Ily termenung menghadap dinding kaca. Melihat keindahan kota kecil tempat kelahirannya dari atas sini. Masa depannya sekarang sudah berubah kelam, sekelam langit malam hari ini.
Tak ada teman, kesibukkan kuliah, tak akan ada cita-cita yang bisa dicapai. Dia akan dilupakan perlahan. Kini ayah ibunya sendiri bahkan tidak mau menemui dirinya.
Dalam kebisuan, air matanya meleleh di atas pipi. Ily akan terkurung di apartment ini. Tak ada kegiatan, tak ada yang bisa dia rasakan selain keluhan-keluhan hamil dan rasa bosan.
Ia hanya akan melihat perubahan perutnya yang kian membesar. Menelungkupkan kepala di lipatan kaki, ia terisak sepuas-puasnya. Setelah hamil, ia akan mengurus bayi kan. Ily belum siap untuk itu.
"Aaargh..."
Gravi tiba-tiba mendekati Ily, memegang bahunya. "Ly, kamu kenapa teriak? Hmm ...."
Lelaki itu ternyata sudah kembali. Masih dengan isakkan kecil, Ily mengangkat kepalanya. "Gak apa-apa, Gra. Cuma kepikiran yang tadi siang di rumah sakit."
"Jangan disimpan sendiri, sekalli-kali juga perlu diceritain."
Menyibak tirai lebih lebar. Gravi ikut duduk di samping Ily. Merangkul bahu istrinya.
"Kamu tahu, Ly. Karena malamlah, kita lebih mudah menemukan keberadaan cahaya."
"Tau gak artinya?"
Ily menengok ke kiri pada Gravi yang menatap pemandangan gedung dan jalanan. Sisi lain dari Gravi yang sudah lama hilang sejak dia kuliah, hari ini muncul lagi. Satu dari sekian hal yang membuat Ily terkagum dengan sosoknya. Gravi sangat filosofis.
"Pasti gak tau, kan?" jawab Gravi sendiri karena Ily tak kunjung bicara.
Masih memandang wajah suaminya, Ily tetap tak berpaling meski pun Gravi memergoki dia. Telapak lebar Gravi menangkup wajahnya.
"Semakin sedih hidup, bukan berarti gak akan ada kebahagiaan, Ly. Malah sebaliknya, kebahagiaan itu akan semakin mudah kamu rasakan dari hal- hal sederhana sekali pun."
Tepat setelah mengatakannya, Gravi mencium bibir Ily dengan cepat, seperti kilat. Gadis itu mematung di posisinya. Gravi tak pernah menciumn Ily semasa pacaran, bahkan ini pertama kalinya setelah mereka menjadi sepasang suami istri. Keduanya sangat jarang berkontak fisik.
Ily masih ingat sekali hari itu. Di hari anniversary pertama hubungan mereka. Gravi mengatakan sesuatu yang membuat Ily mengangguk-angguk setuju.
Saat itu, di anniversary pertama mereka. Ily menggunakan satu kesempatan permintaannya pada Gravi, agar Gravi menemaninya nonton drakor. Ketika ditengah tayangan, ada adegan ciuman yang membuat Gravi tiba-tiba berceletuk.
"Kalo aku, bakal ribuan kali mikir buat ngelakuin ciuman kaya gitu."
"Loh, emangnya kenapa?" tanya Iy heran.
Gravi menatap Ily lama sebelum akhinya benar-benar melontarkan pertanyaan. "Emang ... kamu mau aku cium?"
Sialnya, saat itu dada Ily berdegup kencang. Tubuhnya seakan sulit digerakkan. Ily malah tetap pada posisinya menatap Gravi. Beruntung kekehan Gravi mengembalikan seluruh kesadaranya.
"Bercanda kali, tegang amat."
Ily menatap ke layar laptop, tapi sungguh fokusnya hanya tertuju pada Gravi. Telinga Ily masih aktif mendengarkan celotehan lelaki di sampingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/232665389-288-k598748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravihati
RomansaCowo baik tapi sialan. Pernah nemu jenis cowo kaya gini? Berarti kamu satu nasib sama Ily. Ily ini 18 tahun, baru lulus SMA, gagal kuliah, padahal udah lolos SBM tinggal go kampus aja. Sayangnya, tiba-tiba Gravi datang ingin bertanggung jawab atas k...