"Kalau kamu pikir, aku mencintai perempuan lain. Kamu salah. Hati aku masih milik kamu."
Ily menatap meja, melihat ke arah Gravi sama saja mempermalukan diri sendiri. Ia nanti malah salah tingkah.
"Gak usah terburu-buru, aku kasih kamu waktu satu minggu untuk memutuskan."
"Ly! Lo ngelamunin apa, sih."
Gadis yang disebut menoleh. Mega memasang wajah menyelidik. Begitu juga Gita menatap dirinya seraya membenahi Vio yang bergerak aktif dalam pangkuannya.
Ily menggeleng kecil. "Bo'ong tuh," celetuk Gita.
"Gue tau, lo pasti mikirin Gravi kan?" sambung Gita lagi.
"Gravi dia udah nunjukin batang hidungnya ke lo belum?" Mega bertanya.
Haruskah kedua sahabatnya tahu tentang kemarin malam. Ily diam lagi menimbang-nimbang. Menghembuskan napas, Ily mengangguk sebagai jawabannya.
"Terus, gimana hubungan lo sama Gravi selanjutnya? Aneh tau gak. Kalian suami istri, udah sama-sama dewasa tapi masih kaya bocah."
Gita selalu saja berkomentar dengan sejujur-jujurnya. Ily tertohok sekali mendengar kalimat itu.
"Pedes banget tau, Git. Ily temen kita sendiri."
"Ya, maap, gue geregetan banget soalnya."
Ily sama sekali tak mempermasalahkan ucapan Gita. Meski hatinya tertohok dan sedikit nyeri, dia sudah biasa mendengar kalimat serupa dari bibir Gita. Jika tidak begitu, bukan Gita namanya.
"Terus, kalian bahas apa?"
Mega angkat bicara. Seperti de javu. Kejadian ini persis seperti tujuh tahun yang lalu. Gita mencak-mencak kesal dan Mega yang bertugas menjadi malaikat pemberi pertanyaan. Ily ingin tertawa, tapi dia sedang tidak berselera.
"Gravi ngajak aku membangun keluarga." Semua terdiam, senyap. Tak ada yang berbicara. Mereka juga pasti bingung mau berkomentar apa.
"Lo sendiri, gimana perasaan lo?"
Mega membuka suara. Ily lagi-lagi hanya bisa menggeleng lemah. Dia belum siap.
"Lo yakinin diri lo dulu, lah."
"Tapi nih," Gita yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Menurut gue, Gravi cowo setia. Yang omongan gue dulu-dulu itu anggep aja kita salah udah menyangka dia sama Bianca punya hubungan."
"Logikanya udah tujuh tahun berlalu, kalo emang dia bukan cowo setia. Dia pasti udah bakal sama cewe lain, Ly."
Penjelasan Gita entah kenapa malah semakin membuat kepala Ily pening.
"Ngeliat lo kaya gini, gue makin yakin kalo sebenernya lo tuh masih cinta juga sama Gravi. Cuma bingung dan takut mau memulai semuanya dari awal. Lo udah terlalu nyaman dengan hidup lo yang sekarang. Hidup tanpa masalah."
Sementara Ily terdiam memikirkan ucapan Gita, dua sahabatnya itu beradu argumen entah apa. Jadi apa benar, Ily sekarang sedang ketakutan untuk memulai hubungan rumah tangga lagi dengan Gravi.
"Sayang udah ada tamu." Suara suami Mega menghentikan perdebatan kecil yang terjadi sekaligus lamunan Ily.
"Ah, iya. Aku abis ini nyusul. Kamu duluan aja."
Mega menepuk bahu Ily, "Lo butuh pendapat dari om Dipta sama tante Shinta juga."
Lalu ia menarik tangan Ily untuk berdiri. "Ayo ke depan, Ly."
Berjalan mengekori kedua sahabatnya. Dalam hati Ily mengiyakan saran Mega. Dia butuh pendapat dari ibu dan bapaknya.
Malam hari ketika Dipta dan Shinta bersantai di depan televisi. Ily menghampiri kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravihati
RomanceCowo baik tapi sialan. Pernah nemu jenis cowo kaya gini? Berarti kamu satu nasib sama Ily. Ily ini 18 tahun, baru lulus SMA, gagal kuliah, padahal udah lolos SBM tinggal go kampus aja. Sayangnya, tiba-tiba Gravi datang ingin bertanggung jawab atas k...