Tidak ada alasan sibuk dalam istilah memberi kabar, hanya sepertinya ... kamu bukan prioritas dia saja.
~~•~~
"Halo, Gra." Ponsel Ily letakkan di karpet. Speaker sudah aktif sesuai permintan Gita.
"Apa aku ganggu belajar kamu?"
Dari ujung mata, Ily melihat Gita mesam-mesem sendiri. "Enggak, ada apa?"
Tak lama setelah tingkah ulet bulu Gita keluar. Mega menarik paksa gadis berambut gelombang tersebut untuk menyingkir dari ruang keluarga. Ily bersyukur dalam hati, Mega memang yang paling mengerti perasaan orang lain.
"Besok ada waktu? Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."
Tanpa menimbulkan suara, diam-diam Ily menghela napas pelan. Lelah. Sudah dua hari ini, waktu bersantai malamnya digunakan beraktivitas di luar.
"Ly, kamu masih di sana?"
Ily menonaktifkan mode speaker lantas mendekatkan ponsel ke telinganya. "Aku gak tau, liat besok aja apa aku bisa pergi keluar sama kamu."
"Iya gak masalah."
"Yaudah, kalo gitu selamat tidur, ly. Good night." Ily bergumam dan memutus panggilan.
Gadis dengan celana kain coklat dan kemeja krem, memungut tas lalu mencangklongnya pada kedua bahu. Kaki jenjang dia melangkah melewati ruang tamu dan berhenti di teras rumah. Mega dan Gita, mereka duduk di tangga teras.
"Yuk, beresin bekas makanan tadi. Aku mau pulang sekarang."
Mega berdiri, "Yodah yok, gue anterin."
"Hu um, gue yang beresin. Tenang aja," Gita ikut menimpali.
"Ly, sori banget tadi gue udah keterlaluan keponya."
Ily tersenyum menanggapi Gita. "Gue gak nganggep hal tadi menyebalkan. Biasa aja, gue gak kaget karena tadi lo yang minta." Kekehan mengakiri penjelasan Ily.
Ia sungguh tak masalah dengan kejadian tadi. Enam tahun bersamaan Mega dan Gita, membuat Ily paham sifat keduanya. Meski Gita nampak sangat antagonis. Pada kenyataan sesungguhnya, dia itu sangat baik. Hanya orang terdekat yang bisa mendeteksi sisi malaikatnya.
"Hati-hati!" Gita melambaikan tangan saat motor yang Ily naiki mulai memompa piston mesinnya.
-Pukul 06.48 WIB-
Meja makan mulai sepi. Kak Disti sudah berangkat kerja, begitu juga Delia yang berangkat sekolah. Ily mengumpulkan piring dan gelas kotor ke wastafel, menyimpan lauk-pauk yang masih tersisa di meja lain. Shinta di teras sedang melayani para pembeli. Sedangkan Dipta, ayah Ily duduk di meja terdiam entah memikirkan apa.
"Ratna, sudah selesai cuci piringnya?"
Ily menengok ke belakang, pada sang ayah yang masih menatap lurus. "Dikit lagi, kenapa, Pak?"
"Cuma mau ngobrol aja sama Ratna."
Ily melangkah pada meja makan, duduk tepat di depan ayahnya. "Kenapa, Pak?"
Dipta mengangkat wajah, menatap sayu pada anak gadisnya. Seulas senyum terbit, mengundang kerutan di sekitar mata Dipta. "Sudah seberapa mantap persiapan UTBK-nya?"
Manik Ily melihat kesekitar, berpikir sejenak. "Masih 85%, Pak."
"Belajar terus," tutur sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravihati
RomanceCowo baik tapi sialan. Pernah nemu jenis cowo kaya gini? Berarti kamu satu nasib sama Ily. Ily ini 18 tahun, baru lulus SMA, gagal kuliah, padahal udah lolos SBM tinggal go kampus aja. Sayangnya, tiba-tiba Gravi datang ingin bertanggung jawab atas k...