•••13•••

2K 114 10
                                    


🥀🥀🥀

"Ben lo sayang banget yaa sama Nara?" tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari bibir Zoya yang tengah menggambar.

Siang ini Beno tengah mengunjungi kediaman Zoya yang selalu sepi. Beno yang diberikan pertanyaan seperti itu tentu saja bingung.

"Kenapa lo nanya begitu?"

"Gak papa sih, soalnya yang gue tau lo itukan pacaran udah lama sama dia, otomatis lo sayang dong." balas Zoya kepo.

"Ituu lo tau." balas Beno seadanya.

Zoya menganguk paham dan menghentikan goresan pensil warnanya.

"Gue kangen deh Ben masa-masa dimana kita masih kecil, masa dimana kita masih bebas bermain seharian, masa dimana hidup kita amat berwarna, dan saat dimana kita berfikir menjadi orang dewasa itu menyenangkan." Zoya menyandarkan kepalanya ke bahu Beno.

"Kenapa tiba-tiba lo nanya begitu?" tanya Beno ikut menghentikan kegiatan mengambarnya.

Zoya mengeridikan bahunya. "Kadang gue berharap waktu bisa diputar, dan gue pengen balik ke masa lalu dan berjanji ngga akan pergi, seperti 5 tahun lalu."

Ucapan Zoya hari ini sungguh aneh, entah kenapa Beno merasa ada yang berbeda dengan Zoya, tapi Beno juga tak bisa menebak apa itu.

"Emang kenapa? Apa yang lo sesali." tanya Beno yang sama sekali tak paham maksud ucapan Zoya.

Zoya menggeleng dan kembali menyandarkan kepalanya di pundak Beno.

"Besok lo ngga usah jemput gue, gue mau berangkat sendiri aja." tiba-tiba saja kata-kata itu terlontar dari bibir Zoya.

"Tumben? Emang lo udah di ijinin bawa mobil sama oma?" tanya Beno menatap Zoya serius.

"Udah dong, kan sekarang gua udah jago bawa mobilnya." balas Zoya bangga.

"Mending gue jemput aja." putus Beno.

"Gue mau mandiri Ben, gue ngga mungkin repotin lo terus, lo juga punya kehidupan pribadi. Terlebih lo juga punya Nara yang harusnya lo prioritasin, bukan gue." jawaban Zoya sunguh membuat Beno tersentuh, Beno merasa gagal menjadi sahabat Zoya, sekaligus pacar untuk Nara.

"Lo kenapa tiba-tiba ngomong gitu sih? Apa karna ucapan temen-temen Nara kemarin?. Lo ngga harus merasa bersalah Zoya, Nara aja ngga masalah kalau gue lebih memprioritasin lo ketimbang dia." jawab Beno ragu di akhir kalimatnya.

Zoya tersenyum sendu. "lo yakin Nara ngga masalah ? Gue cewek Ben, gue paham kondisi Nara." ungkap Zoya sok meyakinkan Beno.

"Trus lo maunya gimana?" tanya Beno Final, karna jujur Beno tipikal orang yang tidak suka berbelit-belit jika berbicara.

Zoya menggeleng tidak tau, itu membuat Beno semakain frustasi, dan memilih keputusan yang salah.

"Kok ngga tau sih? Apa salah kalau gue lebih mentingin lo yang gak punya temen selain gue, ketimbang Nara yang punya banyak sahabat ?." tanya Beno tiba-tiba.

"Apa gue salah lebih deket ke lo sahabat lama gue, ketimbang Nara yang baru dua tahun ini menjadi pacar gue?. Lo sahabat gue Zoy! lo tau gimana gue dari dulukan. ngga semestinya lo berfikiran begitu." ujar Beno mengungkapkan apa yang ia pendam.

"Ben maksud gue ngga gitu, tapi ..."

"Intinya lo prioritas gue, kalau lo dan Nara dalam situasi bahaya dan gue cuman bisa nyelamatin satu, gue akan nyelamatin lo, gue janji." sambung Beno membuat Zoya bungkam.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang