Pagi-pagi sekali Hyunjae sudah menempatkan dirinya di rumah milik keluarga Jie, pria itu memilih untuk berkunjung di pagi hari karena malamnya pria itu memiliki rencana yang sebenernya dia sendiri pun malas menghadirinya, namun sang ayah memaksanya. Hal itu membuat Hyunjae pasrah dan menurut.
"Jie" panggil Hyunjae, pria itu tersenyum ke arah Jie yang baru saja ingin menyantap sarapannya.
"Kak Hyunjae" gumamnya sambil tersenyum, tangannya melambai-lambai di udara.
Kaki besar Hyunjae bergerak untuk mendekat ke arah ranjang Jie.
"Kenapa gak sarapan di bawah?" Tanyanya sambil mengusap kepala Jie dengan lembut.
"Tadi aku mau ke bawah, tapi ibu bilang suruh sarapan di sini aja." Gumamnya, gadis itu mengerucutkan bibirnya. Sebenernya Jie sudah tidak papa, tapi ibunya masih terlalu khawatir sehingga wanita paruh baya itu membatasi aktivitas Jie.
"Yaudah, sekarang sarapan dulu. Mau di suapi?" Tangannya, pria itu mendudukkan dirinya di sisi ranjang Jie.
"Nggak mau," Jie langsung bergerak memasuki makanannya ke dalam mulut.
"Kak Hyunjae udah makan?" Tanyanya, gadis itu menatap wajah Hyunjae yang kini sedang menatapnya juga. Hyunjae menganggukkan kepalanya sebagai jawaban yang Jie berikan, jari telunjuknya beralih menekan hidung Jie sambil terkekeh geli.
"Habisin, setelah itu minum obat." Pintahnya sambil menepuk-nepuk punggung Jie. Gadis itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tangannya bergerak untuk menguap makanan lagi hingga makanan tersebut habis tidak tersisa.
"Minum dulu." Hyunjae memberikan gelas berisi air putih pada Jie, lalu pria itu bergerak mengambil piring bekas sarapan tersebut, lalu pria itu meletakkannya di atasnya nakas.
"Obat kamu mana?" Tanya Hyunjae, matanya menelusuri sekeliling kamar Jie untuk mencari obat milik Jie.
"Di lac----kamu?"
"Kak Hyunjae ganti gaya bicara kakak ke Jie?" Tanyanya girang, gadis itu terkekeh melihat ekspresi wajah Hyunjae yang nampak gelagat.
"Enggak, itu refleks aja."
"Gak mungkin."
"Ck! Ngeselin" gumamnya sambil mencubit pipi Jie, gemas.
"Jadi---dimana obatnya?"
"Di laci."
Hyunjae bergerak membuka laci yang berada di sebelah tempat tidur Jie, tangannya menggapai obat yang di maksud Jie.
"Minum yang bener." Pintahnya sambil memberikan botol obat tersebut pada Jie.
"Lo gak minum obat penenang kan?" Jie menggelengkan kepalanya, gadis itu berusaha menelan obat yang terasa pahit itu. Sebenernya Jie sendiri benci sekali dengan obat karena rasanya tidak enak, jadi untuk kedepannya dia berjanjilah pada dirinya sendiri, agar tidak sakit lagi.
"Bagus, jangan pernah minum obat penenang. Nanti lo bisa bertergantungan sama obat itu. Gak baik buat kesehatan" gumamnya. Hyunjae membantu Jie meletakan kembali gelas yang di pegang Jie ke atas nakas.
"Iya ngerti."
"Sunwoo jadi saksi hari ini." Hyunjae mendudukkan dirinya di sofa yang berada di kamar Jie dengan kedua tangan yang di lipat di dadanya.
"Masalahnya sama aku?"
"Gue cuma kasih tau aja" gumamnya sambil menatap kesal ke arah Jie yang kini sedang terkekeh. Padahal gadis itu hanya bercanda, sebenernya Jie sudah tau bahwa Sunwoo akan menjadi saksi hari ini. Kemarin papanya sempat berbincang-bincang panjang pada Sunwoo dan pria Kim itu memberi tahu Papa Jie, bahwa dirinya akan melakukan sidang sebagai saksi hari ini. Tentu saja papa Jie langsung memberi tahu tentang hal itu pada Jie.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Hidden
FanfictionMenyukai seseorang hanyalah hal semata yang tidak bisa bertahan lama, namun kenapa jika membenci dapat bertahan lama dan meninggalkan bekas yang tidak bisa terlupakan. Walaupun berakhir memaafkan, namun tidak ada kata tulus yang meliputi. Apa itu ad...