Semuanya masih terdiam, tidak ada yang menjawab. Hyunjae menatap kedua orang tua Jie yang kini saling melemparkan tatapan, sedangkan Jungwon sudah mengusap punggung tangan Jie sambil menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba saja pintu ruang rawat inap Jie terbuka, menampilkan sosok gadis kecil yang berdiri di sana sambil tersenyum.
"Jiseul." Gumam Jie sambil menatap Jiseul yang kini berjalan mendekat ke arah Jie dengan tangan kecilnya yang susah payah membawa buket bunga yang lumayan besar.
"Kamu ke sini sama siapa?" Tanyanya, gadis kecil itu langsung menunjuk arah pintu. Di sana ada paman Park yang berdiri sambil memperhatikan Jiseul.
"Kamu baik-baik aja kan? Kenapa matanya keliatan sembab?" Tanyanya sambil mengusap pelan pipi Jiseul yang kini sudah duduk di sisi brangkar bersama Jie.
"Kamu abis nangis?" Tanya Jie, gadis itu mengangguk kecil.
Senyum kecil terukir di bibir ranum milik Jiseul, namun gadis kecil itu kini menundukkan kepalanya. Hal itu membuat Jie mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala belakang Jiseul.
"K-kak Jie."
Jie bungkam, dia terdiam cukup lama saat mendengar suara yang sangat asing di telinganya. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada Jiseul yang masih menundukkan kepalanya, gadis kecil itu baru saja berbicara.
"Jiseul" gumamnya tidak percaya, akhirnya impian Jiseul bisa tercapai saat ini.
"Aku sedih kak Jie sakit." Gumamnya bibir kecil mulai bergerak kesana-kemari membentuk sebuah ucapan yang keluar.
Melihat itu membuat Jie menahan tangisannya, sudah lama sekali Jie menantikan hal itu. Hyunjae yang berada di sebelah keduanya ikut merenggang senyumnya, walaupun dia belum kenal lama dengan Jiseul. Tetapi gadis kecil itu berhasil membuat memori baru untuk Hyunjae.
"Jiseul---maafin aku gak bisa datang saat itu." Gumamnya dengan suara bergetar. Dia jadi merasa bersalah pada Jiseul.
"Gak papa, aku gak nuntut kakak buat datang saat itu."
Jiseul mengucapkan kata-kata tersebut sambil mengukirkan senyum, tetapi tetap saja Jie sedih karena tidak bisa datang saat itu dan malah berbaring di atas ranjang ini.
"Kak Jie, makasih untuk semuanya. Makasih udah mau nemenin aku di masa-masa sulit. Kakak dan temen-temen kakak udah bantu waktu kosong aku di masa-masa itu. Kalian sabar mengehadapi aku yang belum sempurna saat itu, bahkan kalian rela meluangkan waktu kalian untuk belajar bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi sama aku saat itu, aku berterimakasih banget sama kak Jie." Lanjutnya, gadis kecil itu memeluk tubuh lemah Jie dengan sayang. Gadis itu bahkan mencium pipi Jie, dia amat sangat berterimakasih dengan Jie dan yang lain. Mungkin jika Jie tidak ada saat itu, dia akan mengalami masa-masa kesepian di usia yang seharusnya di pakai untuk bermain dengan anak-anak sepantarannya.
"Kak Jie, aku----"
"Jiseul." Ucapan Paman Park membuat Jiseul memberhentikan kalimatnya, dia menatap paman Park yang kini memandanginya dengan tatapan penuh arti.
"Jiseul belum di perbolehkan untuk berbicara banyak." Jelas paman Park, hal itu membuat Jie mengangguk paham. Dia mengusap kepala Jiseul sambil bergumam kecil di telinga Jiseul. Entah apa yang Jie ucapkan pada Jiseul, namun hal itu membuat Jiseul merenggangkan senyumnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ini demi kebaikan kamu juga, jadi turuti semuanya. Setelah diizinkan oleh dokter untuk berbicara banyak. Nanti kita pergi ke taman untuk bercerita panjang sambil memakan es krim."
"Kak Jie yang terbaik, aku sayang kakak. Selalu seperti itu sampai selamanya, forever." Gumamnya dengan bahasa tangannya seperti biasa.
Hingga sore menjelang, Jiseul menemani Jie. Gadis kecil itu bahkan membantu mama Jie mengupas buah untuk Jie makan. Menyuapi Jie di bantu dengan Hyunjae, membantu Jie meminum obat di bantu dengan Jungwon. Dan yang terakhir, Jiseul mengusap kepala Jie hingga gadis itu tertidur. Hari ini Jiseul bertingkah layaknya seorang gadis dewasa yang sedang menjaga anak kecil yang sedang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Hidden
FanfictionMenyukai seseorang hanyalah hal semata yang tidak bisa bertahan lama, namun kenapa jika membenci dapat bertahan lama dan meninggalkan bekas yang tidak bisa terlupakan. Walaupun berakhir memaafkan, namun tidak ada kata tulus yang meliputi. Apa itu ad...