Sunwoo hanya bisa memandang keadaan mamanya yang kini berbaring lemah di atas brangkar rumah sakit, matanya tak kunjung teralih dari wajah pucat sang mama.
Berkali-kali helaan nafas terdengar dari bibirnya.
"Kenapa mama bisa tumbang?" Tanyanya pada asisten rumah tangganya yang kini berdiri di belakang Sunwoo sambil menunduk.
"Belakang ini, Nyonya gak mau makan."
"Kalau mama gak mau makan telpon aku aja." Pintahnya dan langsung di angguki oleh gadis paruh baya tersebut.
Tangan Sunwoo terulur mengusap punggung tangan sang mama dengan lembut.
"Mama tunggu sebentar lagi, aku bakal hancurin dia. Mama harus sembuh dulu" gumamnya sambil mengecupi punggung tangannya mamanya.
"Udah cukup mama menderita selama ini, Sunwoo akan musnahin mereka semua, mah."
"Mama istirahat yang cukup, Sunwoo temenin mama di sini." Gumamnya, lalu memeluk tubuh mamanya dengan satu tangannya.
_______
Jie berdecak kesal saat merasakan tubuhnya di gulung dengan selimut, hal itu membuat sang pelaku terkekeh geli.
"Cantik, bangun" gumamnya sambil menepuk-nepuk pucuk kepala Jie.
Mata Jie perlahan terbuka menampakkan wajah sang papa yang kini sedang menatapnya dengan senyum.
"Papa kenapa sih? Kenapa sepagi ini bangunin aku?" Keluhnya, Jie kembali menutup matanya secara perlahan.
"Cantik bangun, di bawah ada Sunwoo." Ucapan Daebum membuat Jie berdecak kesal, gadis itu enggan membuka matanya saat mendengar nama yang Daebum ucapkan tadi.
"Samperin dulu, cantik. Kasian dia pagi-pagi ke sini, mungkin ada hal penting" gumamnya, Jie hanya dapat bergumam tidak jelas menanggapi ucapan papanya sendiri.
"Kamu ada masalah sama Sunwoo?"
"Gak ada yang perlu di bicarakan lagi,"
"Kamu udah gede, jadi tolong selesaikan masalah kalian dengan pemikiran dewasa."
"Sekalipun dia nyakitin Jie, Pah?"
Daebum tersenyum, tangannya mengusap kepala Jie secara perlahan dan terkekeh.
"Kamu benci dia?"
"Banget."
Daebum terkekeh mendengar ucapan putrinya, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Padahal dulu kamu sayang banget sama dia, sampai-sampai sering cerita ke papa tentang Sunwoo. Kamu lupa itu?"
"Itu dulu." Jawabnya dengan ketus
"Benci ada batasannya, Jie. Kamu gak boleh terlalu benci dia karena Sunwoo juga manusia yang tidak bisa luput dari kesalahan" Gumamnya.
Jie paham. Jie tidak berbuat lebih selain berusaha melupakan, sudah cukup Jie dengan semua ini.
Jie ingin merasakan hal yang setimpal, hal yang bisa membuatnya bahagia.
Setelah berucap seperti itu, Daebum memilih untuk meninggalkan putrinya. Dia sangat mengerti tentang permasalahan semacam ini, dulu juga dia pernah mengalaminya.
"Jie" panggil seseorang, hal itu membuat Jie dengan cepat menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Jie, lo bukan dinding kan? Jadi jawab."
"Jie."
"Apasih?!"
Mendengar nada bicara Jie membuat Sunwoo berdecak kesal, tangannya menarik selimut yang menutupi badan Jie secara paksa.
"Bangun, ayo makan ini." Gumamnya sambil menunjuk roti dari toko bibi Shin dan 2 gelas susu hangat yang dibuatkan oleh ibu Jie tadi.
Dengan langkah gontai Jie berjalan menuju sofa yang berada di kamarnya, hal itu membuat Sunwoo berdecak kesal menatap penampilan Jie.
"Lain kali gak usah buang-buang waktu buat kesini."
"Itu hak gue, jadi seterah gue dong."
"Berhenti peduli sama, Jie. Itu bakal buat Jie tenang."
Gerakan bibir Sunwoo berhenti saat Jie mengucapkan kalimat tersebut.
"Siapa yang peduli sama lo? Kepedean banget." Gumamnya sambil tersenyum miring.
Oh sial sekali Jie hari ini, padahal harinya baru saja akan dimulai. Namun pria yang ada di depannya sudah merusak moodnya.
"Jie, nanti gue gak sekolah."
"Gak peduli."
_____
Jie menatap bangga ke arah kertas yang di pegangnya, gadis itu tersenyum bangga dengan hasil karyanya.
"Jangan di liatin terus, gue tau kok gue ganteng" gumam Hyunjae yang berada di belakang Jie.
Gadis itu hanya bisa berdecak sambil mengulurkan tangannya memberikan kertas tersebut ke arah Hyunjae.
"Simpan baik-baik" timpalnya, pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mata yang masih memandang ke arah lukisan wajah dirinya yang di buat oleh Jie.
"Kak Hyunjae."
"Hm?"
"Murid lain bilang Choji gak terlihat lagi beberapa hari ini setelah kejadian yang di lapangan"
"Choji siapa?"
"Anak laki-laki yang ngehantam Jie pake bola basket" gumamnya dan Hyunjae hanya menganggukkan kepalanya.
"Mungkin dia di skors karena kejadian itu" timpal Hyunjae
"Tapi waktu itu Choji udah minta maaf kok sama Jie."
Hyunjae hanya menghela nafas, tangannya beralih menangkup wajah Jie.
"Apa gunanya ada hukum kalau semua orang bisa memaafkan dengan mudah" ucapnya dan berakhir mencubit kedua pipi Jie, hal itu membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Lagian Jie cuma kasih tau"
"Gak mungkin."
"Jie mau ke Leana dulu. Kak Hyunjae masih mau di sini?"
"Gak mungkin."
"Serius ih, Jie tinggal nih" ancamnya.
"Gak mungkin." Dengan gerakan cepat Jie membekap mulut Hyunjae dengan tangannya.
Jie kesal, jika Hyunjae sudah mengeluarkan kata-kata seperti itu. Kemarin juga Hyunjae selalu menanggapi ucapan Jie dengan jawaban sama seperti sekarang.
Hal itu membuat Jie kesal dan berakhir menyekap mulut Hyunjae dengan tangannya seperti sekarang.
Sepertinya perlahan sifat dingin Hyunjae mulai menghilang, sifat dinginnya kini sudah berganti dengan sifat menyebalkan.
"Gak bisa napas" keluhnya sambil menepuk-nepuk tangan Jie.
Dengan muka yang masih kesal, Jie menarik tangannya. Lalu gadis itu melangkahkan kakinya pergi menuju Leana.
Jie bergumam sendiri di setiap langkahnya, dia kesal dengan sifat Hyunjae yang sekarang.
"Loh kok kalian cuma berdua?" Tanya Jie saat menempatkan dirinya untuk duduk di sebelah Leana.
"Jaemin sama Haechan pergi ke ruang guru." Jawab Heeyul dan Jie hanya menganggukkan kepalanya.
"Tes..tes 1 2 3"
"Panggilan kepada siswa bernama-----siapa nama orangnya, Jae?"
"Sungchan."
"Sungchan anak kelas 10----10 apa dia, Jae?"
Pengumuman dari keduanya berhasil membuat seluruh siswa yang mendengarnya tertawa, begitupun dengan Jie dan Heeyul. Berbeda dengan Leana yang malah mengumpati kebodohan Haechan, bisa-bisanya pria itu lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Hidden
FanfictionMenyukai seseorang hanyalah hal semata yang tidak bisa bertahan lama, namun kenapa jika membenci dapat bertahan lama dan meninggalkan bekas yang tidak bisa terlupakan. Walaupun berakhir memaafkan, namun tidak ada kata tulus yang meliputi. Apa itu ad...