemput lo lagi." tanya Indira kesal, pasalnya enatah feeling atau tidak, tapi ia yakin kalau Beno tak akan balik untuk menjemput Nara.

"Tapi tadi kak Al udah janji buat jemput gue, trus kita makan bakso di tempat biasa." ujar Nara kekeh.

"Trus buktinya mana ? dia malah pergi sama sahabat abal-abalnya si Zoya itu," dumel Kaila.

"Gini aja deh, kita tunggu sampai 15 menit lagi, kalau dia gak dateng kita pulang, setuju?" tanya Sherly memberi pendapat.

"Oke."

Ternyata waktu 15 menit tak lama, Nara masih berusaha menghubungi Beno yang tak terlihat tanda-tanda akan datang. Akhirnya Nara menerima ajakan teman-temanya untuk pulang bersama saja.

"Udah lah raa , cowok kayak Beno gak pantes lo tangisin."

Nara duduk dibangku penumpang bersama Sherly, sementara Kaila menyetir dan Indira duduk didepan bersama Kaila.
Nara sebenarnya tak marah jika Al membatalkan janji mereka, karna Nara udah biasa di gituin. Tapi yang membuat Nara sedih adalah Al yang tak memberinya kabar sama sekali, itu yang tidak bisa diterima Nara.

"Ehh gais mau makan dulu gak nih ? Gue laper." ujar Indira memecah keheningan yang semepat tercipta.

"Boleh, lo mau makan apa raa?" Tanya Kaila.

" gue ngikut aja sih."

Nara berusaha menenangkan dirinya untuk tidak menagis lagi, benar kata teman-temanya, cowok seperti Beno gak pantes buat ditangisi.

"Ehh btw lo ada hubungan apa sama kak Davie Shre." tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari Indira yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

"nggak ada hubungan apa-apa kok." jawab Sherly sedikit gugup.

"Masak sih? Tapi malam itu gue liat kak Davie care banget sama lo, sampai nawarin buat ngeter pulang lagi." tanya Kaila ikutan kepo.

"Mungkin karna rumah gue sama dia satu complex, jadi bisa sekalian aja." jawab Sherly lagi.

"Emang kenapa lo tanya begitu Dir?" tanya balik Sherly pada Indira.

"Gue suka sama dia." jawab Indira cekikikan.

"Cieeeee."

Suara cie-cie langsung memecah keningan diantara mereka.

"Anjirt trus kak Daffa mau lo kemanain ?" tanya Kaila polos.

"Gue gak ada apa-apa sama kak Daffa, dia aja yang kegatelan dekat gue." jawab Indira kesal.

"Ehh hati-hati, entar kena karma cinta banget lo lagi sama kak Daffa." ujar Nara mengigatkan.

"ngga mungkin lah, orang gue sukanya sama kak Davie."

Sadar atau tidak tapi salah satu diantara mereka merasa sedih dengan kenyataan itu. Sherly, entah kenapa ia merasa sakit dan tidak iklas saat tau jika sahabatnya Indira mencintai orang yang ......

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang