Tujuh Tahun Kemudian ....
Ily mengerti hikmah dibalik ia kehilangan Zahra. Tuhan ingin Ily mendapatkan semua ini. Semua yang Ily miliki sekarang ini. Sekarang mimpinya sudah tercapai. Ada banyak hal yang harus Ily korbankan, termasuk hubungannya dengan Gravi.
Ily menghembuskan napas panjang. “Semuanya udah berlalu.”
Manik hitam Ily memandang keluar jendela. Dari lantai dua kamarnya, Ily bisa tahu ada tamu yang bertandang ke rumah. Ily tak bisa memastikan mereka siapa. Sebab ia hanya melihat sekelebatan saja.
Ily menunduk, mengamati lagi gambar-gambar yang ada di foto album. Iya, foto kebersamaan Ily dengan Gravi tersimpan rapi di sini. Entah kenapa, sejak Ily tau kalau Gravi selalu mencari tahu tentang setiap kabar tebaru kehidupannya, ia jadi lebih sering kepikiran pria itu.
Kira-kira sepeti apa Gravi saat ini. Pria dua puluh tujuh tahun itu, apakah memiliki brewok di rahangnya. Atau dia masih sama seperti dulu, rambut rapi dengan wajah bebas kumis ataupun jambang. Apakah dia bertambah tampan sekarang. Namun, bukan semua pertanyaan itu yang penting, melainkan ... apa dia sudah jatuh cinta lagi dengan perempuan lain?
Haaah ... ya, ampun.
Mengglengkan kuat kepala. Kenapa dia jadi memikirkan hal yang tidak-tidak. Ketukan kuat di pintu membuat Ily kontan menoleh.
“Mbak Naaa, ada tamu yang nyari Mbak.”
Brak brak braak
“Mbak Na ....”
Suara melengking remaja perempuan itu membuat Ily sesegera mungkin menyimpan album fotonya di laci meja. Ketukan di pintu juga semakin brutal. Ily hanya berharap, semoga suara adiknya tidak sampai ke lantai dasar. Malu kan kalau didengar tamu, anak gadis sikapnya pecicilan kaya gitu. Ah, remaja satu itu adik kecil Ily, Delia, yang tidak lagi kecil karena kini sudah kelas satu SMA.
Cklek
Remaja itu mendongak dari layar ponselnya. “Mbak, ada tamu di bawah.”
“Tau, denger kok.” Delia terkekeh, berlalu dari sana dan masuk ke kamar yang ada di sebrang kamar Ily.
Sedangkan, Ily bergegas melangkahkan kaki turun dari lantai dua. Ia berpapasan dengan ibunya yang kembali dari ruang tamu dengan sebuah nampan.
“Ratna, ada Mega tuh sama suaminya.”
Membelalakkan mata, ia senang sekali rasanya. “Yaudah Bu, Ratna ke sana dulu.” Ily bergegas mengayunkan kaki menemui sahabatnya.
“Ily ..,” seru Mega sambil bangkit dari duduknya dan merentangkan tangan.
Ily menyambut rentangan tangan itu dengan senang hati. Sedikit kesusahan karena terganjal perut Mega yang membuncit. “Gue kangen sama lo, Mega.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravihati
RomanceCowo baik tapi sialan. Pernah nemu jenis cowo kaya gini? Berarti kamu satu nasib sama Ily. Ily ini 18 tahun, baru lulus SMA, gagal kuliah, padahal udah lolos SBM tinggal go kampus aja. Sayangnya, tiba-tiba Gravi datang ingin bertanggung jawab atas k...