Jie yang kini duduk di tangga rumahnya menatap kedua orangtuanya sambil tersenyum.
"Papa mau kemana emang?" Tanya Jie bertepatan saat sang ibu selesai memakaikan dasi.
"Acara bisnis, kamu mau ikut?" Gumamnya sambil menatap Jie yang masih setia duduk di tangga.
"Ibu gak ikut?" Pandangannya kini tertuju pada sang ibu yang mengenakan pakaian biasa saja, tidak seperti papa nya yang mengenakan pakaian formal.
"Ibu mau ke rumah bibi Yang." Gumamnya yang di angguki oleh Jie.
"Ibu anterin papa sampai depan dulu yah, Jie." Setelah Jie mengangguk-angguk kepalanya, keduanya langsung berjalan keluar rumah.
Begitulah keseharian kedua orang tua Jie, dia hanya bisa menyaksikannya sambil tersenyum. Jie senang memiliki keluarga harmonis seperti ini, dia sangat bersyukur dengan semuanya.
"Jie."
Terlihat seorang lelaki menatapnya dengan senyuman di wajahnya. Di tangan kanan pria tersebut ada sebuket bunga mawar merah.
"Kak Hyunjae?"
Jie menatap Hyunjae dengan tatapan heran, sejujurnya dia juga bingung atas kedatangan Hyunjae secara tiba-tiba. Biasanya pria itu selalu memberikan kabar terlebih dulu pada Jie.
"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" gumamnya, pria itu tidak ada niat untuk menghampiri Jie yang masih terduduk di atas tangga.
"Kemana?"
"Ganti baju aja, aku tunggu di depan" pintahnya, lalu pria itu pergi begitu saja keluar dari rumah Jie menghampiri ibu Jie yang memilih untuk duduk halaman depan setelah mengantar sang ayah.
Melihat itu Jie hanya bisa mengerutkan keningnya, lalu pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian seperti yang Hyunjae suruh. Jie tidak enak menolak permintaan Hyunjae, apalagi pria itu sudah jauh-jauh datang ke sini.
Bukankah tidak sopan jika Jie menolak dan membiarkan Hyunjae kembali kerumahnya begitu saja.
________
Disinilah Jie dan Hyunjae berakhir, berdiri di depan sebuah nisan dengan tulisan nama Ahn Choji.
Mengingat nama itu membuat Jie bergerak gelisah karena pemikirannya berputar pada kejadian saat itu. Walaupun semuanya sudah selesai, Jie tidak akan bisa melupakan dengan begitu saja.
Hyunjae berjongkok dan meletakan bunga yang di bawahnya, tepat di atas makan Choji. Pria itu mengusap nisan milik Choji sambil tersenyum.
Melihat hal itu membuat Jie secara perlahan melangkah mendekat kearah Hyunjae, gadis itu menyamakan posisinya seperti Hyunjae.
"Choji udah pergi selama 1 minggu."
Jie menatap Hyunjae yang mulai berbicara, pria itu menundukkan kepalanya beberapa detik.
"Jie, apapun yang sedang lo alami saat ini. Berusahalah untuk melawan, jangan kalah dengan rasa takut lo. Kalau lo kayak gitu terus, lo gak akan berhasil buat lewatin semuanya."
"Kak Hyunjae kenal Choji?"
"Cuma tau aja orangnya, tapi gue gak pernah tau nama dia" jelasnya.
"Alasan kak Hyunjae bawa aku ke sini?"
Hyunjae menatap Jie, pria itu mengukir senyumnya dengan tangan yang mengusap rahang Jie dengan lembut.
"Bantu lo lawan rasa takut lo. Jangan terlalu di selimuti rasa takut."
"Sini" Hyunjae menarik tangan Jie, agar gadis itu lebih mendekat ke arahnya.
"Apa yang mau lo ucapin ke Choji?"
Jie terdiam, gadis itu kini mengalihkan pandangannya pada makam Choji dengan tatapan sendu.
"Choji"
"Aku gak tau kenapa semua ini bisa terjadi, aku sendiri pun bingung."
"Kematian kamu aneh. Aku selalu ngerasa ada yang janggal. Padahal waktu itu kita udah saling memaafkan, tapi kenapa kamu berakhir kaya gini?"
Jie mengeluarkan isakanya, hal itu membuat Hyunjae mengusap punggung Jie dan membawa gadis tersebut ke dalam pelukannya.
"Apa alasan seseorang di pertemukan, di dekatkan, lalu di pisahkan?" Gumam Hyunjae sambil mengusap kepala Jie yang bersandar di bahunya, gadis itu masih setia terisak sambil menatap ke arah nisan Choji.
Jie menggelengkan kepalanya.
"Dia sedang di uji kesabaran. Seberapa besar orang itu bisa menunggu hingga orang yang dia tunggunya kembali ke dalam pelukannya. Tapi sebagian orang memilih untuk mengikuti egonya untuk pergi mencari pendamping yang dia rasa lebih sempurna"
Setelah berucap demikian, Hyunjae memilih untuk memeluk Jie. Sedangkan satu tangannya dipakai untuk mengusap bahu Jie.
Dari kejauhan seorang pria yang baru saja ingin melangkahkan kakinya menuju pemakaman Choji, kini langkahnya tertahan akibat melihat pemandangan yang tidak enak di lihat.
Dengan helaan nafas berat, pria itu memilih untuk pergi dari tempat tersebut dengan sebuket bunga yang di taruh asal pada makam orang.
Padahal niat Sunwoo datang ke pemakaman Choji hanya ingin memperingati kematian Choji yang ke 1 minggu. Walaupun nyatanya Choji dan Sunwoo hanya sekedar tahu nama saja, tapi keduanya bukanlah pria yang buruk dalam pertemanan.
Dan ada satu hal yang Sunwoo ketahui tentang kematian Choji. Tapi sayangnya pihak kepolisian memilih untuk menutup kasus kematian Choji dengan tuduhan bunuh diri di bilik kamar mandi.
Bodoh sekali.
Menurut Sunwoo semuanya tidak masuk akal, jelas-jelas keadaan Choji saat itu dengan kedua tangan yang patah. Lalu dengan apa pria itu bunuh diri, sedangkan kedua tangannya saja sudah tidak berfungsi saat itu.
Saat Sunwoo menggantikan Jie sebagai saksi saat itu, dia belum tahu banyak hal dan bukti yang kuat. Jadi dia memilih diam untuk saat itu.
Tapi sang pembunuh Choji masih berkeliaran, hingga saat ini.
_____
Jie dan Hyunjae baru saja memasuki rumah milik keluarga Seo. Sedari tadi gadis Seo itu mengeluh pergelangan kakinya sakit karena belum sembuh total dan Hyunjae sudah mengajaknya pergi berkunjung ke pemakaman Choji.
"Sini" pintah Hyunjae, pria itu menaikan kaki Jie ke atas pangkuannya. Dengan gerakan pelan pria itu meminjatnya.
"Jangan kayak gini!!" ujar Jie sambil menarik kakinya dari pangkuan Hyunjae, namun pria itu sudah lebih dulu menahannya dan menyuruh Jie untuk tetap dalam posisinya.
"Perlu di kompres biar enakan?"
Jie menggelengkan kepalanya.
"Udah kak, nanti juga sembuh." Hyunjae diam, pria itu memilih untuk mengabaikan ucapan Jie.
"Jie"
"Ya?"
"Besok kita ketemuan yah." Gumamnya sambil tersenyum ke arah Jie.
"Dimana?"
"Nanti gue share lokasinya." Gumam Hyunjae dan Jie hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya samar.
"Jam berapa?"
"9 malam."
"Besok jam 9 malam datang ke pinggir sungai kalau lo pilih gue, tapi kalau lo pilih Hyunjae. Abaikan aja ucapan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Hidden
FanfictionMenyukai seseorang hanyalah hal semata yang tidak bisa bertahan lama, namun kenapa jika membenci dapat bertahan lama dan meninggalkan bekas yang tidak bisa terlupakan. Walaupun berakhir memaafkan, namun tidak ada kata tulus yang meliputi. Apa itu ad...