19

32 6 0
                                    

Sunwoo menatap wajah Jie dari kejauhan, gadis itu sedang tersenyum bersama teman-teman di depan kelasnya. Hal itu membuat Sunwoo secara tidak sadar ikut mengukir senyumnya.

"Kenapa?"

"Kenapa apa-nya?" Tanya Sunwoo

"Kenapa lo gak kasih tau gue dari awal tentang semuanya?" Ucap Younghoon, pria itu sedari tadi memperhatikan Sunwoo yang terus-menerus menatap Jie dari kejauhan. Younghoon juga memperhatikan bagaimana Sunwoo tersenyum hanya karena melihat Jie yang tersenyum.

"Semuanya udah terlambat." Gumamnya sambil terkekeh kecil.

"Belum, Sunwoo" Ucapan Younghoon membuat Sunwoo menatap ke arah Younghoon sambil menghela nafas panjang.

"Apa kalau gue kasih tau Jie, dia bisa percaya sama gue sepenuhnya?"

"Kalau lo berusaha pasti bisa."

"Ada waktunya Jie tau semuanya. Untuk saat ini biarin kayak gini."

"Semua keputusan ada di tangan lo" gumam Younghoon, dia pasrah dengan masalah Sunwoo.

Younghoon sudah mengetahui alasan lain Sunwoo memacari Soyeon, Sunwoo sendiri yang menjelaskan secara detail. Tentang menurunnya kesehatan Mama Sunwoo itu adalah salah satu alasan Sunwoo untuk melakukan itu semua.

Sunwoo tidak mau kesehatan mamanya terus menerus menurun hanya karena satu hal yang tidak banyak orang ketahui dan semua itu masih menjadi rahasia.

_____

Selama jam makan siang berlangsung, Jie dan teman-temannya masih memilih untuk menetap di kantin. Gadis itu enggan untuk masuk ke dalam kelasnya sebelum bel masuk berbunyi.

"Gue gak yakin, masih belum menetap sama pendirian gue."

"Emang Haechan punya pendirian?" Tanya Jie, hal itu membuat Haechan mendengus kesal.

"Nanti pulang sekolah mampir ke toko bibi Shin, Ji" gumam Jaemin sambil memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.

"Niatnya gitu, Jiseul katanya nyariin terus" gumam Jie.

"Iya, dia nyariin lo terus. Bibi Shin sampai bingung mau jawab apa" timpal Leana yang di angguki oleh Jaemin.

"Kalian emang kesana terus?" Tanya Jie dan keduanya mengangguk dengan kompak.

"Heeyul juga sering datang sekarang, dia suka nemenin Jiseul."

"Iya, Jiseul lucu. Tapi gue suka gak ngerti sama apa yang dia maksud."

Jie, Leana dan Jaemin hanya menganggukkan kepalanya. Mereka mengerti apa yang di alami Heeyul adalah pengalaman pertama mereka saat bertemu Jiseul, awal mengenal Jiseul juga ketiganya kurang paham dan agak bingung. Namun seiring berjalannya waktu ketiganya mulai memahami.

"Nanti gue ikut sama kalian yah" gumam Heeyul

"Ikut aja, lagian gak ada yang larang" gumam Jaemin.

"Gue ikut kalau gitu."

"Lo pengecualian." Ucap Jaemin sambil menunjuk Haechan dengan sumpitnya.

Rasa-rasanya Haechan ingin sekali menuangkan makan siangnya pada wajah Jaemin sekarang juga.

"Lagian lo gak akan berguna di sana." Timpal Leana.

"Tapi-----"

"Dilarang buka suara, buka dompet boleh. Kebetulan gue belum bayar" sela Haechan saat Jaemin baru saja ingin membuka suaranya.

Perkataan Haechan membuat yang lainnya tertawa, sebenernya keberadaan Haechan sangatlah penting untuk menghibur mereka, hanya saja pria itu selalu di pojoki oleh Jaemin dan Leana. Di pojoki yang di maksud bukalah hal kekerasan, namun suatu hal yang membuat Haechan terpaksa harus terdiam karena kehabisan kata-kata akibat berdebat gurauan dengan keduanya.

Pandangan Jie teralih ke sekitar, biasanya jika jam makan siang seperti ini. Sunwoo selalu duduk di bangku pojok bersama Younghoon dan teman-temannya yang lain. Tapi siang ini pria itu tidak terlihat.

Lama Jie memperhatikan sekitar untuk mencari keberadaan Sunwoo sampai-sampai gadis itu tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedari tadi menegurnya.

"Jie itu di panggil." Gumam Heeyul sambil menepuk bahu Jie.

"Y-ya?"

"Ada yang manggil lo dari tadi kok di diemin" gumam Leana dengan tatapan kesal.

"Kak Jie"

"Ya?"

Pria itu tersenyum ke arah Jie, hal itu membuat Jie mengerutkan keningnya, bingung.

"Ini buat kak Jie" gumamnya sambil menyodorkan 3 susu kota pada Jie.

"Dari siapa?"

"Aku gak bisa kasih tau namanya, kak. Lagian aku cuma di minta tolong buat kasih ke kakak." Jelasnya

"Makasih----"

"Sungchan namanya, bodoh!" Gumam Haechan yang berada di sebelahnya.

"Kan Jie gak tau!" Ucap Jie dengan tatapan kesal ke arah Haechan.

"Lo aja buta, jelas-jelas dia pake name tag." Haechan menunjuk ke arah seragam yang Sungchan pakai.

"Makasih, Sungchan. Ini buat kamu satu" Jie memberikan satu dari tiga susu pisangnya ke arah Sungchan.

Pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "gak perlu kak." Ucapannya

"Ambil aja, lain kali kalau di suruh-suruh jangan mau." Jie menarik pergelangan tangan Sungchan, gadis itu meletakan susu pisang tersebut di telapak tangan Sungchan secara paksa.

"Makasih, Kak Jie. Aku pergi dulu" ucapnya, lalu melangkah pergi keluar dari kantin.

"Kira-kira dari siapa?" Tanya Heeyul, gadis itu menatap Jie dengan tatapan bertanya, namun Jie hanya menaikan kedua bahunya.

"Intinya dari orang, bukan bayi iblis."

"Lo tuh bayi iblis!" Gumam Heeyul kesal sambil menunjuk-nunjuk wajah Haechan dengan jari telunjuknya.

"Gue manusia, sial."

"Berisik!"

Rasa-rasanya Jie ingin sekali menjahit mulut Haechan dengan tangannya agar pria itu diam, sepertinya sulit sekali bagi Haechan untuk diam sejenak.

After HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang