35

34 6 0
                                    

Hyunjae menatap teduh wajah pucat Jie, ia berkali-kali menghela nafasnya sambil mengusap kasar wajahnya.

"Kak Sun----Kak Hyunjae."

"Ada yang sakit?" Tanya Hyunjae, gadis itu menggelengkan kepalanya.

Akhirnya Jie sadar juga, setelah kejadian saat itu Jie langsung pingsan karena tekanan tubuhnya yang menurun. Bahkan gadis itu pingsan selama 2 hari, hal itu membuat Hyunjae sangat khawatir.

Bagaimanapun semuanya adalah perbuatan dirinya, Hyunjae yang memulainya. Dia yang memancing semuanya menjadi seperti ini.

"Kak Hyunjae gak papa?"

Hyunjae menggelengkan kepalanya.

Hening menyelimuti keduanya, Hyunjae sibuk menundukkan kepalanya. Sedangkan Jie asik memandang Hyunjae yang tiba-tiba terdiam.

"Maaf." Gumamnya pelan, pria itu masih menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap wajah Jie, mengingat perlakuan papanya terhadap wanita yang kini berada di depannya membuat dirinya merasa bersalah karena merasa gagal dalam menjaga Jie.

"Untuk?"

"Semuanya."

Jie menghela nafas, gadis itu merubah posisinya menjadi duduk di bantu oleh Hyunjae.

"Liat aku" pintahnya sambil mengusap kepala Hyunjae dengan lembut.

Pria itu langsung mengalihkan pandangannya pada Jie, hal itu membuat Jie merenggang senyumnya. Ibu jarinya beralih mengusap pipi Hyunjae, perlahan.

"Seharusnya aku udah jauhin kamu dari lama, karena dia sudah memperingatkan." Gumamnya, suaranya terdengar bergetar.

"Aku bodoh bukan? Membawa gadisku ke dalam masalah"

Seharusnya Hyunjae memilih untuk mundur dalam semua ini, tapi dia malah berusaha untuk memperjuangkan Jie hingga gadis itu celaka.

"Dia pernah bilang ke aku untuk tidak percaya sama siapapun selain dia, bahkan aku gak boleh percaya sama mama aku sendiri, selama ini aku tinggal sendiri."

"Aku di latih untuk menjadi pemimpin seterusnya dalam kelompok yang dia buat."

Mendengar ucapan Hyunjae membuat Jie mengeratkan genggamannya pada tangan Hyunjae.

"Aku sama mama udah di tinggal dari kecil, dia sering keluar negeri untuk menjalankan misi bersama anak buahnya."

"Saat Mama pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya, dia gak datang. Apa dia berhak dipanggil Papa?"

Jie mengusap-usap punggung tangan Hyunjae dengan air mata yang tertahan di kelopak matanya.

"Aku gak tau harus berbuat apalagi selain nurutin dia." Isakan lolos dari bibir kecil Hyunjae.

"Maafin aku Jie, maafin aku." Gumamnya, hal itu membuat Jie bergerak memeluk Hyunjae, tangan kanannya beralih menepuk-nepuk punggung Hyunjae untuk menenangkan tangisan pria itu.

"Kamu yang sekarang aku perjuangin, aku mau buat kamu bahagia. Tapi aku malah buat kamu berakhir seperti ini."

"Aku sayang kamu, Ji." Bisiknya sambil mengeratkan pelukannya pada Jie.

"Tapi bukan aku yang ada di hati kamu," lanjutan dalam hati.

"JIE!" teriakan itu membuat Hyunjae secara spontan melepaskan pelukannya.

"Cantik, kamu gak papa?" Tanya Papa Jie sambil menatap Jie yang terlihat pucat, sedangkan sang Ibu sudah memeluknya dengan erat.

Sebenarnya kedua orang tua Jie sudah mengetahuinya. Namun Hyunjae menyuruh keduanya pulang ke rumah untuk membawa keperluan Jie selama pengobatan.

"Kenapa bisa kayak gini?" Gumamnya sambil mengusap kepala belakang Jie. Dia senang mendengar Jie sadar lebih cepat dari perkiraan dokternya.

Melihat keberadaan orang tua Jie membuat Hyunjae menghapus air matanya dengan punggung tangannya, dia selalu nyaman saat berada di tengah-tengah keluarga Seo. Hyunjae bisa merasakan apa yang sudah lama tidak di rasakan, itu adalah alasan kedua Hyunjae sering sekali datang ke rumah Jie.

"Kak Jie!"

Semuanya yang berada di dalam ruang rawat langsung mengalihkan pandangannya pada pintu.

"Jungwon" gumamnya sambil tersenyum ke arah pria itu.

Jungwon memilih melangkahkan kakinya menuju brangkar Jie dengan langkah perlahan-lahan.

"Dia nangis di mobil, pas denger kamu masuk rumah sakit." Gumam papa Jie sambil menunjuk Jungwon.

"Kak Jie!" Teriaknya, Jungwon langsung beralih memeluk Jie yang duduk brangkarnya. Mengeratkan pelukannya pada Jie.

"Aku gak papa."

"Kak Jie." Keluhannya

Jie di buat terkekeh mendengar logat bicara Jungwon, hal itu membuat Jie mengusap-usap kepala Jungwon. Dia tahu jika adik kecilnya ingin kembali menangis di dalam pelukannya.

"Sstt, Jungwon udah gede. Jangan nangis!" Tegasnya sambil menepuk-nepuk punggung Jungwon, lalu gadis itu melepaskan pelukannya pada Jungwon.

"Jungwon, cengeng." Ucap papa Jie sambil mengusap kepalanya Jungwon.

"Sini!" Pintah ibu Jie yang kini sedang memeluk Jie, wanita paruh baya itu merentangkan kedua tangannya sambil menatap ke arah Papa Jie dan Jungwon seakan-akan menyuruhnya untuk masuk ke dalam pelukannya bersama Jie.

Papa Jie lebih dulu menghampiri keduanya di ikuti oleh Jungwon di belakangnya, keempatnya saling memeluk satu sama lain hingga melupakan keberadaan Hyunjae yang menatapnya sambil tersenyum.

"Sini, Hyunjae." Gumam Ibu Jie pada Hyunjae, pria itu berjalan dengan malu-malu untuk gabung ke dalam pelukannya.

Momen-momen seperti ini adalah sebuah momen yang sangat langkah untuk Jie, apalagi dia kembali merasakan hal yang sudah lama tidak di rasakan nya.

Pelukan dari anggota keluarga.

"Tunggu" gumam Jie secara tiba-tiba, hal itu membuat semuanya melangkah mundur hingga pelukannya terlepas.

Gadis itu menatap sejenak ke arah kedua orangtuanya, namun detik selanjutnya pandangannya teralihkan menatap Hyunjae dan Jungwon secara bergantian.

Melihat itu membuat Hyunjae mengerutkan keningnya, kini ia sadar pandangan Jie meneliti seisi ruangan.

"Dimana kak Sunwoo?"

After HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang