"Kak Hyunjae." Mendengar Jie yang memanggilnya membuat pria itu tersenyum.
Tangannya terulur untuk mengelus rambut milik Jie dengan sangat lembut, bahkan sang pemilik rambut ikut tersenyum dengan perlakuan Hyunjae.
"Gue gak bisa anterin lo pulang." Gumamnya sambil melingkarkan tangan Jie di lengannya.
"Kenapa?"
"Ada urusan." Jawabnya, keduanya melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong kelas menuju parkiran.
"Biar gue minta Hwall anter" gumam Hyunjae, pria itu sudah berancang-ancang mengambil handphone. Namun Jie mencegahnya, gadis itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Gak perlu, Jie bisa sendiri" gumamnya. Hyunjae masih terdiam, dia sendiri tidak yakin dengan keadaan Jie yang seperti ini.
"Biar gue anteri dulu sampai rumah, baru gue pergi." Hyujae menarik lengan Jie menuju mobilnya, namun gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Gak papa, Jie bisa sendiri kok. Gak perlu khawatir." Gumamnya sambil berusaha meyakinkan Hyunjae.
Mendengar ucapan Jie membuat pria Lee itu menghela nafasnya berat, kakinya melangkah mendekat ke arah Jie. Tangannya besarnya terulur untuk mengusap pipi Jie dengan lembut.
"Hati-hati di jalan." Pintahnya, Hyunjae menyempatkan diri untuk mencium kening Jie terlebih dahulu sebelum pergi.
Hal itu sering terjadi belakangan ini, namun Hyunjae tidak pernah menciumnya lebih dari itu. Hanya kening dan pipi saja. Untuk status mereka, Jie sendiri tidak tahu. Dia belum menjawab pertanyaan yang Hyunjae lontarkan saat itu hingga sekarang.
Jie hanya membiarkan semuanya berjalan seperti ini, entah sampai kapan.
"Hati-hati, Kak Hyunjae!" Teriak Jie saat mobil Hyunjae melewatinya.
Detik selanjutnya, Jie hanya bisa memperhatikan mobil Jie yang berjalan menjauh meninggalkan pekarangan sekolah.
"Maafin aku kak untuk semuanya, aku sendiri gak tau harus apa." Gumamnya dengan suara lirih.
Jie kembali melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, sesekali dirinya meringis akibat merasakan perih di kakinya.
Sedangkan Sunwoo yang berada tidak jauh dari Jie hanya bisa berdecak kesal.
"Gue gak suka liat dia pura-pura kuat." Gumamnya sambil menatap punggung Jie yang secara perlahan mulai menjauh.
Dengan helaan nafas berat, Sunwoo berlari menuju Jie. Hal itu membuat Younghoon yang memperhatikannya tersenyum lebar. Dia tahu jika Sunwoo tidak akan membiarkan Jie seperti itu.
"Naik!" Pintah Sunwoo saat dirinya sudah berjongkok di depan Jie.
"Kak Sunwoo"
"Naik, jangan kebanyakan ngomong"
"Aku bisa jalan sendiri."
"Gue bilang naik-naik, kalau lo masih gak mau. Biar gue bawa ke rumah sakit, biar sekalian kaki lo di amputasi." Gumamnya sambil menatap Jie dengan tatapan tajam.
Dengan gerakan cepat, Jie memposisikan dirinya di punggung Sunwoo.
Setelah Jie naik, Sunwoo mulai berdiri secara perlahan. Pria itu memastikan Jie berada di posisinya nyaman dulu sebelum kakinya melangkah.
"Pegangan!" Pintah Sunwoo, dengan berat hati Jie memposisikan tangannya untuk memeluk leher Sunwoo, gadis itu juga menjatuhkan kepalanya pada pundak Sunwoo agar pria itu tidak terlalu sulit menyesuaikan posisi Jie.
Jie di buat diam saat Sunwoo membawanya ke dalam mobil milik pria itu, bahkan sampai pria itu mendudukkan Jie di kursi mobil. Gadis itu masih setia menutup mulutnya.
"Kok bisa sampai kayak gini?" Tanya Sunwoo, pria itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan sekolah.
"Jatuh"
"Ceroboh."
Jie hanya bisa berdecak kesal, selalu seperti ini. Jika Jie terluka, pasti Sunwoo selalu menyalahkan Jie dengan tuduhan ceroboh. Padahal kan tidak semuanya atas kesalahan Jie.
"Mau di bawa ke rumah sakit?" Tanya Sunwoo, dengan cepat Jie menggelengkan kepalanya.
"Gak perlu, lagian udah di obatin sama ibu."
Sunwoo hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Bibi Yoonwa masih ada di apartemen kak Sunwoo?"
"Udah pulang."
Jie hanya bisa mengerucutkan bibirnya, padahal dia ingin bertemu dengan Yoonwa.
"Kak Sunwoo."
"Hm..."
"Tentang Soyeon---"
"Kenapa?"
"Dia gimana?"
Sunwoo menatap Jie sekilas, keningnya berkerut saat Jie menanyakan hal tersebut.
"Gak tau kemana."
"Sama papa kak Sunwoo?"
"Bisa di bilang iya, bisa di bilang juga enggak."
"Kenapa jawabannya kedengaran gak yakin?" Tanya Jie, pria Kim itu hanya bisa menghela nafasnya berat. Sebenernya dia malas dengan topik pembicaraan kali ini.
"Gue gak tau, lagian gue gak peduli." Gumamnya dengan nada malas.
"Di belakang ada susu pisang, nanti bawa pulang." Gumam Sunwoo sambil menunjuk bangku belakang.
"Tiga kotak atau empat?"
"1 box." Jawab Sunwoo, Jie hampir saja menjatuhkan rahangnya. Matanya tertuju pada bangku belakang dengan berbinar.
Jie mengulas senyumnya karena yang Sunwoo ucapkan bukanlah kebohongan semata. Di sana ada 1 kardus susu pisang dengan sebuah paper bag berukuran sedang di sebelahnya dengan logo toko roti milik bibi Shin.
"Rotinya?"
"Buat lo juga."
"KAK SUNWOO YANG TERBAIK!" gumamnya sambil mengacungkan kedua jari ibunya di hadapan Sunwoo.
Sunwoo hanya bisa tersenyum, rasanya senang sekali melihat Jie seperti ini. Sudah lama sekali ia tidak melihat Jie yang seperti ini.
"Jie"
"Iya?"
Pria itu tidak membuka suaranya, melainkan memberikan sebungkus tisu basah pada Jie.
"Buat apa?"
"Kening lo---"
"Kening aku kenapa?" Gumamnya bingung.
"Kening lo ada noda, hapus pake itu." Gumamnya sambil menunjuk-nunjuk tisu basah yang di berikannya.
Mendengar hal itu membuat Jie dengan gerakan cepat mengusap keningnya dengan tisu basah yang Sunwoo berikan. Namun detik selanjutnya pergerakan Jie berhenti saat menyadarkan sesuatu.
Seingat Jie dia tidak melakukan apapun.
Tapi ada satu hal yang dilakukan oleh Jie---ralat, bukan Jie yang melakukannya, melainkan pria bernama Hyunjae yang mencium keningnya tadi.
Apakah Sunwoo?
"Udah belum kak?" Tanyanya sambil menunjuk keningnya.
"Lebih baik dari sebelumnya."
Jie hanya bisa mengganggukan kepalanya samar sebelum antensinya kembali tertuju pada jalan.
"Jie"
"Iya?"
"Nanti pulang langsung cuci muka nya pake sabun yang banyak."
"Biar apa?"
Sunwoo hanya diam, pria itu tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Jie lontarkan padannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Hidden
FanfictionMenyukai seseorang hanyalah hal semata yang tidak bisa bertahan lama, namun kenapa jika membenci dapat bertahan lama dan meninggalkan bekas yang tidak bisa terlupakan. Walaupun berakhir memaafkan, namun tidak ada kata tulus yang meliputi. Apa itu ad...