Lampu kamar Gravi menyala. Ily sudah merebahkan diri di kasur sejak sepuluh menit yang lalu. Masih terjaga walau matanya sudah menutup rapat.
Suara pintu di buka, Gravi menyusul masuk ke kamar. Mematikan lampu, lalu dengan santainya tiduran di kasur. Tepat lima menit setelahnya, Ily terjaga. Tangan Ily meraba sekitar dan berakhir di wajah Gravi.
"Gra."
Lelaki itu cuma bergumam samar menjawabnya. Menyingkirkan tangan Ily dari wajah lalu menguap sekali. Keliatannya Gravi memang sudah bersiap untuk tidur.
"Nyalain ya, lampunya. Aku gak bisa tidur kalo lampunya mati."
Hening sesaat. Ily memanggil nama Gravi lagi, memastikan kalau laki-laki itu belum terlelap.
"Iya, Ly."
Walau samar, Ily melihat Gravi bangkit dari tidurnya, menekan saklar lampu di dekat pintu. Dalam sepersekian detik, lampu menyala. Ruangan kembali terang.
"Makasih," tukas Ily saat Gravi kembali mengistirahatkan tubuhnya di ranjang.
Baru saja hendak masuk ke alam mimpi. Ily terbangun lagi karena ingin buang air kecil. Dengan segera ia berlari menuju kamar mandi. Dalam hati ia berteriak kesal, ritual bolak-balik ke kamar mandinya akan segera di mulai.
Gravi yang memang tak bisa tidur karena lampu menyala tentu menyadari gelagat Ily. Gadis itu memilih tetap bungkam. Mengabaikan Gravi yang sejak tadi memerhatikan dalam diam.
"Ly, kenapa bolak-balik mulu?" Akhirnya Gravi bertanya juga.
"Pipis, Gra. Semenjak hamil aku jadi beser, apalagi kalo malem gini."
Dari posisi telentang, Ily memiringkan badan ke arah Gravi. Meneliti lekuk wajah lelaki itu dari samping. "Kamu gak bisa tidur gara-gara lampunya nyala, ya."
Memiringkan badannya, Gravi tersenyum lantas menjawab, "Gak masalah, aku temenin kamu begadang."
"No no no."
Ily bangkit dari tidurannya. Menuju ke ransel yang ada di dekat lemari dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
"Tadaaa." Ily melambaikan selembar kain di depan wajah Gravi.
"Hmm, buat apa masker kain?"
Ily menggeser duduk mendekat pada kepala Gravi. Meletakkan kainnya pada mata sipit suaminya lalu mengaitkan kedua tali masker ke telinga lelaki itu.
"Gimana, udah gekap kan?"
Gravi bergumam, "Lumayan."
Ily tetap tesenyum walau Gravi tak bisa melihatnya. "Iya dong, Ily gitu loh."
"Iyalah, ya udah cepet tidur. Kamu juga butuh istritahat."
Gadis dengan baju tidur satin bewarna meran maroon tersebut merebahkan diri di samping Gravi. Mungkin mulai malam ini, dirinya akan tidur dengan normal. Tanpa perlu menagis setiap malam lagi.
Pagi harinya di apartment Gravi
Tangan lelaki itu berulang kali mengetuk pintu kamar dengan cemasnya sambil terus menyebutkan nama Ily. "Kenapa lama banget?"
"Buka aja," teriak Ily dari dalam kamar.
"Kenapa lama?" Gravi bertanya lalu mencari sesuatu di dekat meja yang penuh dengan buku-buku tebal.
Bukannya menjawab pertanyaan sederhana Gravi. Ily malah terisak menangis. "Sakit, Gra," keluh Ily.
Dahi lelaki itu mengernyit, "Sakit, apanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gravihati
RomanceCowo baik tapi sialan. Pernah nemu jenis cowo kaya gini? Berarti kamu satu nasib sama Ily. Ily ini 18 tahun, baru lulus SMA, gagal kuliah, padahal udah lolos SBM tinggal go kampus aja. Sayangnya, tiba-tiba Gravi datang ingin bertanggung jawab atas k...